Sementara di negara yang berbeda, pasangan paruh baya itu sedang bercerita memikirkan keadaan pasangan pengantin baru yang ada disana.
"Bagaimana kehidupan mereka disana Sayang." Ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Delisa. Wanita itu merasa khawatir meninggalkan putra dan menantu nya hanya berdua saja disana. "Kau tak perlu khawatir Honey, mereka akan baik - baik saja. Dan putra kita itu tak akan melakukan hal yang buruk terhadap Jovanka." Seru David tersenyum kecil sambil menyesap teh nya. "Semoga saja Sayang." Ucap Delisa yang juga mengulas senyum tipis ke arah suami nya. "Fokus pada kesehatan mu saja Honey, ada orang yang aku suruh untuk memantau keadaan di sana. Jadi kau tak perlu merasa khawatir, aku kan sudah berjanji kalau menantu kita akan tetap aman." Ujar David lagi dengan menghela nafas pelan. Walau pernikahan putra mereka atas dasar perjanjian semata. Namun Delisa benar - benar menyayangi gadis yang menjadi menantu nya itu. "Aku berharap pernikahan mereka selalu bahagia Sayang sampai akhir." Gumam Delisa yang masih di dengar oleh suami nya. David mengangkat wajah nya menatap lekat wajah istri nya yang sangat ia cintai itu. David tau kekhawatiran yang di rasakan oleh Istri nya. "Aku tak ingin perempuan itu kembali dan mengacau pernikahan putra kita Sayang. Sedari awal aku tak menyukai wanita itu." Seru Delisa lagi. "Aku paham Honey, dan akan aku usahakan kalau wanita itu tak akan kembali setelah dia pergi meninggalkan putra kita saat koma." Ujar David dengan tegas. Tak akan ia biarkan wanita masa lalu putra nya datang mengganggu dan membuat onar dalam kehidupan rumah tangga putra nya. Bagi David, siapapun yang sudah pergi tak ada hak apapun jika ingin kembali lagi. Ya, kalau bisa sampai kapan pun jangan pernah menunjukkan wajah nya lagi. "Ku harap menantu kita itu akan bertahan apapun yang terjadi sayang. Jujur saja, aku tak menginginkan hubungan mereka berakhir walau berawal dari kesepakatan bersama." Ujar Delisa menatap dengan tatapan sendu ke arah suami nya. Lagi dan lagi David menghela nafas panjang, mana mungkin ia mengharap kan hubungan putra nya yang baru saja dimulai berakhir. Tidak, bahkan sampai kapan pun ia tak ingin hal itu terjadi. Terlebih wanita yang menjadi menantu itu termasuk menantu idaman para mertua. ****** Beberapa hari berlalu begitu saja dengan rasa bahagia yang di rasakan oleh kedua nya. Beberapa hari belakangan ini Jonas memang pergi ke kantor yang dulu nya sangat jarang ia datangi karena keadaan nya. Namun rasa percaya diri itu kembali setelah berbagi cerita dengan istri nya. Jonas merasa sangat nyaman jika membagi cerita hidup nya pada wanita yang menjadi istri nya itu. Menurut nya Jovanka adalah istri sekaligus sahabat dimana ia bisa mencurahkan dan juga mendapatkan solusi dengan keresahan hati nya. "Kau tak bosan berada di sini saja?" Jonas bertanya dengan menatap sekilas ke arah sang istri. "Emm, sebenarnya aku sangat bosan. Aku ingin bekerja, tapi takut nya pekerjaan ku belum selesai saat kau sudah kembali." Ujar Jovanka tersenyum kecut. Jonas mengangguk anggukkan kepala nya mengerti keresahan istri nya. "Bagaimana kalau kau bekerja di perusahaan ku saja." Tawar Jonas. "Kau mau mengejekku ya! aku ini hanya tamatan high school bukan anak kuliahan. Jadi mana bisa bekerja di perusahaan mu yang besar itu." Seru Jovanka dengan bibir mengerucut membuat Jonas gemas melihat nya. Buru - buru pria itu mengalihkan pandangan ke sembarang arah lalu kembali menatap ke arah istri nya. "Kau bisa jadi