Sepulang nya Jovanka dari apartemen adik nya, wanita itu langsung membersihkan diri dan turun ke lantai dasar menuju Pantry.
"Nona, anda istirahat saja. anda kan baru saja kembali dari luar pasti lelah." Ujar Bibi Nancy dengan suara lembut. "It's oke Bibi, aku gak capek kok. tadi juga hanya di apartemen adikku saja." Ujar Jovanka, namun kali ini Bibi Nancy sedikit memaksa agar wanita itu tak ikut mengerjakan pekerjaan mereka. "Kali ini Bibi tidak mau mengalah Nona, anda harus naik ke atas atau di ruang santai saja bisa menonton drama atau apapun." Seru Bibi Nancy. Pada akhir nya pun Jovanka mengalah. Wanita itu menghela nafas berat, namun tak ayal mengangguk kan kepala nya juga. "Yasudah, Aku kedepan saja ya Bibi." Bibi Nancy pun menjawab dengan anggukan kepala nya. Sementara Jovana terus melangkah hingga kaki nya berhenti di ruang santai. Wanita itu mendudukkan bokong nya di sofa panjang, menyalakan TV dan mencari channel yang menyiarkan drama yang akan ia tonton. Namun tampak nya gadis itu sedikit bingung, tentu saja bingung selama ini hidup nya ia habis kan hanya untuk bekerja dan bekerja. Jadi mana tau dia tentang perkembangan Film maupun serial apapun. "Kalau begini lebih baik aku tidur saja." Jovanka merebahkan tubuh di atas sofa panjang tersebut. Lama kelamaan mata indah tadi tampak terpejam dan terlelap menyelami alam mimpi. ****** Sore hari nya, Jonas baru saja memasuki Mansion bersama Zio yang tadi membantu nya. Netra mata nya menatap ke penjuru ruangan mencari istri nya. Karena seperti biasa, gadis itu selalu menyambut kedatangan nya. Lalu kemana pergi nya gadis itu, bukan kah katanya sudah kembali setelah makan siang. "Kau mencari siapa Tuan?" Tanya Zio berpura - puta tak tahu, padahal tentu saja ia paham. "Jovan." Jawab Jonas jujur. Zio menaikkan sebelah alis nya tanpa bisa di lihat oleh Jonas. "Mungkin ada di Pantry , biar saya lihat." Jonas mengangguk, Zio pun berlalu melangkah menuju pantry. Tak berselang lama pria itu kembali lagi dengan menggeleng kan kepala nya. "Dimana dia?" Tanya Jonas dengan alis terangkat. "Kata Bibi Nancy tadi mau kedepan, tapi kok gak ada ya." Gumam Zio menatap ke sekeliling ruangan yang tampak senyap. Tanpa membalas ucapan Zio, Jonas menggerakkan kursi roda nya menuju salah satu ruangan yang berada tak jauh dari sana. Benar saja, begitu ia membuka ruangan netra mata nya di suguhkan pemandangan istri nya yang terlelap disana. "Anda sedang ada Tuan?" dengan refleks Jonas kembali menutup pintu dan menatap tajam asisten nya itu. "Kau ini kebiasaan Zio, istri ku sedang tidur di dalam sana." Seru Jonas. "Astaga maaf Tuan, kan saya sama sekali tak tahu." Ucap Zio dengan wajah sedikit merasa bersalah. "Sudah kau pulang saja sana, aku disini saja." Zio pun mengangguk paham, setelah berpamitan pria itu memutar badan nya dan pergi dari kediaman itu. Sementara Jonas kembali membuka pintu tersebut dan masuk kedalam. Kursi roda nya berhenti tepat di depan Jovanka yang tampak terlelap. Sudut bibir pria itu terangkat kala memperhatikan wajah lucu istri nya. Bibir ranum itu tampak sedikit terbuka dan berpose sangat lucu. 