Share

80 Tetangga Baru

Usai pertemuan dengan Bu Anjani, aku mampir ke makam anak kandungku dan Rani. Aku menekuk lutut di makam yang berdampingan itu. Sengaja aku makamkan Rani di dekat makam anak kandungku.

Aku mendo'akan keduanya. Semoga Tuhan menjaga mereka di sisi-Nya. Air mata bahkan sempat ingin menetes saat mengingat keduanya. Namun, tetap berusaha aku bendung.

Aku yang hanya hidup sebatang kara tanpa orang tua di sisi, saat ini pun telah ditinggalkan seorang anak. Terlebih dengan pasangan hidup, bisa diartikan aku sudah gelap memikirkannya. Saat ini perasaan trauma menyelimuti hati dan pikiran.

Aku beranjak dari sana. Berjalan lebih menjauh menuju motor yang terparkir di depan pemakaman. Kuusap air mata yang sempat menetes. Kutelan kepedihan yang tak seharusnya aku ingat kembali. Setelah itu aku pulang dengan hati yang terasa lesu.

***

"Assalamualaikum!"

Seseorang mengucapkan salam seraya mengetuk pintu. Pagi ini aku baru saja selesai mandi dan memakai pakaian.

Gegas aku berjalan menuju pintu utama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status