Setelah selesai pengucapan Janji Pernikahan, Jovanka harus memenuhi keinginan sang mertua untuk makan siang bersama terlebih dahulu.
Setelah itu ia diperbolehkan untuk kembali ke Rumah sakit. Hanya hingga esok hari, karna sore harinya ia harus sudah berada di kediaman itu lagi. "Makan yang banyak Nak." Ujar Delisa dengan lembut menatap ke arah sang menantu. Jujur saja perasaan Jovanka menghangat mendengar ucapan sang mertua. Sudah sangat lama ia merindukan ucapan lembut seperti itu. "Terimakasih Aunty." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum manis. "Eh kenapa masih panggil Aunty Nak, kami ini adalah orang tua kamu. Panggil Mommy dan Daddy seperti Jonas." Dengan bibir bergetar Jovanka hanya mengangguk saja. Sementara Jonas hanya melirik sebentar dan kembali menikmati makanan yang ada di hadapannya. Tak berselang lama mereka semua pun telah selesai makan siang bersama. Saat nya Jovanka berpamitan menjenguk adik nya. "Vanka pamit dulu Mom." Pamit Jovanka pada sang mertua yang saat ini duduk di ruang tamu. Delisa yang melihat itu pun sontak menegakkan tubuh nya, dengan mengulas senyum manis wanita itu mendekat ke arah sang menantu. "Hati - hati ya Nak, nanti untuk makan malam akan ada yang mengantarnya kerumah sakit." Ujar Delisa mengelus lembut rambut panjang Jovanka. "Vanka makan yang ada di sana saja Mom." Tolak Jovanka dengan halus, rasanya ia tak seistimewa itu untuk di layani. "Kamu ini sudah menjadi bagian keluarga ini sayang, yaudah jangan Fikirkan apapun. sekarang kamu jenguk adik kamu, pasti dia menunggu kedatangan kamu." Jovanka mengangguk samar dan menyalim tangan sang mertua. David yang melihat hanya bisa mengulas senyum tipis, ia sangat tau keinginan sang istri sejak dulu menginginkan anak perempuan. Hanya saja mereka hanya di beri kepercayaan Jonas seorang saja. Bahkan pada menantu mereka yang dulu istri nya tak bisa dekat. Wanita itu hanya mendekat jika menginginkan sesuatu, apalagi merasa sangat dicintai sang suami tentu saja membuat nya menjadi angkuh. ****** Begitu sampai di depan ruangan adik nya, Jovanka tersenyum ramah pada seorang pria yang berjaga di depan sana. "Terimakasih Tuan atas kebaikan anda." Ucap Jovanka menunduk hormat. "Sudah kewajiban saya Nona." Jawab pria tersebut tersenyum samar. Setelah Jovanka masuk barulah pria itu pergi dari sana. Karena dirinya hanya berjaga disana saat Jovanka tak ada. Begitu memasuki ruang rawat adiknya, Jovanka langsung memeluk adik nya dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana perasaan kamu sayang?" tanya Jovanka lembut. "Rasanya semakin membaik kak." Ucap Gabiel pelan. "Gabriel boleh bertanya?" Jovanka menatap adik nya dengan dahi mengerut. "Kamu mau tanya apa sayang?" tanya Jovanka. Awal nya Gabriel tak ingin mempertanyakan hal ini, namun ia takut jika kakak nya melakukan hal lain di luar sana untuk pengobatan nya. Seperti menjual salah satu organ tubuh nya, itu lah yang di Fikirkan oleh remaja itu. Apalagi fasilitas yang ia tempati sangat mewah. "Kakak dapat biaya pengobatan Gabriel dari mana? Kakak jangan sampai sakit, Gabriel bisa berobat di rumah saja kok kak." Tatapan mata itu selalu sendu jika menatap sang kakak. Nyatanya Gabriel sangat menyayangi wanita itu, ia merasa bersyukur memiliki kakak seperti Jovanka. "Kamu jangan Fikir apapun, yang penting kamu sembuh dulu biar kita bisa pulang hmm." Jika kakak nya sudah berkata seperti ini Gabriel pun memilih tak banyak bertanya. Tujuan nya hanya sembuh, dengan begitu ia bisa membantu kakak nya untuk mencari uang. Tak akan ia biarkan kakak nya hidup menderita seperti selama ini. Kakak nya sudah sangat banyak berkorban untuk nya, ia ingin segera membalas segala kebaikan kakaknya. ****** Berbeda situasi di dalam kamar milik Jonas, Pria itu sedang menjadi bahan ejekan oleh Zio. Dan hal itu sangat membuat nya jengkel. "Kasian sekali anda Tuan, malam pertama tapi ditinggal gitu saja." Memang dasar nya Zio tak ada takut nya pada Jonas. "Diam kau!" Sentak