Share

Kontraksi

Umi berjalan mondar-mandir. Mulutnya menggumam tak jelas. Cintya hanya melewati saja, tanpa berniat mengajak berbicara. Lalu, dia memilih kembali memasuki kamarnya, setelah mengambil sebotol air dingin. Selama hamil, dia hanya bisa meminum air dingin. Jika dipaksa minum air biasa, dia akan mual.

Cintya melihat pesan yang ia kirim ke Bara. Tidak ada balasan. Bahkan, nomornya tidak aktif, saat ditelfon. Sekarang sudah lewat dua hari, tapi Bara belum juga pulang. Cintya kembali dilanda gelisah.

Clek!

Pintu terbuka. Kepala umi menyembul dari balik pintu. Tangannya menggenggam ponsel.

"Lagi apa, Nduk?"

"Tidak ada, Mi. Pinggangku agak pegal aja, makanya mau tiduran," sahut Cintya sambil mengurut pelan pinggangnya.

"Sini, umi gosok pelan!"

Cintya tidur miring. Pinggangnya gampang sekali lelah, karena beban berat di perutnya. Umi Khofsoh mengusap-usap pinggang Cintya. Dia tersenyum miris. Seharusnya, Baralah yang berada di posisi umi.

"Sudah, Mi." Cintya bangun, saat dirasa lebih enaka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (22)
goodnovel comment avatar
Saleha Usman
bisa sakit jiwa aku karena Berbagai rasa
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
yg pasti wanita gila cintia tu.uda tw diskiti tpi msih juga bertahan.
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
yap btul,pngen ku tonjok2 muka yg nulis.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status