Share

Kesal

Cintya menarik nafas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Sejenak, rasa sakitnya bisa berkurang. Namun tak lama, nyeri hebat kembali mendera. Cintya menggigit bibir bawahnya. Rasanya seperti saat ia sedang nyeri haid, tapi bedanya, sekarang sakitnya berkali lipat.

"Tarik nafas, lalu dibuang saat terasa sakit, Nduk. Umi persiapkan bajunya dulu!"

"Tunggu, Mi. Minta bantuan dulu. Aku sudah enggak bisa bawa mobil."

"Tidak tunggu Bara dulu?"

"Sudah di mana dia?"

"Umi telfon dulu!"

Umi melesat masuk kamar, mengambil ponselnya. Berkali-kali Cintya membuang nafas kasar. Dia berjalan tertatih, meninggalkan dapur. Sesampainya di kamar, dia berjongkok di samping ranjang. Kepalanya bersandar di bibir ranjang. Tangannya mencengkram kuat sprei, saat perutnya seperti diremas.

"Nduk, Bara katanya masih di Kotaraya," ujar umi sambil menerobos masuk kamar.

"Masih jauh, Mi," rintihnya.

Umi mengusap punggung Cintya. Rasanya nyaman sekali, tapi tetap saja, nyerinya belum hilang.

"Mas Bara masih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
salah cyntia sendiri coba kalau cerai dari dulu dan menikah dgn Nikko lain deh ceritanya
goodnovel comment avatar
Marianah
klo aku jd cintya mungkin umi sdh kena umpatan krn trs membela anknya yg brengsek itu. kondisi darurat ank gk ada tabggung jawabnya msh jg dibela
goodnovel comment avatar
Elly Astutik
sedih luar biasa ada d posisi cintiya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status