Bab 89Kue Ulang Tahun Pernikahan"Kamu lihat apa, sih?" tanya Feby saat mendapati Saleh menatap ke luar jendela restoran. Saleh yang masih dirundung kesal tidak kunjung menjawab. Dia juga tidak mengalihkan pandangannya sampai Mega naik angkutan umum.Karena penasaran, Feby ikut melongok juga. Dia cukup terkejut saat melihat Mega yang naik angkutan umum. "Mega lihat kita, ya? Kok, kamu diam aja?" "Dia nggak lihat kita, Tente." Saleh berujar dingin. "Aku yang lihat dia ... sam laki-laki lain." Feby masih belum mengerti siapa lelaki yang dibicarakan Saleh. Sampai saat pandangannya tertuju pada lelaki bertubuh tinggi sedang dan cambang yang cepak melambai ke arah angkutan umum yang dinaiki Mega. "Wow. Mega punya kenalan cowok juga, ya?" "Dia nggak pernah akrab sama cowok kayak gini."Saat itu Feby sadar bahwa Saleh sedang cemburu. Dia mengendus sinis. "Siapa yang bisa bener-bener tahu isi hati orang lain? Mau istri atau suami juga nggak bisa sepenuhnya isi hati mereka ketahuan hanya
Bab 90Kecolongan"Astaghfirullahaladzim, Mas!" Mega berseru kaget saat melihat kue ulang tahun pernikahannya hancur. Terlebih saat ini Kevin sedang menangis, kemudian segera saja dia membawa anak itu dalam gendongannya. "Kamu pikir aku nggak tahu niat busuk kamu?! Mentang-mentang udah sukses, jadi mulai berani main api di belakangku!"Mega sadar bahwa saat ini situasinya sangat tidak baik untuk Kevin dengar. Anak itu tidak boleh mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Namun, dia tidak mungkin membiarkan Kevin sendirian di saat anak itu menangis. "Istighfar, Mas! Aku nggak mungkin melakukan hal itu!" Yang saat ini Mega hadapi seakan-akan bukan Saleh, suaminya. Selama ini, bahkan Saleh tidak pernah berteriak keras ini, apalagi sampai membuang makanan yang sudah susah payah Mega dapatkan. "Mana ada maling mengaku?! Kamu ini benar-benar ya udah dikasih kebebasan buat membangun bisnis sendiri sekarang mulai bergaya!" Matanya merah, demikian pula dengan wajah yang seakan tengah ter
Bab 91Gerakan Pencegahan"Apa maksud kamu? Uangnya hilang?" Mega juga syok. "Bukan salah hitung lagi?" Hilda yang melihat reaksi Mega semakin merasa bersalah. Dia yang duduk di balik meja kasir berkali-kali menghela nafas berat. "Mbak Mega bisa tanya sama Mbak Hildanya langsung." Retno melirik ke wanita itu.Mega tidak tahu mengapa akhir-akhir ini masalah jadi datang silih berganti. Tidak, lebih tepatnya datang hampir bersamaan. Mega ingin mengeluh, tetapi jika dia menunjukkannya saat ini, yang ada karyawannya yang akan merasa lebih tertekan."Hil," panggil Mega saat dia sudah sampai di hadapan wanita berjilbab itu. "Nggak masalah, hal kayak gitu bisa aja terjadi," katanya."Mbak kalau mau marah sama aku, marah aja, Mbak. Jangan bilang nggap apa-apa terus." Suara Hilda melemah, seperti orang yang habis kena hukuman cambuk saja. "Aku yang teledor. Yang kemarin-kemarin aku bilang salah hitung juga kayaknya emang hilang itu uang."Mega mengernyit, mencoba berpikir tentang semua inside
Bab 92Pertanyaan MenjebakPov Mega Pemasangan kamera CCTV telah selesai. Karena Ari masih memiliki banyak waktu luang, dia memutuskan untuk menetap sedikit lebih lama. Lelaki itu tampak sibuk dengan anak kecil yang tidak henti-hentinya mengajak dia bermain, siapa lagi kalau bukan Kevin, anakku.“Nak, jangan ganggu Om Ari terus,” kataku yang merasa tidak enak hati. Ari sudah banyak membantu toko ini, sedangkan lelaki itu enggan untuk menerima balasan. Hilda juga tidak mau membiarkanku membayar jasa sepupunya. Meskipun tahu kalau dia berniat membantu, tetapi rasanya tidak enak saja. Berhutang budi hanya akan membuatku merasa bersalah, apa lagi saat teringat bagaimana Mas Mamat menuduhnya yang tidak-tidak.Kalau seadainya Ari tahu, entah bagaimana tanggapannya nanti. Yang jelas adalah aku yang akan merasa malu sendiri. bagaimana tidak? Aku dan dia baru beberapa hari kenal, tetapi sudah mendapat tuduhan yang tak pantas. “Nggak masalah, kok, Mbak.” Ari membalasku setelah beberapa saat
