Share

92. Berlibur di Indonesia

Sebuah taksi berhenti di depan rumahku. Saat itu aku dan Erkan sedang bermain-main di halaman depan rumah. Aku terkejut hati penasaran, siapakah gerangan? Tidak mungkin Hermin karena Hermin baru saja pulang ke Ponorogo naik motor. Sambil menggendong Erkan aku berjalan mendekati taksi.

Pintunya terbuka dan keluarlah Iqbal. Seperti mimpi di siang bolong rasanya. Aku mengucek mataku berkali-kali seolah meyakinkan apa yang sedang kulihat.

"Umiiii ...!" teriak Iqbal.

Antara percaya dan tidak aku terus berjalan menghampiri Iqbal. Di sisi pintu yang lain terbuka dan keluarlah Faruq. Aku mencubit pipiku sendiri, saat aku merasakan sakit baru aku meyakini bahwa semua ini bukanlah mimpi.

Iqbal berlari menghampiriku dan memeluk tubuhku dengan erat. Kami berdua bersamaan menangis, tidak menyangka semua ini terjadi, semua seperti mimpi. Kuciumi wajah tampan yang imut dan mungil itu dengan air mata haru. 

"Berikan adikku padaku, Umi!" pinta Iqbal.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status