'Menggemaskan.' Batin Jonas menatap gemas istri nya. Padahal ini bukan pertama kali nya ia menatap wajah lelap gadis itu. Terlebih kini mereka sudah tidur di ranjang yang sama. Ada apa ini? bukan kah Jovanka berharap bisa pisah kamar namun segan dengan mertua nya. Namun kini kedua paruh baya itu tak ada, kenapa mereka malah tidur satu ranjang. Hal itu terjadi pertama kali saat Jovanka merasa sedikit tak enak badan. Jadi Jonas meminta gadis itu untuk tidur di sebelah nya, walau sedikit canggung namun Jovanka tetap menyetujui nya. Hingga pada keesokan hari nya Jonas lah yang mengatakan agar mereka tak perlu tidur terpisah. Terlebih Jonas sudah berjanji tak akan melakukan apapun terhadap gadis itu. Namun tentu saja Iman Jonas terus terusan di uji, tidur berdua dengan gadis yang sudah sah menjadi istri nya namun tak ia sentuh? Bukan kah itu terdengar sangat lucu, gadis secantik Jovanka entah sampai kapan ia akan kuat untuk menahan diri. Walau dirinya tak dapat berjalan, bukan berarti ia tak dapat melakukan apa yang bisa membuat nya puas. Tapi sepertinya untuk sampai ke arah sana masih jauh! Tangan Jonas terulur ke arah wajah yang mulus itu, Jemari Pria itu meraih helaian rambut Jovanka dan menyingkirkan nya ke arah telinga Gadis itu. 'Cantik.' Tatapan mata tajam itu beralih pada bibir ranum milik Jovanka yang selalu mengganggu pikiran nya. haruskah ia ambil? Ah rasanya akan sangat berdosa!. Jonas menjauh kan tangan nya sembari menarik nafas dalam - dalam. Memejamkan kedua mata nya untuk menghilangkan pikiran nya yang tercemar. "Jovan." Jonas membangunkan istrinya dengan suara lembut dan mengelus lengan istrinya. "Jovanka, ayo bangun." Seru Jonas lagi, namun pria itu membangunkan istri nya dengan sangat lembut. Perlahan tubuh istri nya menggeliat pelan dan mengerjabkan kelopak mata nya. Begitu terbuka netra mata Jovanka langsung tertuju pada sosok tampan yang ada di hadapan nya. "Astaga, aku ketiduran! Maaf Jonas, sekarang kita naik ke atas." Seru Jovanka menegakkan badan nya dan di tahan oleh Jonas. "Ada apa?" "Jangan bangun terburu-buru seperti itu, nanti kepala kamu pusing." Ucap Jonas dengan menghela nafas pelan. Netra mata cantik itu kembali mengerjab, apa ini? kenapa perasaan nya cari berdebar tak karuan mendengar suara lembut dari pria itu. "Heii." Jonas mengjentikkan jari nya di depan mata Jovanka sehingga membuat gadis itu tersentak, "Kau melamun kan apa?" "Ah itu, tidak ada. Kita naik ke atas saja, Ayo!" Jovanka kembali menegakkan tubuh nya dan melangkah ke arah belakang kursi roda suami nya. Ia mendorong kursi roda yang di duduki suami nya keluar dari ruang santai menuju lift yang membawa mereka ke lantai atas.Sementara di negara yang berbeda, pasangan paruh baya itu sedang bercerita memikirkan keadaan pasangan pengantin baru yang ada disana. "Bagaimana kehidupan mereka disana Sayang." Ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Delisa. Wanita itu merasa khawatir meninggalkan putra dan menantu nya hanya berdua saja disana. "Kau tak perlu khawatir Honey, mereka akan baik - baik saja. Dan putra kita itu tak akan melakukan hal yang buruk terhadap Jovanka." Seru David tersenyum kecil sambil menyesap teh nya. "Semoga saja Sayang." Ucap Delisa yang juga mengulas senyum tipis ke arah suami nya. "Fokus pada kesehatan mu saja Honey, ada orang yang aku suruh untuk memantau keadaan di sana. Jadi kau tak perlu merasa khawatir, aku kan sudah berjanji kalau menantu kita akan tetap aman." Ujar David lagi dengan menghela nafas pelan. Walau pernikahan putra mereka atas dasar perjanjian semata. Namun Delisa benar - benar menyayangi gadis yang menjadi menantu nya itu. "Aku berharap pernikahan
