Share

BAB 03 | PERNIKAHAN

Mendapatkan pengobatan terbaik untuk adiknya adalah kebahagiaan tersendiri bagi Jovanka. Tak menginginkan hal lain kecuali kesembuhan adik nya.

Walau ada yang harus di bayar untuk itu, yaitu menikahi pria yang baru saja ia kenal dan menjadi istri sekaligus pengasuh Pria tampan itu.

Kabar baik nya, setelah beberapa adiknya itu tak sadarkan diri. Akhirnya membuka kedua matanya saat Jovanka kembali dari pertemuan nya dengan Jonas.

Dan besok, tepat di hari Minggu adalah hari pernikahan nya dengan Jonas. Dan kehidupan nya yang baru akan segera dimulai.

"Besok kakak pergi sebentar ya, kamu disini nanti ada yang temani." Ucap Jovanka pada adik laki - laki nya, Gabriel.

Gabriel masih berusia 14 tahun, memiliki sifat pendiam karna memang Jovanka lah teman satu - satunya berbicara.

"Iya, Kak. Kakak hati-hati kalau keluar. Aku hanya punya kakak." Ucap Gabriel pelan, mata nya selalu memancarkan kasih sayang yang besar untuk kakak perempuan nya.

"Kakak akan selalu ingat pesan kamu," ujar Jovanka tersenyum manis sembari mengelus lembut kepala adiknya.

"Apakah masih sakit?" Tanya Jovanka dengan nada lembut dan dibalas gelengan kepala oleh Gabriel.

"Udah lumayan kak, Terimakasih karena begitu sabar menjagaku. Aku berjanji akan segera sembuh, Kak." Kedua kakak beradik itupun saling berpelukan, merasa bersyukur karena masih ada anggota keluarga yang tersisa bagi mereka.

Dan untuk kebutuhan Jovanka menikah besok sudah dipersiapkan semuanya. Dirinya hanya tinggal datang untuk di hias besok pagi.

Melaksanakan Janji suci pernikahan di pagi hari, karena itulah permintaannya agar dirinya masih memiliki waktu menemani adik nya di rumah sakit.

Setelahnya ia akan menjadi istri sekaligus pengasuh Jonas. Entah bagaimana ia nanti menjelaskan pada adiknya itu.

******

Tak terasa waktu yang di tunggu-tunggu pun telah tiba. Kini kedua mempelai sudah berada di atas Altar Pernikahan.

Sedari tadi Jovanka tak berani mengangkat wajahnya, jadi sudah di pastikan kalau gadis itu merasa gugup. Terlebih tadi ia sempat menatap sosok Jonas yang terlihat berkali lipat lebih tampan walau berada di atas kursi roda.

Sementara Jonas, tatapan nya tak teralihkan dari wajah cantik Jovanka. Bahkan sangat cantik menurut nya.

Setelah beberapa saat acara yang di nantikan Mereke semua pun akhir nya dimulai dengan Janji pernikahan.

Sang pastor pun berdiri di antara kedua mempelai dan menanyakan kesediaan kedua mempelai tersebut.

"Kini tibalah waktunya untuk mengucapkan Janji Pernikahan."

"Saudara Jonas Rivanno Smith, Bersediakah Saudara meresmikan perkawinan ini dengan sungguh dan ikhlas hati?"

"Ya, Sungguh." Jawab Jonas suara Tegas.

Jovanka yang mendengar nya pun di buat gugup, padahal tadi dirinya sudah merasa sangat siap.

"Bersediakah Saudara mengasihi dan menghormati istri Saudara Seumur hidup?"

"Ya, saya bersedia."

"Bersediakah Saudara menjadi Bapak yang baik bagi anak-anak yang di Percayakan Tuhan kepada saudara dan mendidik nya menjadi umat yang setia?"

"Ya, saya bersedia."

Setelah Pastor mendapatkan jawaban yang penuh dengan kesungguhan dari mempelai Pria. Kini giliran sang mempelai wanita yang akan ia tanyakan kesungguhan nya.

"Jovanka Norabella Abraham Bersediakah Saudari meresmikan perkawinan ini dengan sungguh dan ikhlas hati?" Perasaan Jovanka semakin tak karuan, mau meminta kekuatan pun ia tak memiliki kenalan disana.

Namun entah mengapa ia malah mengalihkan tatapan nya ke bangku jemaat dimana sosok yang akan menjadi Ibu mertua nya berada.

Melihat wanita paruh baya itu mengangguk membuat nya menarik nafas dalam -dalam.

"Ya, Sungguh." Jawab Jovanka dengan suara bergetar pelan.

"Bersediakah Saudari mengasihi dan menghormati Suami Saudari Seumur hidup?"

"Ya, Saya Bersedia." Suara gadis itu mulai terdengar normal, namun degup jantung nya kian berdebar kencang.

"Bersediakah Saudari menjadi Ibu yang baik bagi anak-anak yang di Percayakan Tuhan kepada saudari dan mendidik nya menjadi umat yang setia?"

Mendengar kata anak membuat Jovanka tertegun, bukankah pernikahan mereka tak akan sampai kesana. Tapi dengan cepat gadis itu tersadar dan menjawab pertanyaan Sang Pastor.

"Ya, Saya Bersedia." Jawab Wanita itu bersamaan dengan hembusan nafas lega dari kedua orang tua Jonas dan jemaat yang hadir.

Terlihat di bagian bangku jemaat paling depan, Delisa sebagai Ibu kandung Jonas meneteskan air mata bahagia. Ia berharap kalau ini menjadi awal kebahagiaan putranya.

"Silahkan menyematkan cincin pernikahan saudara berdua." Ujar Sang Pastor memberikan kotak persegi berwarna merah ke tangan Jonas.

Jovanka yang tadinya berdiri pun merendahkan tubuh nya, sementara Jonas tak merasa tersinggung atas perlakuan istri nya itu.

Keduanya saling menyematkan cincin di jari manis pasangan nya. Tak terduga Jonas menarik sedikit sudut bibir nya ke atas.

Sementara Jovanka hanya menatap sendu pada cincin yang melingkar di jari manis nya. Semua nya ia lakukan demi kesembuhan adiknya.

Setelah serangkaian Janji pernikahan selesai, kini kedua orang tua Jonas dan beberapa Jemaat yang hadir memberikan selamat pada pengantin baru tersebut.

"Selamat bergabung dikeluarga kami Nak, mulai sekarang jangan sungkan untuk membicarakan apapun dengan Mommy maupun yang lain hmm." Delisa dengan lembut mengelus pundak sang menantu.

Jovanka yang mendapatkan perlakuan lembut itu sontak mengulas senyum manis. Rasanya menikah dengan orang yang tak ia kenal adalah mimpi, terlebih untuk pengobatan adiknya.

Dan ia bersyukur karena mendapatkan mertua yang begitu baik dan lembut. Ia berharap kalau pria yang baru saja menjadi suaminya itu bukan orang yang kejam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status