Share

Senyum Tersembunyi

Suara pecahan kaca saling bersahutan di dalam sebuah ruangan tanpa henti. Napas Kaisar memburu dengan tangan terkepal kuat, hingga goresan di telapak tangannya mengeluarkan darah.

“Dia ... Dia tersenyum seperti itu dengan begitu mudahnya?” Kaisar tersenyum miris, mengetatkan rahangnya dengan tubuh gemetar menahan amarah.

“Kau sudah lama menikmati waktu di luar sana dengan bebas. Sudah tiba saatnya menerima hukuman, aku tidak akan melepaskanmu kali ini.” Ujar Kaisar dingin, lalu berbalik melangkah keluar dari ruangan kerjanya yang kini berantakan seperti kapal pecah dengan pecahan kaca di mana-mana.

Di tempat lain.

Seorang wanita memegang ponsel di telinganya. Berdiri diam menghadap dinding kaca yang memperlihatkan bangunan kota.

“Kak ... apa aku sudah boleh kembali?” Tanyanya pelan dengan bibir gemetar mengingat hal yang telah ia lakukan.

“Belum saatnya. Aku meneleponmu bukan untuk memanggilmu kembali, hanya ingin menyampaikan jika Ibu sangat merindukanmu.”

Wanita itu menunduk dengan menggenggam kuat ujung baju tidur yang ia kenakan. Ingin sekali dia kembali sekarang, dia sudah sangat merindukan pelukan hangat Ibunya.

“A-aku sangat merindukan Mami, kak.”

“Bertahanlah sebentar lagi. Setelah itu, aku sendiri yang akan menjemputmu.” Sang Kakak mencoba untuk membujuk adiknya. Masalah besar bisa saja terjadi jika Adiknya kembali, karena sosok yang dia kenal tak mungkin berhenti begitu saja sebelum menemukan orang yang dia cari.

“Baik, kak. Aku mengerti,” lirihnya.

“Jaga dirimu baik-baik. Ingatlah, kami sangat menyayangimu di sini.”

Tut!

Tubuh wanita itu luruh ke lantai dingin dalam kamarnya.

“Maafkan aku, Tuhan. A-aku sungguh tidak sengaja.”

***

Adelia berlari cepat di trotoar jalan dengan napas memburu. Terus berlari dan tersenyum kecil saat melihat toko bunga tempat ia bekerja sudah cukup dekat.

Adelia semakin mempercepat larinya, hingga hampir tiba di depan pintu toko.

Namun, hal yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba sosok tegap dengan setelan jas rapi berdiri di depan pintu toko bunga itu.

“Awas!” teriak Adelia kala tak bisa menghentikan larinya.

Bruk!

“Aduh!” Adelia mengaduh sakit kala bokongnya mendarat sempurna di tanah.

Tiba-tiba pintu toko terbuka, menampilkan sosok wanita cantik yang merupakan pemilik toko bunga itu.

“Pagi, kak.” Sapa Adelia dengan senyum tipis di bibirnya. Cukup canggung dengan posisinya sekarang ini.

Sedang sosok yang disapa terlihat terkejut mendapati posisi Adelia yang duduk tanah.

“Maaf, membuat kamu terjatuh. Apa ada yang sakit?”

Adelia menatap dalam diam telapak tangan itu, lalu perlahan mendongak menatap sosok pemilik tangan yang terulur kepadanya.

“Ah, iya. Terima kasih,” Adelia meraih tangan itu tanpa ragu dengan senyum manis di bibirnya.

Segera bangkit dari duduknya dan sedikit merapikan penampilannya yang berantakan tanpa menoleh ke arah lain, hingga tidak menyadari perubahan ekspresi dari pria di belakangnya.

‘Bolehkah aku menghancurkan tangannya itu? Bolehkah aku mematahkan tulang-tulangnya?’ batin Kaisar bertanya pada dirinya sendiri. Merasa jijik dengan tangan yang disentuh oleh Adelia.

“Ya ampun, Adelia. Bagaimana bisa kamu terjatuh? Bagian mana yang sakit?”

Adelia hanya terkekeh pelan mendengar pertanyaan penuh kekhawatiran dari bosnya itu, lalu menoleh ke belakang dan terkejut saat tanpa sengaja melihat sekilas ekspresi menyeramkan dari sosok di belakangnya.

Kaisar tersenyum ramah saat menyadari jika Adelia menatapnya, hingga membuat Adelia bingung dengan hal yang ia lihat.

‘Mungkin aku salah lihat,' batin Adelia segera menggeleng dan menatap kembali sosok atasannya.

“Tidak apa-apa, Kak. Aku terlalu terburu-buru hingga tidak sengaja menabrak Tuan itu dan jatuh ke tanah.” Ujar Adelia menjelaskan.

Kening Kaisar mengerut kala mendengar percakapan dua orang di depannya.

‘Kakak?’ batin Kaisar.

‘Sepertinya Tante Zeline dan wanita ini cukup dekat,' lanjut Kaisar dalam hati, lalu tersenyum saat sosok yang ia sebut sebagai Tante menatapnya.

“Oh, Kaisar.” Ucap Zeline cukup terkejut saat menyadari keberadaan Kaisar di sana.

“Maaf, Tante enggak nyadar kamu ada di situ. Ada apa?” tanya Zeline mendekati Kaisar, sedang Adelia memilih diam melihat dua orang itu.

‘Jadi Tuan ini kenalan Kak Zeline, ya?’ batin Adelia tersentak saat tatapannya tak sengaja bertemu dengan mata Kaisar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status