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas.Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh.Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali.Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu."Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri."Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami."Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula aku tak memil
Jovanka adalah seorang gadis berusia 20 tahun, yang hidup di kontrakan sempit dan harus banting tulang untuk biaya pengobatan adik nya yang sakit-sakitan. Hari ini adalah hari tersial bagi Jovanka karna dirinya dipecat dari pekerjaannya. Dan pihak rumah sakit pun tak bisa memberikan keringanan baginya. "Dokter, saya mohon jangan hentikan pengobatan adik saya. Jangan lakukan itu Dokter, saya berjanji akan segera melunasinya." Mohon Jovanka dengan menangkup kedua tangan nya di dada. "Maafkan saya Nona, ini semua sudah jadi kebijakan Rumah Sakit. Kami tak bisa memberikan keringanan lagi." Ujar Dokter berusia sekitar 40 tahunan itu sedikit menunduk . "Bagaimana dengan adikku," Lirih Jovanka dengan kepala menunduk . Rasanya ia tak dapat melakukan apa-apa lagi, sudah banyak yang ia kerjakan untuk mendapatkan biaya pengobatan adik nya. Tapi nyatanya tak akan bisa menutupi biaya pengobatan adik nya. Adik nya yang mengidap kanker otak selalu bolak balik Rumah sakit. Sementara kedua
Hari ini Jovanka akan bertemu dengan Pria yang menikah dengannya dua hari lagi. Gadis itu bersiap-siap di ruang rawat adiknya, karna gadis itu memang sudah membawa keperluannya kerumah sakit. Dengan penampilan nya yang sederhana Jovanka tetap terlihat memukau. Memakai dress polos berwarna biru muda dan tanpa polesan make-up. "Semoga saja dia tidak terkejut melihat penampilan ku yang jauh dari kata mewah." Gumam Jovanka sembari menghela nafas pelan. Netra mata indah itu menatap ke arah ranjang dimana adiknya masih belum sadarkan diri. Jovanka melangkah mendekati brankar rumah sakit itu menatap intens adiknya. "Kakak pergi dulu sayang, cepatlah sembuh agar bisa kembali beraktivitas." Ucap Jovanka pelan, gadis itu mendekatkan wajah dan mengecup kening adiknya. Jovanka kembali menegakkan tubuh nya dan melangkah menjauh mengambil tasnya yang berada di atas nakas lalu pergi dari sana. ****** Dua puluh menit di perjalanan dengan menggunakan Bus umum, Jovanka tiba di sebuah resto
Mendapatkan pengobatan terbaik untuk adiknya adalah kebahagiaan tersendiri bagi Jovanka. Tak menginginkan hal lain kecuali kesembuhan adik nya. Walau ada yang harus di bayar untuk itu, yaitu menikahi pria yang baru saja ia kenal dan menjadi istri sekaligus pengasuh Pria tampan itu. Kabar baik nya, setelah beberapa adiknya itu tak sadarkan diri. Akhirnya membuka kedua matanya saat Jovanka kembali dari pertemuan nya dengan Jonas. Dan besok, tepat di hari Minggu adalah hari pernikahan nya dengan Jonas. Dan kehidupan nya yang baru akan segera dimulai. "Besok kakak pergi sebentar ya, kamu disini nanti ada yang temani." Ucap Jovanka pada adik laki - laki nya, Gabriel. Gabriel masih berusia 14 tahun, memiliki sifat pendiam karna memang Jovanka lah teman satu - satunya berbicara. "Iya, Kak. Kakak hati-hati kalau keluar. Aku hanya punya kakak." Ucap Gabriel pelan, mata nya selalu memancarkan kasih sayang yang besar untuk kakak perempuan nya. "Kakak akan selalu ingat pesan kamu,"