Jonas menatap tajam ke arah Zio. "Kalau saya jadi Tuan, harusnya melakukan dulu walau belum ada cinta. Apalagi Nona Jovanka itu sangat cantik, rasanya seperti aku melihat bidadari di dunia nyata." Zio menerawang sembari membayangkan wajah cantik Jovanka sehingga sesuatu terlempar di wajah nya barulah ia tersadar. "Jangan biasakan membayangkan yang bukan milik mu!" Hardik Jonas tak suka. Entah lah , ia tak suka ada orang lain yang memuji wanita yang baru saja ia nikahi pagi tadi . Walau hati nya tak menampik apa yang di katakan oleh Zio. Nyatanya Istri nya itu memang sangat cantik, hanya saja memang rasa itu belum ada. "Bilang saja kau cemburu Tuan." Ledek Zio. "Sudah lah saya mau pulang dulu, Selamat bertaruh dengan tangan Tuan." Zio pergi dengan tawa terbahak - bahak. Apalagi melihat bagaimana ekspresi wajah Jonas saat ia mengatakan hal tadi. "Sialan kau Zio." Maki Jonas menyugar rambut nya ke belakang. Pria itu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut tebal. Dirinya tadi memang sudah berada di atas ranjang. Pria itu tak langsung tidur, nyatanya matanya menatap langit-langit kamar nya. Fikiran nya jauh melayang ke masa lalu. "Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu sama sekali tak menemui ku." Jonas membuang nafas nya kasar jika mengingat wanita masa lalu nya. Nyata nya hingga saat ini , wanita yang sudah sedari lama meninggalkan nya masih tersimpan di hati nya. Menjalin pernikahan selama dua tahun, keduanya sama sekali belum di karuniai keturunan. Namun hal itu tak menjadi masalah bagi Jonas, karena ia benar-benar mencintai wanita itu Hingga akhirnya kejadian naas menimpa nya, sempat koma selama 6 bulan. Begitu ia sadar tak pernah menemukan wanita itu lagi. Pernah mencari nya, namun sama sekali tak menemukan nya. Mau bertanya ke keluarga nya wanita itu sebatang kara dan tinggal di panti asuhan. Tak ingin pusing memikirkan hal yang ia yakini tak akan pernah kembali. Lebih baik ia memilih memejamkan mata nya dan tidur.Sesuai janji nya Jovanka kembali ke kediaman Smith di sore hari dengan dijemput supir kediaman itu. Setelah menyapa keluarga Smith, sang ibu mertua menyuruhnya membawa Jonas ke atas."Kau mau mandi sekarang?" Tanya Jovanka mengangkat wajah nya menatap sang suami."Hmm." Hanya deheman saja yang keluar dari bibir pria itu."Apa aku juga harus membantumu mandi juga?" Tanya Jovanka polos tak ayal membuat sudut bibir Jonas berkedut .'Menggemaskan.' Batin nya."Hmm." Dehem nya lagi, seperti nya Jovanka akan jantungan jika harus memandikan bayi besar seperti Jonas, lagipula entah kenapa ia harus bertanya seperti itu.Dan teruntuk Jonas sendiri, entah mengapa ia sangat ingin mengerjai gadis yang berstatus istri nya ini.Dengan perlahan Jovanka kembali mendorong kursi roda masuk ke dalam kamar mandi. Lalu membantu suami nya untuk berpindah ke kursi yang sudah di sediakan di sana."Kenapa melamun?" Tanya Jonas dengan mata memicing membuat Jovanka salah tingkah."Ekhm, emm itu ... Harus dimandi
"Selamat pagi Mom, maaf karena Vanka kesiangan." Ucap nya dengan kepala menunduk, begitu sadar ia kembali menarik selimut menutup tubuh nya. "Pagi sayang, kamu bersih - bersih dulu sana. Biar Mom bangun kan Suami kamu." Ujar Delisa lembut mengelus rambut panjang Jovanka. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat perasaan Jovanka menghangat. Sudah sangat lama ia merindukan hal seperti itu, dan kini ia mendapatkan nya dari orang lain yang tiba-tiba menjadi mertua nya. "Biar vanka aja Mom." "Tak apa sayang, kamu bersih-bersih aja dulu." Akhir nya pun Jovanka tak ada pilihan lain selain menurut pada mertua nya. Dengan menurunkan kaki jenjang nya, Jovanka melangkah ke arah kamar mandi. Namun ia menyempatkan diri menoleh ke arah sang suami yang masih setia memejamkan mata nya. Setelah memastikan sang menantu masuk ke dalam kamar mandi, Delisa melangkah mendekati ranjang dan mendudukkan bokong nya di pinggiran ranjang. "Jonas, Mom tau kamu sudah bangun. Ayo, sekarang bangun!"
