Share

BAB 02 | PERTEMUAN !

Hari ini Jovanka akan bertemu dengan Pria yang menikah dengannya dua hari lagi. Gadis itu bersiap-siap di ruang rawat adiknya, karna gadis itu memang sudah membawa keperluannya kerumah sakit.

Dengan penampilan nya yang sederhana Jovanka tetap terlihat memukau. Memakai dress polos berwarna biru muda dan tanpa polesan make-up.

"Semoga saja dia tidak terkejut melihat penampilan ku yang jauh dari kata mewah." Gumam Jovanka sembari menghela nafas pelan.

Netra mata indah itu menatap ke arah ranjang dimana adiknya masih belum sadarkan diri. Jovanka melangkah mendekati brankar rumah sakit itu menatap intens adiknya.

"Kakak pergi dulu sayang, cepatlah sembuh agar bisa kembali beraktivitas." Ucap Jovanka pelan, gadis itu mendekatkan wajah dan mengecup kening adiknya.

Jovanka kembali menegakkan tubuh nya dan melangkah menjauh mengambil tasnya yang berada di atas nakas lalu pergi dari sana.

******

Dua puluh menit di perjalanan dengan menggunakan Bus umum, Jovanka tiba di sebuah restoran dan diarahkan masuk ke salah satu ruang VIP.

Ternyata disana belum ada siapa-siapa, mungkin Pria yang akan menikah dengannya belum sampai. Jovanka mendudukkan bokong nya disana sembari menatap sekeliling ruangan tersebut.

"Ternyata begini cara orang kaya hidup, andai Mama dan Papa masih ada pasti aku juga akan merasakan hal seperti ini." Gumam gadis itu menarik nafas nya dalam-dalam.

Tak berselang lama pintu ruangan itu terbuka sontak membuat Jovanka berdiri menegakkan badan nya.

Netra matanya menatap kearah dua orang Pria yang baru saja datang. Satunya duduk di kursi roda dan yang satunya lagi berdiri tepat dibelakang kursi roda.

"Selamat datang, T-tuan." Sapa Jovanka gugup. Terlebih tatapan mata tajam yang dilontarkan Pria itu kepadanya.

Jonas memberi kode agar asisten nya itu keluar meninggalkan mereka berdua disana. Dan kini hanya tinggal mereka saja dengan duduk saling berhadapan hanya di batasi meja persegi.

Sudah beberapa menit berlalu namun Jonas masih saja terdiam membuat Jovanka cemas. Akankah dia ditolak dan pengobatan adiknya akan di cabut, sungguh ia tak ingin hal itu terjadi.

"Tuan." Jovanka memberanikan diri membuka suara terlebih dahulu.

"Berapa banyak uang yang diberikan Daddy-ku untukmu?" Pertanyaan itu mampu membuat perasaan Jovanka terluka. Namun ia tak dapat melakukan apapun, lagi-lagi demi adiknya.

Gadis itu hanya menundukkan kepala nya tak berani menatap wajah Jonas yang terlihat tak menyukai dirinya.

"Kenapa kau diam saja? Berapa banyak uang yang diberikan pada mu, aku akan memberikan mu lebih banyak karna aku sama sekali tak ingin menikahi gadis seperti mu!" Tukas Pria itu dengan nada dingin.

Jovanka memberanikan diri mengangkat wajah nya dan menatap Jonas dengan tatapan berkaca-kaca.

"Ada apa? apa kau terluka mendengar nya hmm? Katakan saja karna kau akan mendapat banyak keuntungan!" Seru Jonas lagi tanpa peduli perasaan gadis yang di hadapan nya itu terluka.

Padahal kemarin ia sudah menerima permintaan orangtua nya, namun entah kenapa jadi seperti ini.

"Tuan aku hanya menerima pengobatan untuk adikku, selain itu aku tak menginginkan apapun." Ucap Jovanka dengan suara lirih.

"Cih aku sama sekali tak yakin dengan yang kau katakan, kau pasti menerima uang yang lain kan?"

"Sama sekali tidak ada tuan, Tuan David hanya menjanjikan pengobatan dan tempat tinggal untuk adikku saat ia sembuh. Tidak ada hal lain, anda harus percaya Tuan." Ujar Jovanka tak sadar air matanya mengalir.

