Share

91. Rindu Berat

Aku terperanjat ternyata ibu sudah berdiri dan mendengarkan semua monologku di depan pusara ayah.

"Jadi kecurigaanku selama ini benar bahwa kamu adalah Fahim," gumam ibu.

"Maafkan saya ibu, saya tidak tahu bagaimana cara saya meyakinkan ibu kalau saya adalah Fahim. Bahkan aku datang dengan keadaan hamil besar tanpa suami. Saya takut hanya akan membuat ibu malu," ujarku menjelaskan.

Ibu menghampiriku dan memelukku dengan erat. Kami saling menangis mencurahkan rindu dan sayang.

"Aku sudah curiga, tapi apa daya wajah itu bukan wajah Fahim. Meskipun kebiasaannya dan sifat serta perilaku sama persis Fahim," gumam ibu.

"Maafkan Fahim, Ibu!" bisikku lirih.

"Ibu mengerti ketakutanmu, Sayang," jawab ibu. "Selama didekatmu, ibu sempat berhayal dan membayangkan kalau kamu adalah Fahim putri ibu," lanjut ibu menggumam.

Akhirnya aku bersama ibu bersimpuh berlama-lama di depan pusara ayah. Seolah sekalian memamerkan Erkan di depan ayah.

"Fah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status