Share

Pelakor

Lidah Bara kelu, tak mampu menjawab pertanyaan istrinya. Semua tamu undangan terdiam. Mereka bak menonton drama gratis. 

"Aku bisa jelaskan, Sayang!" bisik Bara di telinga Cintya. 

"Apa lagi yang mau kamu jelaskan? Kamu mau bilang, kalau baru saja ijab qabul, begitu?"

"Tenang dulu, malu dilihat orang." Bara mencoba membujuk istrinya, agar tidak membuat onar di hari bahagianya. Hari bahagia bersama istri barunya.

"Siapa dia?"

"Cintya, tenang dulu!" 

"Jawab saja, siapa dia?" geram Cintya. 

"Aku bisa jelaskan."

"Semuanya sudah jelas. Kamu menghianati pernikahan kita," raung Cintya. Dia mengusap kasar air mata yang sedari tadi menetes tanpa dimintanya. Hatinya teramat pedih. Bisa-bisanya, lelaki yang selalu dikagumi, kini tiba-tiba mendua. 

Bara meraup wajahnya kasar. Dia melirik wanita cantik di sebelahnya. Wanita itu tampak sangat ketakutan. Bahkan, riasannya tak mampu menutupi wajah pucatnya. Kini dia bersembunyi di balik punggung suami, yang baru saja menikahinya. 

"Oh, jadi ini yang kamu bilang perjalanan ke Palu, iya?" 

"Cintya." Bara mencoba menenangkan istrinya. 

"Kenapa kamu diam saja?" 

"Cintya, aku bisa jelaskan semuanya." Bara mencoba membela diri. Dia tidak mau dipermalukan di depan tamu undangan. 

"Menjelaskan, kalau kamu menikah lagi, begitu?"

"Tenang dulu Cintya, aku mohon!" Bara memelas. 

Cintya tak menggubris suaminya. Dia maju beberapa langkah. Hatinya sudah diliputi amarah. Suaminya tengah menghelat pesta yang cukup mewah, di vila mereka. Vila yang mereka bangun dengan memeras keringat. Kini, dengan mudahnya Bara menggunakannya untuk pesta pernikahan keduanya. 

"Hei Pelakor!"

Cintya menghampiri wanita yang berlindung di belakang suaminya, lalu menarik kasar tangan pengantin itu. Pengantin, yang tak lain istri muda suaminya sangat ketakutan, tapi dia memilih diam. Dia tidak punya cukup nyali untuk menghadapi Cintya. 

"Cintya, cukup! Jangan perlakukan Aisya seperti ini!" Bara tersulut emosi. Dari tadi dia diam, agar Cintya tidak membuat ribut di hari bahagianya bersama Aisya. 

"Kamu membentakku?" sinis Cintya. 

Bara menghela nafas kasar, menyadari kesalahannya. Selama ini, tak pernah sekalipun dia berlaku kasar pada Cintya. Namun kali ini Cintya kelewat batas, hingga tidak sadar dia membentak istri yang sudah membersamainya hampir tujuh tahun.

"Cintya, pulanglah! Akan kujelaskan semuanya nanti."

Cintya tersenyum sinis. Didekati pengantin, yang bernama Aisya. Entah apa yang dia bisikkan pada gadis itu, hingga Aisya mundur beberapa langkah dengan wajah ketakutan.

"Baiklah, Mas. Aku akan pulang. Aku tunggu kalian di rumah. Selamat atas pernikahan kalian," sarkas Cintya sambil mengusap kasar air mata yang ikut keluar. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status