Jonas yang melihat itu pun dibuat tak tega, bukankah dia sudah mengetahui alasan dibalik Jovanka menerima tawaran Daddy-nya.

Tapi kenapa harus bertanya lagi, Jonas menarik nafas nya dalam-dalam dan menatap lekat wajah gadis yang di hadapannya ini.

Harus ia akui jika gadis yang dihadapan nya memang sangat cantik dan menarik. Tapi tetap saja tak mampu menggetarkan hati nya.

"Aku sudah pernah menikah sebelumnya."

Jovanka kembali menatap ke arah Jonas dengan mengerjapkan mata nya berulang kali.

"Jujur saja aku tak ingin menikah lagi dengan siapapun. Karena hingga saat ini yang ada dihatiku hanya istriku, ah bisa dikatakan mantan istri." Ujar Jonas tatapan mengarah pada Jovanka.

Jovanka tak tau harus bereaksi seperti apa, karena David sendiri tak ada mengatakan hal ini sebelumnya.

Tapi tunggu, bukankah mau pernah menikah atau tidak tak ada pengaruhnya bagi dirinya sendiri. Lagipula setelah Pria ini sembuh dari kelumpuhan nya ia bisa kembali hidup bebas.

"Apa kau bersedia dengan hal itu Nona Jovanka?" Tanya Jonas dengan menekan kata terakhirnya.

"Saya, saya bersedia Tuan." Ucap Jovanka dengan gugup.

Jonas mengangguk anggukan kepalanya sembari mengetuk meja dengan punggung jarinya. Tak berselang lama Pria itu kembali berucap.

"Baik, aku juga akan membuat kontrak perjanjian denganmu. Kau bisa membaca nya terlebih dahulu." Jonas menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan Jovanka.

Tatapan gadis itu beralih dari wajah Jonas ke arah berkas tersebut. Dalam hatinya bertanya-tanya apalagi yang akan ia setujui demi adiknya itu.

Tangan nya terulur membuka lembaran demi lembaran dan membaca nya dengan seksama. Sama seperti halnya kontrak perjanjian dengan David, didalam perjanjian itu pun ada beberapa yang menguntungkan baginya.

"Saya bersedia Tuan, dan saya tidak akan meminta hak apapun itu." Ucap Jovanka dengan yakin.

"Keputusan yang bagus," Ucap Jonas dengan anggukan kepala.

"Dan ya, cukup panggil namaku saja tanpa ada embel-embel Tuan." Ujar Pria itu lagi.

"Aku mengerti." Balas Jovanka dengan mengulas senyuman manis, senyuman itu mampu membuat Jonas berdehem berulang kali dan mengelus tengkuknya.

*****

Walaupun Jonas tampak mengerikan dan ketus, tapi pria itu cukup baik. Ia bahkan menawarkan tumpanga untuk Jovanka pulang, walaupun sikapnya masih dingin.

Siang ini, Jovanka mengunjungi ruang rawat adiknya lagi. Dan begitu membuka ruangan tersebut netra mata nya tertuju pada sosok yang sudah membuka kedua matanya.

Dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, Jovanka melangkah cepat dan langsung memeluk adiknya.

"Kau sudah sadar sayang, kakak sangat takut saat melihatmu tak sadarkan diri" Air mata pun tak dapat di bendung lagi.

"Aku minta maaf kak, aku memang selalu menyusahkan kakak." Ucap pria remaja itu dengan perasaan bersalah.

Jovanka mengurai pelukan nya dan menatap lekat wajah adiknya yang masih tampak pucat.

" Jangan katakan hal seperti itu, kakak sama sekali tak masalah. Kau adalah satu-satunya keluarga yang kakak miliki. Dan berjanjilah untuk segera sembuh, hanya itu yang kakak mau Gabriel." Ucap Jovanka dengan tatapan sendu.

"Aku berjanji kak, aku berjanji. Terimakasih sudah selalu ada untukku." Kedua nya kembali saling berpelukan. Tak bosan-bosannya Gabriel terus mengucapkan terimakasih pada kakak nya itu.

Karena baginya Jovanka adalah sosok Malaikat yang berwujud manusia dan diciptakan untuk dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status