"Mana ada do'a rahasia suami, Mas? Namanya suami istri itu nggak ada rahasia-rahasiaan," protes Nur.Agus tertawa lirih. Dia sudah berusia 29 tahun. Semua hal sudah dia miliki. Istri yang dia cintai dan mencintainya. Tinggal satu keinginan Agus, yaitu memiliki buah hati dalam pernikahan mereka."Aamiin." Agus mengusap wajah dan tersenyum pada istrinya. "Semoga Allah segera memberikan kita anak-anak ya, Sayang," ucapnya lirih.Nuraini mengangguk mengamini. Selanjutnya, kedua orang itu telah larut dalam kenikmatan yang halal. Nuraini menatap langit-langit kamar berwarna putih bersih itu dengan senyum tersungging di bibirnya."Kenapa kamu senyum-senyum, begitu?" tanya Agus sambil mengusap pipi lembab istrinya."Rahasia istri, Mas," jawabnya menggoda, lalu menenggelamkan diri dalam pelukan sang suami.*Puncak KuikKesibukan para alumni siswa SMU itu terlihat sejak siang hari. Ternyata tidak hanya puluhan siswa yang mengikuti camping dalam rangka perpisahan sekolah itu. Namun ada beberapa
"Dia itu kepala desa, terkenal baik dan dermawan banget. Kaya raya, punya toko furniture dan toko emas.""Ya, beruntung banget si Nur dapat duren tajir," timpal salah satu dari mereka."Aku juga bisa beruntung seperti Nur. Secara aku lebih cantik dari dia!" sahut gadis dengan rambut sebahu itu optimis.Ketiga temannya mencibir. Mereka sama-sama tahu, gadis itu memang pandai menggaet laki-laki mapan. Tidak peduli suami orang hanya demi membeli barang-barang mahal. "Apa yang akan kamu lakukan, Ces?" tanya salah satu dari mereka.Cesi, nama gadis itu pun tampak tersenyum misterius. Dia menjentikkan jarinya lalu merangkak naik ke arah Nur dan Agus."Ehem, ehem!" Salsa berdehem jahil melihat tangan Agus yang seperti tidak rela melepaskan tangan Nur. Agus dan Nur kompak menatap Salsa salah tingkah. Nuraini menarik tangannya dari genggaman Agus. Laki-laki itu nyengir kecil sembari menggaruk tengkuknya ketika Pak Fahrul ikut berdehem-dehem."Salsa, nanti pinter-pinter cari suami seperti Pak
Nuraini mengangguk ragu. Dia hendak mendekati Agus, tetapi lagi-lagi, pemandangan memuakkan menghentikan langkahnya."Om Agus, maaf ya. Saya nggak sengaja," ucap Cesi sembari berdiri di depan Agus.Agus mengangguk samar. Cesi tersenyum manis lalu memberanikan diri mendongak menatap laki-laki tampan itu. Agus yang merasa tidak nyaman kembali mundur. Apalagi tatapan mata beberapa orang tertuju ke arahnya."Om, Agus!" panggil Cesi lagi.Agus memejamkan mata dengan rahang mengetat. Dia menatap tak minat pada gadis yang terlihat begitu genit itu."Ada apa?" tanya Agus datar.Cesi kembali tersenyum. "Terima kasih atas pertolongan Om tadi sore. Saya belum sempat bilang. Kapan-kapan, bisa nggak Om kita jalan?" tanyanya tanpa malu.Agus terkekeh pelan. Dia menggaruk telinganya yang terasa gatal. Tidak tahu malu sekali gadis di depannya itu. Dari dandanannya dia juga berbeda dari anak seusianya."Maaf ya, Dik. Aku nggak bisa karena aku sudah punya istri!" jawab Agus kemudian bergegas meninggalk
Kehebohan terjadi di grup chat alumni SMU Harapan. Beberapa guru yang melihat video rekaman yang dikirim oleh salah satu siswa tersebut juga ikut berkomentar. Pagi-pagi sekali, Agus dipanggil oleh Pak Fahrul. "Kita harus bicara jujur pada mereka Mas Agus," ucap salah seorang guru. Agus mengangguk menyetujui. Tidak disangka, kebersamaannya dengan Nur tadi malam, diam-diam dividio oleh salah satu murid. "Saya juga berpikir begitu, Pak. Tapi Nur selalu menolak. Dia belum siap. Maafkan kami, kalau sudah membuat suasana tidak nyaman," sesalnya.Beberapa guru mengangguk. Tidak bisa dipungkiri, apa yang dilakukan mereka walaupun tidak sepenuhnya salah juga tidak bisa dibenarkan. Meskipun mereka terikat pernikahan yang sah, namun mereka bermesraan di tempat camping siswa."Maafkan saya," ucap Agus lagi lirih."Kami mengerti. Untuk meredakan kasak-kusuk, lebih baik Pak Agus dan Nuraini mengumumkan status kalian," nasihat guru yang lain.Sementara di tendanya, Nuraini yang juga melihat video
