Share

TERJEBAK MALAM PANAS DENGAN SANG PEWARIS
TERJEBAK MALAM PANAS DENGAN SANG PEWARIS
Penulis: Atiexbhawell

Awal berjumpa

Naima meremat jemarinya untuk mengurangi rasa gugup dan takut mana kala terdengar pintu terbuka dari luar. Dia gelisah, bahkan lututnya telah gemetar. Namun, dia terlanjur memilih jalan ini dan tak bisa mundur lagi.

Naima segera bangkit berdiri lalu bersiap menyambut sang pemilik kamar yang dia tahu bernama Sadewa, seorang pengusaha muda yang harus dia temani malam ini.

"Kamu siapa?" tanya Dewa terkejut. Matanya mendelik sempurna melihat Naima berdiri tak jauh dari pintu kamar.

Naima tersentak, akan tetapi dia harus segera menguasai diri dan melakukan tugasnya dengan baik karena sejumlah uang sudah dia dapatkan sebagai imbalannya.

Dewa yang diambang kesadaran sebab terlalu banyak menenggak alkohol terpana begitu wajah Naima terlihat dengan jelas. Mata bulat dengan bulu mata yang begitu lentik. Hidung mancung serta bibir mungil kemerahan, membuatnya semakin lepas kendali atas gejolak yang membara dalam dirinya.

"Kamu siapa?" tanya Dewa lagi menatap manik hitam legam yang begitu bening itu.

"Sa-saya ...." gagap Naima sedikit gemetar.

Tanpa menunggu lagi, Dewa menyambar bibir kecil yang nampak menggodanya itu padahal Naima belum selesai menjawab. Dewa benar-benar menyesap madu manis itu dengan brutal dan semakin menuntut.

Bau alkohol menyengat dari deru nafas Dewa membuat Naima mual seketika, tetapi dia tak bisa menghindar karena tubuh kecilnya sudah dalam rengkuhan tangan kekar Dewa.

Meski agak kaku, Naima berusaha mengimbangi Dewa. Ia mengalungkan kedua tangan ke pundak Dewa, mendongak dan berjinjit supaya wajahnya tepat di depan wajah Dewa.

Cukup lama mereka dalam posisi itu, sampai Naima merasa pegal dan menjauhkan wajahnya dari Dewa untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

Naima memekik kecil saat tubuhnya terasa melayang dalam gendongan Dewa dan kemudian mendarat sempurna di atas kasur empuk. Dewa memposisikan dirinya di atas tubuh Naima, dengan tatapan yang telah sepenuhnya tertutup hasrat yang menggelora.

Dewa tak membiarkan Naima bernafas lega terlalu lama, dengan cepat Dewa kembali meraup bibir kemerahan itu dengan brutal. Satu tangan diangunakan sebagai penopang agar tubuhnya tidak ambruk di atas tubuh Naima, satu tangan lagi berkelana dengan bebas menyentuh tubuh molek Naima.

Naima kewalahan mengimbangi Dewa yang sangat buas, tubuh kecilnya menggelinjang bak cacing kepanasan. Hanya dengan satu kali sentakan tangan Dewa, gaun malam Naima terlepas dari tubuh indahnya.

Naima pasrah, tak bisa mengelak apalagi mencegah Dewa karena memang dia dibayar untuk melakukan itu. Meski hatinya menjerit untuk tidak melakukan itu, akan tetapi otaknya kadung lumpuh dan terbawa suasana.

"Sa-saya belum pernah melakukannya, tolong pelan-pelan," lirih suara Naima di tengah hasrat Dewa yang menggebu.

Dewa yang sudah dibutakan oleh g4ir4h, mengabaikan itu. Baginya, yang terpenting adalah segera menuntaskan hasratnya.

Air mata meleleh dari kedua netra Naima, saat pertahanannya terkoyak tanpa perasaan. Sakit yang kini dia rasakan tak sebanding dengan sakit dalam hatinya saat harga dirinya terhempas ke dalam jurang yang terdalam.

Seberani itu Naima melakukan perbuatan yang sesungguhnya tak ingin dia lakukan. Akan tetapi dia tak bisa mundur, untuk itu dia berusaha mengabaikan rasa sakitnya.

Meski agak kaku karena ini adalah pengalaman pertamanya, namun Naima berusaha mengimbangi permainan Dewa walau dengan air mata yang terus mengalir deras dari kedua mata indahnya.

Sampai Dewa menuntaskan hasratnya dan akhirnya ambruk di samping tubuh polos Naima. Tak berselang lama, Dewa terlelap begitu saja dan mengabaikan Naima yang masih menangis di antara deru nafasnya.

*

*

*

Dewa terbangun saat merasakan pergerakan di ranjangnya. Perlahan membuka mata dan seketika rasa pening menyerangnya. Ia kembali memejamkan matanya, bahkan untuk beberapa saat sampai terpaksa dia buka karena kembali merasakan pergerakan di ranjangnya.

Pemandangan pertama yang dia lihat saat matanya terbuka adalah seorang wanita dengan punggung yang terbuka. Seketika dia terlonjak kaget dan membuat kepalanya semakin berdenyut sakit.

"Siapa kamu?" bentaknya dengan suara meninggi.

Naima yang hendak turun dari ranjang sontak terkejut lalu menoleh dengan cepat. Sadar tengah diperhatikan Dewa, Naima buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Dewa pun sontak melihat tubuhnya yang juga polos dan hanya tertutup selimut yang sama yang digunakan Naima.

"B*ngs*t! Siapa kamu? Kenapa ada di sini? Apa yang kamu lakukan?" teriak Dewa frustasi lalu menyibak selimut dengan kasar kemudian meraih handuk kimono untuk menutup tubuhnya.

Naima meremat selimutnya, menunduk dalam dengan genangan air mata yang siap tumpah dalam satu kedipan saja.

"Jawab! Siapa kamu?!" berang Dewa menatap tajam Naima yang menunduk ketakutan.

"Sa-saya--"

"Kamu menjebak saya, hah?" tuding Dewa sarkas, tatapannya tajam bak seekor singa yang menemukan mangsanya.

Dewa mengingat apa yang semalam terjadi dengannya, sayangnya dia hanya ingat sudah meninggalkan Vero dan Julian di klub malam karena dia sudah terlalu mabuk.

"Tolong katakan, apa yang sudah terjadi? Siapa yang menyuruhmu?" ulang Dewa dengan suara sedikit melemah melihat Naima yang hanya menunduk sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Sa-saya, disuruh Pak Vero," sahut Naima dengan suara serak dan bergetar.

"Sh*t!" umpat Dewa meraup wajahnya frustasi.

Kemudian dia pergi begitu saja keluar dari kamarnya tanpa sepatah katapun. Meninggalkan Naima yang kini sudah menangis terisak sambil memeluk dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status