sekretaris ku disana, jadi tugas mu hanya duduk diam dan merawat ku." Ujar Jonas enteng. "Haiss, lebih baik aku melamar jadi Babysitter di perusahaan mu daripada jadi sekretaris. apa disana kau tak memiliki sekretaris ?" Seru Jovanla menatap malas suami nya. "Sekretaris ku baru mengajukan cuti hendak melahirkan. Jadi kau bisa menggantikan nya, tenang saja semua pekerjaan mu akan di tangani oleh Zio." Ujar Jonas lagi, Jovanka terdiam sembari memikirkan perkataan suami nya. Bukan kah lebih baik ia mengikuti perkataan pria itu dari pada hanya berdiam diri saja. Bahkan adik nya pun sudah mulai masuk sekolah lagi. "Baik lah aku mau, tapi jangan hanya duduk saja.Setidak nya kau harus mengajari ku sedikit, dan aku akan belajar dengan giat. Bagaimana?" Tawar Jovanka. "Ckk kau sudah berani tawar menawar dengan ku ya." Seru Jonas diiringi dengan decakan pelan. Bukan nya takut yang ada Jovanka malah tertawa kecil. "Tapi baiklah, aku akan mengajarimu. Itu lebih baik lagi kalau kau mau belajar, setidak nya mengurangi pekerjaan nanti nya." Ujar Jonas terkekeh. Melihat ekspresi lain suami nya tak ayal membuat perasaan Jovanka menghangat. Hingga saat ini ia tak pernah berfikir kalau Jonas akan sebaik ini pada nya. Namun tetap saja ia harus menjaga perasaan nya, tak ingin jika dirinya terjebak dalam situasi yang lebih sulit daripada pernikahan nya ini. Yaitu Jatuh Cinta dengan Jonas. "Lalu kapan aku bisa bekerja?" "Kapan pun kau mau, karena tak akan ada yang melarang nya!" "Emm baiklah, bagaimana kalau ikut dengan mu hari ini. Eh tapi -- lebih kita pergi terpisah saja." "Kenapa harus terpisah? Tujuan kita sama Jovan, kau ini aneh sekali." "Aku tak mau membuat gosip, takut nya nama mu akan menjadi buruk karna terlihat bersama wanita seperti ku." Jonas hanya bisa menghela nafas berat mendengar perkataan istri nya itu. Bukan kah kita tak perlu mendengar kan perkataan orang lain. Jonas yang posisi nya duduk di atas kursi roda dan Jovanka dipinggiran ranjang saling berhadapan. Pria tampan itu memegang kedua pundak Istri nya, sehingga wanita itu menatap ke arah nya dan kedua nya saling menatap satu sama lain. "Dengarkan aku Jovan! Hidupku adalah milikku, tak perlu mendengar perkataan orang lain. Lagi pula aku juga sangat jarang terlihat, dan jika ada yang mengatai mu mereka akan berhadapan langsung dengan ku ..." "Kau tak perlu risau kan hal itu, aku berjanji pada Mom akan selalu membuat mu nyaman disini. Dan aku rasa itu juga bagian dari tanggung jawab ku karena kau adalah istri ku." Ujar Jonas dengan suara tegas. Sebuah senyuman manis terbit di bibir ranum gadis tersebut, Jovanka sangat suka mendengar perkataan suami nya itu.Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas.Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh.Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali.Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu."Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri."Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami."Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula aku tak memil