Nur tertegun. Telat? Dia menatap Agus yang justru senyum-senyum. Agus mengusap bibir istrinya dengan sapu tangan."Setelah dari sini, kita cek ke dokter ya, Nur," saran Agus lirih."Ta-tapi Mas, bagaimana kalau hanya masuk angin? Soalnya semalam kan kita di luar tenda sampe malam banget.""Ya, nggak apa-apa, setidaknya kita sudah cek. Takutnya kamu isi terus nggak tahu kan bahaya, Sayang," jawab laki-laki itu lagi.Tangan Agus bergerak pelan mengusap kepala sang istri. Kemudian laki-laki itu berdiri dan membantu istrinya untuk bangkit. Nur menunduk dalam tidak berani membalas tatapan mata Pak Fahrul dan istrinya. Istri Pak Fahrul mendekati Nur, lalu duduk di samping wanita itu. "Kenapa Nur? Apa kamu sakit?" tanyanya pelan.Nuraini mengangguk samar. Dia kembali membekap mulut ketika pandangannya tertuju pada mie instan tersebut. Agus menggeser mangkuk mie menjauh."Sepertinya istrimu hamil, Gus," ucap Pak Fahrul.Istri Pak Fahrul terpekik bahagia. "Alhamdulillah, Nur!" Wanita berhijab
Terlihat jelas raut wajah gugup mendengar cecaran dari istrinya. Agus tidak ingin aib memalukan yang berusaha dia sembunyikan sebaik mungkin itu diketahui oleh orang lain terutama Nur. Tidak ada orang yang akan lapang dada menerima masa lalu seorang gay. Tidak ada istri yang legowo menerima orientasi menyimpangnya selama beberapa tahun terakhir ini. Meskipun dari pemeriksaan medis, Agus tidak terindikasi terkena HIV dan sipilis. Namun siapa yang tidak jijik dengan masa lalunya itu? Terutama Nuraini, gadis polos yang kebetulan menjadi istrinya."Kenapa nggak dijawab, Mas? Apa Mas berantem sama Ibu?" selidik Nur lagi.Agus mengangguk samar tanpa berani membalas tatapan mata istrinya. "Kenapa Mas sebagai anak nggak ngalah, sih?" tanya Nur sambil mengusap dagu kasar laki-laki yang tengah memeluknya itu.Agus menunduk lalu menempelkan dagunya di kepala Nuraini. Tangannya bergerak pelan mengusap perut rata sang istri."Aku sudah berusaha menghubungi Ibu, tapi Ibu benar-benar marah, Nur. I
"Gino, mau apa kamu ke sini?'' tanya Agus sinis.Gino terkekeh tanpa dosa. Selanjutnya, laki-laki berbadan kekar itu justru menarik kursi dan duduk di dekat mereka.Gino memperhatikan Agus dan Nur bergantian. Bibir laki-laki itu melekuk membentuk senyuman. Tepatnya seringaian licik.Agus yang sudah tidak mood dengan makanannya, segera bangkit. Dia mendekati Nur dan menarik pelan tangan wanita itu."Kita pergi saja. Cari makan di tempat lain," ucap Agus lirih. Meskipun lapar, tidak ada pilihan bagi Nur selain menurut. Dia mengikuti sang suami. Akan tetapi langkah keduanya kembali terhenti."Kamu ingat ya Gus, sampai kapan pun, aku nggak akan melepaskan kamu!" seru Gino.Laki-laki itu tak peduli beberapa pasang mata menatapnya. Dengan gaya menyebalkan, Gino berjalan mendekati Nur dan Agus. Meneliti penampilan Agus dan mengusap pelan dagu kasar laki-laki tampan itu. Agus menyentak kasar tangan Gino dan menatapnya tajam."Nggak usah kurang ajar, Gin. Katakan apa maunya kamu?" tanyanya se
Rahang Agustus mengeras. Dia menggenggam kuat handphone di tangan dengan geram. Agus melirik Nur yang masih menikmati es campur dan bakso."Siapa, Mas?" tanya Nur sedikit mencondongkan tubuh mendekat.Agus segera menghapus pesan singkat tersebut, lalu menggeleng pelan. Laki-laki itu menatap manik hitam Nuraini, lalu meraih sendok dan menyuapkan satu sendok es campur pada istrinya."Em, nggak tahu. Nomor nggak dikenal, mungkin yang pesan emas tadi," jawabnya lirih.Nuraini mengangguk, lalu meraih jemari tangan Agus dan menciumnya. Wanita itu mendongak dan beralih mengusap pipi sang suami."Semoga usaha Mas semakin lancar. Rezeki si Kembar. Setelah membuka toko furniture baru, nanti tambah lagi cabang toko emasnya," do'a Nur tulus."Aamiin, Sayang. Terima kasih sudah mendo'akan suami kamu, ya.""Hem, iya, Mas." Nuraini mengangguk pelan. "Do'a istri juga jalan rezeki suaminya. Ya walaupun aku datang sebagai istrinya Mas, di saat Mas sudah kaya raya. Jadi, wajarlah kalau banyak yang menga