Share

BAB 04 | HARI PERTAMA MENJADI ISTRI

Setelah selesai pengucapan Janji Pernikahan, Jovanka harus memenuhi keinginan sang mertua untuk makan siang bersama terlebih dahulu.

Setelah itu ia diperbolehkan untuk kembali ke Rumah sakit. Hanya hingga esok hari, karna sore harinya ia harus sudah berada di kediaman itu lagi.

"Makan yang banyak Nak." Ujar Delisa dengan lembut menatap ke arah sang menantu.

Jujur saja perasaan Jovanka menghangat mendengar ucapan sang mertua. Sudah sangat lama ia merindukan ucapan lembut seperti itu.

"Terimakasih Aunty." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum manis.

"Eh kenapa masih panggil Aunty Nak, kami ini adalah orang tua kamu. Panggil Mommy dan Daddy seperti Jonas." Dengan bibir bergetar Jovanka hanya mengangguk saja.

Sementara Jonas hanya melirik sebentar dan kembali menikmati makanan yang ada di hadapannya.

Tak berselang lama mereka semua pun telah selesai makan siang bersama. Saat nya Jovanka berpamitan menjenguk adik nya.

"Vanka pamit dulu Mom." Pamit Jovanka pada sang mertua yang saat ini duduk di ruang tamu.

Delisa yang melihat itu pun sontak menegakkan tubuh nya, dengan mengulas senyum manis wanita itu mendekat ke arah sang menantu.

"Hati - hati ya Nak, nanti untuk makan malam akan ada yang mengantarnya kerumah sakit." Ujar Delisa mengelus lembut rambut panjang Jovanka.

"Vanka makan yang ada di sana saja Mom." Tolak Jovanka dengan halus, rasanya ia tak seistimewa itu untuk di layani.

"Kamu ini sudah menjadi bagian keluarga ini sayang, yaudah jangan Fikirkan apapun. sekarang kamu jenguk adik kamu, pasti dia menunggu kedatangan kamu." Jovanka mengangguk samar dan menyalim tangan sang mertua.

David yang melihat hanya bisa mengulas senyum tipis, ia sangat tau keinginan sang istri sejak dulu menginginkan anak perempuan.

Hanya saja mereka hanya di beri kepercayaan Jonas seorang saja. Bahkan pada menantu mereka yang dulu istri nya tak bisa dekat.

Wanita itu hanya mendekat jika menginginkan sesuatu, apalagi merasa sangat dicintai sang suami tentu saja membuat nya menjadi angkuh.

******

Begitu sampai di depan ruangan adik nya, Jovanka tersenyum ramah pada seorang pria yang berjaga di depan sana.

"Terimakasih Tuan atas kebaikan anda." Ucap Jovanka menunduk hormat.

"Sudah kewajiban saya Nona." Jawab pria tersebut tersenyum samar.

Setelah Jovanka masuk barulah pria itu pergi dari sana. Karena dirinya hanya berjaga disana saat Jovanka tak ada.

Begitu memasuki ruang rawat adiknya, Jovanka langsung memeluk adik nya dengan penuh kasih sayang.

"Bagaimana perasaan kamu sayang?" tanya Jovanka lembut.

"Rasanya semakin membaik kak." Ucap Gabiel pelan. "Gabriel boleh bertanya?"

Jovanka menatap adik nya dengan dahi mengerut. "Kamu mau tanya apa sayang?" tanya Jovanka.

Awal nya Gabriel tak ingin mempertanyakan hal ini, namun ia takut jika kakak nya melakukan hal lain di luar sana untuk pengobatan nya.

Seperti menjual salah satu organ tubuh nya, itu lah yang di Fikirkan oleh remaja itu. Apalagi fasilitas yang ia tempati sangat mewah.

"Kakak dapat biaya pengobatan Gabriel dari mana? Kakak jangan sampai sakit, Gabriel bisa berobat di rumah saja kok kak." Tatapan mata itu selalu sendu jika menatap sang kakak.

Nyatanya Gabriel sangat menyayangi wanita itu, ia merasa bersyukur memiliki kakak seperti Jovanka.

"Kamu jangan Fikir apapun, yang penting kamu sembuh dulu biar kita bisa pulang hmm." Jika kakak nya sudah berkata seperti ini Gabriel pun memilih tak banyak bertanya.

Tujuan nya hanya sembuh, dengan begitu ia bisa membantu kakak nya untuk mencari uang. Tak akan ia biarkan kakak nya hidup menderita seperti selama ini.

Kakak nya sudah sangat banyak berkorban untuk nya, ia ingin segera membalas segala kebaikan kakaknya.

******

Berbeda situasi di dalam kamar milik Jonas, Pria itu sedang menjadi bahan ejekan oleh Zio. Dan hal itu sangat membuat nya jengkel.

"Kasian sekali anda Tuan, malam pertama tapi ditinggal gitu saja." Memang dasar nya Zio tak ada takut nya pada Jonas.

"Diam kau!" Sentak Jonas menatap tajam ke arah Zio.

"Kalau saya jadi Tuan, harusnya melakukan dulu walau belum ada cinta. Apalagi Nona Jovanka itu sangat cantik, rasanya seperti aku melihat bidadari di dunia nyata." Zio menerawang sembari membayangkan wajah cantik Jovanka sehingga sesuatu terlempar di wajah nya barulah ia tersadar.

"Jangan biasakan membayangkan yang bukan milik mu!" Hardik Jonas tak suka.

Entah lah , ia tak suka ada orang lain yang memuji wanita yang baru saja ia nikahi pagi tadi .

Walau hati nya tak menampik apa yang di katakan oleh Zio. Nyatanya Istri nya itu memang sangat cantik, hanya saja memang rasa itu belum ada.

"Bilang saja kau cemburu Tuan." Ledek Zio.

"Sudah lah saya mau pulang dulu, Selamat bertaruh dengan tangan Tuan." Zio pergi dengan tawa terbahak - bahak.

Apalagi melihat bagaimana ekspresi wajah Jonas saat ia mengatakan hal tadi.

"Sialan kau Zio." Maki Jonas menyugar rambut nya ke belakang.

Pria itu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut tebal. Dirinya tadi memang sudah berada di atas ranjang.

Pria itu tak langsung tidur, nyatanya matanya menatap langit-langit kamar nya. Fikiran nya jauh melayang ke masa lalu.

"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu sama sekali tak menemui ku." Jonas membuang nafas nya kasar jika mengingat wanita masa lalu nya.

Nyata nya hingga saat ini , wanita yang sudah sedari lama meninggalkan nya masih tersimpan di hati nya.

Menjalin pernikahan selama dua tahun, keduanya sama sekali belum di karuniai keturunan. Namun hal itu tak menjadi masalah bagi Jonas, karena ia benar-benar mencintai wanita itu

Hingga akhirnya kejadian naas menimpa nya, sempat koma selama 6 bulan. Begitu ia sadar tak pernah menemukan wanita itu lagi.

Pernah mencari nya, namun sama sekali tak menemukan nya. Mau bertanya ke keluarga nya wanita itu sebatang kara dan tinggal di panti asuhan.

Tak ingin pusing memikirkan hal yang ia yakini tak akan pernah kembali. Lebih baik ia memilih memejamkan mata nya dan tidur.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eva
Menarik, lanjutt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status