Share

93. Jangan Ambil Anakku!

Mumpung di Jakarta aku ingin naik MTR juga kereta bawah tanah. Benar-benar perubahan yang dratis untuk Jakarta.

"Aku pernah ke Jakarta sepuluh tahun yang lalu, keadaannya belum seperti ini," gumam Faruq.

"Hah, apa? Jadi tuan muda pernah ke Jakarta? Kalau sepuluh tahun yang lalu itu artinya aku sudah bekerja di rumah tuan muda dong?" tanyaku penasaran.

"Iya, sudah," jawabnya tegas.

"Kenapa tuan muda tidak pernah bilang?" tanyaku kecewa.

"Emang kenapa, kalau aku bilang kamu mau ikut begitu?" sahut Faruq ketus.

"Ya nggak juga. Mana mungkin boleh ikut, pasti kamu takut aku kabur kan?" sahutku.

"Itu tahu, entah kenapa Fahim, cinta gila yang kumiliki membuat aku selalu takut kehilangan kamu," gumamnya.

"Itu posesif, bukan lagi cinta tapi obsesi kamu saja. Kamu lelaki terkejam yang kutemui di bumi ini," gumamku sambil mengenang.

"Sudah jangan kamu ingat-ingat, entar sakit hati lagi," sahut Faruq. "Lalu kamu mengusir ak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status