Jovanka adalah seorang gadis berusia 20 tahun, yang hidup di kontrakan sempit dan harus banting tulang untuk biaya pengobatan adik nya yang sakit-sakitan. Hari ini adalah hari tersial bagi Jovanka karna dirinya dipecat dari pekerjaannya. Dan pihak rumah sakit pun tak bisa memberikan keringanan baginya. "Dokter, saya mohon jangan hentikan pengobatan adik saya. Jangan lakukan itu Dokter, saya berjanji akan segera melunasinya." Mohon Jovanka dengan menangkup kedua tangan nya di dada. "Maafkan saya Nona, ini semua sudah jadi kebijakan Rumah Sakit. Kami tak bisa memberikan keringanan lagi." Ujar Dokter berusia sekitar 40 tahunan itu sedikit menunduk . "Bagaimana dengan adikku," Lirih Jovanka dengan kepala menunduk . Rasanya ia tak dapat melakukan apa-apa lagi, sudah banyak yang ia kerjakan untuk mendapatkan biaya pengobatan adik nya. Tapi nyatanya tak akan bisa menutupi biaya pengobatan adik nya. Adik nya yang mengidap kanker otak selalu bolak balik Rumah sakit. Sementara kedua
Hari ini Jovanka akan bertemu dengan Pria yang menikah dengannya dua hari lagi. Gadis itu bersiap-siap di ruang rawat adiknya, karna gadis itu memang sudah membawa keperluannya kerumah sakit. Dengan penampilan nya yang sederhana Jovanka tetap terlihat memukau. Memakai dress polos berwarna biru muda dan tanpa polesan make-up. "Semoga saja dia tidak terkejut melihat penampilan ku yang jauh dari kata mewah." Gumam Jovanka sembari menghela nafas pelan. Netra mata indah itu menatap ke arah ranjang dimana adiknya masih belum sadarkan diri. Jovanka melangkah mendekati brankar rumah sakit itu menatap intens adiknya. "Kakak pergi dulu sayang, cepatlah sembuh agar bisa kembali beraktivitas." Ucap Jovanka pelan, gadis itu mendekatkan wajah dan mengecup kening adiknya. Jovanka kembali menegakkan tubuh nya dan melangkah menjauh mengambil tasnya yang berada di atas nakas lalu pergi dari sana. ****** Dua puluh menit di perjalanan dengan menggunakan Bus umum, Jovanka tiba di sebuah resto
Mendapatkan pengobatan terbaik untuk adiknya adalah kebahagiaan tersendiri bagi Jovanka. Tak menginginkan hal lain kecuali kesembuhan adik nya. Walau ada yang harus di bayar untuk itu, yaitu menikahi pria yang baru saja ia kenal dan menjadi istri sekaligus pengasuh Pria tampan itu. Kabar baik nya, setelah beberapa adiknya itu tak sadarkan diri. Akhirnya membuka kedua matanya saat Jovanka kembali dari pertemuan nya dengan Jonas. Dan besok, tepat di hari Minggu adalah hari pernikahan nya dengan Jonas. Dan kehidupan nya yang baru akan segera dimulai. "Besok kakak pergi sebentar ya, kamu disini nanti ada yang temani." Ucap Jovanka pada adik laki - laki nya, Gabriel. Gabriel masih berusia 14 tahun, memiliki sifat pendiam karna memang Jovanka lah teman satu - satunya berbicara. "Iya, Kak. Kakak hati-hati kalau keluar. Aku hanya punya kakak." Ucap Gabriel pelan, mata nya selalu memancarkan kasih sayang yang besar untuk kakak perempuan nya. "Kakak akan selalu ingat pesan kamu,"
Setelah selesai pengucapan Janji Pernikahan, Jovanka harus memenuhi keinginan sang mertua untuk makan siang bersama terlebih dahulu. Setelah itu ia diperbolehkan untuk kembali ke Rumah sakit. Hanya hingga esok hari, karna sore harinya ia harus sudah berada di kediaman itu lagi. "Makan yang banyak Nak." Ujar Delisa dengan lembut menatap ke arah sang menantu. Jujur saja perasaan Jovanka menghangat mendengar ucapan sang mertua. Sudah sangat lama ia merindukan ucapan lembut seperti itu. "Terimakasih Aunty." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum manis. "Eh kenapa masih panggil Aunty Nak, kami ini adalah orang tua kamu. Panggil Mommy dan Daddy seperti Jonas." Dengan bibir bergetar Jovanka hanya mengangguk saja. Sementara Jonas hanya melirik sebentar dan kembali menikmati makanan yang ada di hadapannya. Tak berselang lama mereka semua pun telah selesai makan siang bersama. Saat nya Jovanka berpamitan menjenguk adik nya. "Vanka pamit dulu Mom." Pamit Jovanka pada sang mertua yan