"Jonas, aku izin bertemu adikku ya." Seru Jovanka setelah Jonas duduk nyaman di dalam mobil. Jonas yang tadi nya tak memperhatikan wanita itu pun kini menatap ke arahnya. "Kau akan kembali jam berapa?" "Aku akan kembali sebelum kau pulang dari kantor." Jawab Jovanka dengan mengulas senyum tipis. "Baik, dan kau pergilah dengan supir jangan naik angkutan umum."Ucap Jonas mengangguk pelan. Jovanka yang mendengar hal itu pun sontak mengulas senyuman semakin lebar. "Terimakasih Jonas, kau bekerja lah dengan semangat." Ucap Jovanka tersenyum manis. "Hmm."Jonas hanya berdehem, terlebih ia merasakan gelagat aneh kala menatap senyuman istrinya itu. Setelah mobil yang membawa suaminya itu pergi, Jovanka kembali masuk kedalam untuk bersiap pergi menemui adiknya. Sudah satu minggu sejak kepulangan adiknya dari rumah sakit mereka belum bertemu. Jovanka memiliki waktu bertemu adiknya kalau Jonas sedang pergi bekerja. ****** Kini Jovanka sudah berada di salah satu unit apartement mewah m
Sepulang nya Jovanka dari apartemen adik nya, wanita itu langsung membersihkan diri dan turun ke lantai dasar menuju Pantry."Nona, anda istirahat saja. anda kan baru saja kembali dari luar pasti lelah." Ujar Bibi Nancy dengan suara lembut."It's oke Bibi, aku gak capek kok. tadi juga hanya di apartemen adikku saja." Ujar Jovanka, namun kali ini Bibi Nancy sedikit memaksa agar wanita itu tak ikut mengerjakan pekerjaan mereka."Kali ini Bibi tidak mau mengalah Nona, anda harus naik ke atas atau di ruang santai saja bisa menonton drama atau apapun." Seru Bibi Nancy.Pada akhir nya pun Jovanka mengalah. Wanita itu menghela nafas berat, namun tak ayal mengangguk kan kepala nya juga."Yasudah, Aku kedepan saja ya Bibi." Bibi Nancy pun menjawab dengan anggukan kepala nya.Sementara Jovana terus melangkah hingga kaki nya berhenti di ruang santai. Wanita itu mendudukkan bokong nya di sofa panjang, menyalakan TV dan mencari channel yang menyiarkan drama yang akan ia tonton.Namun tampak nya ga
Sementara di negara yang berbeda, pasangan paruh baya itu sedang bercerita memikirkan keadaan pasangan pengantin baru yang ada disana. "Bagaimana kehidupan mereka disana Sayang." Ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Delisa. Wanita itu merasa khawatir meninggalkan putra dan menantu nya hanya berdua saja disana. "Kau tak perlu khawatir Honey, mereka akan baik - baik saja. Dan putra kita itu tak akan melakukan hal yang buruk terhadap Jovanka." Seru David tersenyum kecil sambil menyesap teh nya. "Semoga saja Sayang." Ucap Delisa yang juga mengulas senyum tipis ke arah suami nya. "Fokus pada kesehatan mu saja Honey, ada orang yang aku suruh untuk memantau keadaan di sana. Jadi kau tak perlu merasa khawatir, aku kan sudah berjanji kalau menantu kita akan tetap aman." Ujar David lagi dengan menghela nafas pelan. Walau pernikahan putra mereka atas dasar perjanjian semata. Namun Delisa benar - benar menyayangi gadis yang menjadi menantu nya itu. "Aku berharap pernikahan
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te