Share

Naima

Sepeninggal Dewa, Naima menangisi dirinya. Penyesalan tentu merasuk dalam jiwanya yang terdalam, akan tetapi dia sudah menentukan pilihannya dengan mengambil jalan ini.

Puas menangis, dia bergegas membersihkan diri. Dia tak mau terus larut dalam penyesalan terus menerus. Toh, semuanya sudah terjadi dan menyesal seperti apapun tidak akan merubah keadaannya apalagi mengembalikan kep3r4w4n4nnya.

Usai mandi dan berganti pakaian, Naima membereskan barangnya dan bersiap meninggalkan kamar itu. Sampai dia selesai, Dewa tak kunjung kembali. Naima mengabaikan itu, toh bayaran untuk pekerjaannya semalan sudah dia terima.

Namun, dia kembali terduduk di tepi ranjang. Melihat bekas merah yang menempel pada sprei mengingatkan lagi akan keputusan yang sudah dia ambil.

Naima jadi enggan pergi dari kamar itu. Kamar yang menjadi saksi bisu, titik terendah dalam hidupnya.

Berulang kali menghembuskan nafas besar, untuk menetralkan perasaannya. Gejolak amarah dan penyesalan tentu saja masih besar menguasai hatinya. Akan tetapi dia sadar sepenuhnya, bahwa keputusan ini dia ambil bukan tanpa pertimbangan.

"Sudah, Nai, tidak akan ada yang berubah meski kamu tak lagi p3r4w4n, malah dengan ini kamu bisa membawa keluargamu keluar dari lilitan hutang yang mencekik."

Terngiang kembali ucapan Tari, wanita yang menjadi jalan sampai akhirnya dia berada di kamar itu.

"Kak Nai, Bapak sakit lagi. Juragan Hamid sudah tidak memberi tenggang waktu lagi, Kak!"

"Kak, anak buah juragan mukulin Bapak!"

"Kak, mereka datang lagi!"

Naima memejamkan matanya, terlintas jelas aduan Bela -adiknya- ketika dia hendak menolak tawaran Tari untuk melepas k3p3r4w4n4nnya.

Sampai akhirnya, dia menerima tawaran itu dengan harga yang cukup membuatnya gemetar. Entah sultan mana yang rela merogoh kocek demi sebuah k3p3r4w4n4n dengan nilai yang cukup fantastis bagi Naima.

300 juta hanya untuk satu malam saja. Andai tak ingat dosa, Naima akan melanjutkan pekerjaan itu saja. Sayanganya, Naima masih memiliki pengetahuan ilmu agama meski setipis kulit ari.

Semua dia lakukan agar ayahnya tak lagi terlibat dengan juragan arogan itu, dia juga bisa memboyong ayah dan adiknya pulang ke kampung halaman. Untuk selanjutnya, mereka akan melanjutkan hidup di kampung halaman.

[Kak Nai kapan pulang?]

Satu notif pesan dari Bela masuk ke ponselnya. Bukan ponsel bagus sekelas merk ternama, hanya ponsel android bekasan yang dia dapat dari majikannya dulu saat bekerja sebagai penjaga kedai loundry.

Naima segera membaca pesan sang adik lalu membalasnya.

[Sebentar lagi Kakak pulang, Bel. Bilang sama Bapak, kalian bersiaplah! Hari ini juga kita pulang ke Jogja.]

[Kak Nai dapat uangnya?] tanya Bela lagi.

[Iya!]

[Alhamdulillah, Bela akan bilang sama Bapak, Kak!]

Senyum tipis terukir di wajah cantik Naima. Biarlah, dia menjual harga dirinya demi bisa membawa orang tercintanya lepas dari hutang piutang. Dia sudah bertekad akan membuka usaha di kampung halamannya di Jogja. Kalimantan terlalu kejam untuknya yang tak memiliki harta benda dan pengalaman.

Naima menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas yang semalam dia bawa, menyentuh amplop tebal yang merupakan bayaran untuk k3svci4nnya yang juga sudah berada di sana.

Kembali menghela nafas besar, mengatur ekspresi wajahnya agar ayah dan adiknya tidak curiga saat dia sampai ke rumah nanti.

Meski ada sedikit penyesalan di lubuk hatinya yang terdalam, Naima mengabaikannya. Yang terpenting adalah dia dan keluarganya bisa keluar dari tanah rantau yang begitu kejam ini.

Naima meninggalkan kamar hotel dengan segera, dia ingin cepat sampai ke kontrakan kemudian menyelesaikan hutang piutang ayahnya agar hidup mereka tenang.

Namun saat sampai loby, dia menyadari gelang yang selalu dia pakai tak ada di lengan kirinya.

"Pasti jatuh di kamar," gumamnya menghentikan langkah.

Ia ingin kembali ke kamar untuk mengambil gelangnya, tetapi dia ragu. Bukan gelang mahal, tetapi itu pemberian terakhir ibunya sebelum meninggal. Jelas, itu adalah kenang-kenangan yang berharga untuknya.

"Ah, biarlah!" gumamnya lagi, lalu dia bergegas pergi tanpa menoleh lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status