Bab 93 Usaha yang Tak TernilaiPov AuthorMega turun dari mobil dengan dibantu Ari yang sudah turun lebih dulu untuk membukakan pintu karena dia memang sedang menggendong Kevin dalam pelukannya. Lingkungan yang ditinggali wanita itu memang cukup sederhana, deretan rumah yang bisa terbilang berjarak cukup dekat antara satu sama lain. Hanya saja, rumah yang masih dikontrak oleh Mega dan suaminya itu berada di depan jalan yang cukup untuk dimasuki mobil, tetapi jelas saja jika ada kendaraan besar yang masuk ke lingkungan itu cukup menarik perhatian orang di sekitar.Sudah dua kali mobil Ari berada di depan rumah Mega sejak saat itu juga tanpa wanita itu sadari dirinya sudah menjadi buah bibir para tetangganya."Kenapa, ya, akhir-akhir ini Mega jadi kedatangan tamu yang bawa mobil segala?" Salah satu ibu-ibu yang merupakan tetangga Mega bersuara."Iya, tuh! Kayaknya juga cowok itu orang kaya, deh," timpal yang lain."Bukan kayaknya lagi, tapi emang yang punya itu cowok kaya." Wanita par
Bab 94Si PencuriPov Author Saat itu Saleh tidak berada di pos jaganya. Dia meminta izin untuk tidak masuk kerja dan di sinilah dia sekarang. Suatu tempat yang jauh dari rumahnya. "Kamu lama-lama pinter banget, ya, buat berakting." Feby memujinya. Saleh baru saja selesai menelepon dengan istrinya. Dia masih terlihat kaget dengan ucapan Mega tadi. "Kenapa mukamu begitu? Kevin sakitnya parah?" Tentu saja Feby mendengar sebagian percakapan lelaki yang sejak tadi malam menemaninya. Hotel ini sudah menjadi rumah kedua bagi Saleh. Saleh tidak langsung menjawab, kemudian dia beranjak dari ranjang yang diduduki sejak tadi. "Mau ke mana? Cuma gara-gara anak sakit kamu bakalan langsung pulang? Bukannya tadi kamu bilang kalau Kevin sakit itu gara-gara istri kamu sendiri?" Feby yang berada di balik selimut kini juga bangun dan duduk hingga kakinya menjulur ke lantai.Sambil mengenakan jaketnya, dia berkata, "Bukan itu masalahnya tante. Bilang dia udah mau nyerahin tokonya buatku. Terus, ka
Bab 95 Resmi MelepaskanPov Author Saleh tiba di rumahnya. Tepat saat itu Mega sedang menunggunya di ruang tamu. "Mas," sapa wanita itu. "Dek, kamu serius soal yang tadi?" Saleh langsung pada intinya. "Iya, Mas." Jeda sesaat. "Tapi, aku minta satu syarat sama kamu."Saleh yang sedari tadi hanya berdiri, kini mengambil posisi duduk di sebelah istrinya. Wajah tegang dan amarah sejak tadi sudah berganti dengan senyuman. "Iya, katakan aja apa yang kamu mau. Aku akan penuhi semua itu."Mega hampir tidak mengenali wajah suaminya yang saat ini tengah tersenyum. Selama ini yang dia lihat hanya ekspresi kecut, marah dan benci. Benar, Mega baru sadar akan hal itu."Jadi, apa, Dek?" Karena tak kunjung mendapat jawaban, Saleh sedikit mendesak. "Kasih tahu aku apa yang kamu mau."Mega menghela terlebih dahulu. "Aku cuma mau kamu bertanggung jawab. Semua, dalam segala hal. Baik keluarga kamu, maupun bisnis." Bagi Mega, membagi tanggung jawab sesuai porsi untuk kedua hal yang berbeda, apa lagi
Bab 96Pagi Manis yang Kembali Datang Pov Author Pagi ini terasa lebih menggembirakan bagi Mega daripada hari-hari sebelumnya. Lebih banyak berbicara bahkan sampai mengajak bercanda Kevin yang sekarang keadaannya jauh lebih baik. "Dek, akhir pekan nanti kita jalan-jalan, yuk!" Tiba-tiba Saleh memberi usul. "Rasanya udah lama banget kita nggak jalan bersama," lanjutnya yang masih mengunyah nasi goreng spesial pagi ini.Mega terkekeh kecil. "Iya, Mas. Ituide bagus. Emang udah lama benget kita nggak jalan bersama. Kira-kira kita bakal ke mana, ya, Nak?" Dia membungkuk ke arah Kevin yang sedang duduk manis sambil menggoyangkan kakinya di bawah meja. Anak itu seperti baru mendapatkan mainan baru ketika melihat kedua orangtuanya bisa kembali bercengkrama dengan manis. "Main! Taman bermain!" Baik Mega maupun Saleh tertawa bersama. Mereka terlihat sangat bahagia melihat anaknya yang aktif kembali. "Taman bermain terus? Apa nggak ada tempat yang mau Kevin datangi?" Saleh menyeletuk, menc