Share

#56. Tanpa Pasangan Hidup

“Shareefa...,” lirih Nisha.

Bulir air matanya menetes begitu saja seusai membaca kalimat terakhir buku diary anak sulungnya itu.

Dia sangat tahu kalau Shareefa itu dari gayanya bersikap saja sudah dewasa, sok cuek. Namun, ngga tahu jika pemikirannya juga sedewasa ini.

“Ma!” Suara nge-bass Bahri terdengar.

Nisha bergegas menghapus air matanya. Jangan sampai ada sisa hingga Bahri memergoki tangis itu.

Bahri sudah cukup besar untuk mengetahui emosi yang dirasakan oleh orang di sekitarnya. Nanti dia malah banyak tanya karena rasa ingin tahunya itu.

“Mama di kamar Kakak, Bahri!”

Sejurus kemudian, sosok Bahri muncul di kamar itu. Kemiripannya dengan almarhum Bakhtiar —sang datuk— kian kentara. Pipi chubby dan sorot mata berwibawa itu.

“Wah, Bahri sudah siap?” Nisha cukup terpesona menyaksikan anak bungsunya sudah tampil rapi dengan kemeja dan celana panjang, dilengkapi sepatu keds putih. Mereka memang mau ke acara pernikahan salah satu sepupu jauh.

“Sudah. Bunda Anna yang tadi pakaikan baj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status