Share

Hilda

Part 47

Hilda

Tepat jam 04.00 sore di rumah makan Langen Sari, aku menghampiri wanita cantik yang memakai jilbab instan berwarna hijau muda.

Hanya dengan sekali lihat saja aku sempat merasa terpesona melihat kecantikannya. Terpesona karena merasa kagum terhadap sesama wanita. Jika aku sebagai perempuan saja bisa terpesona, bagaimana dengan para lelaki?

"Selamat sore, assalamualaikum." Dia menyapa terlebih dahulu padaku dengan senyum manis.

Aku membalasnya seraya duduk tepat berhadapan dengan wanita itu, di sampingku ada Kevin yang duduk ganteng sembari memainkan mobil-mobilannya.

"Namanya Mbak Mega, 'kan?"

"Iya, Mbak. Mbak Hilda?" Aku menyebut namanya dengan nada bertanya.

"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bertemu di sini."

Dari cara bicara dan gerak-geriknya dia tipikal wanita muslimah yang taat beragama, lemah lembut dan anggun. Sesaat aku tidak menyangka bahwa Sugi, lelaki yang dari luar memang tidak terlalu buruk, tetapi cara berbicara yang sedikit kasar dan memiliki tipikal l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status