Share

KEKECEWAAN BELINDA.

"Sialan, lu!" Raffa memukul lengan Vano sampai pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Kampret! Sakit, Raf!" Vano mengusap-usap lengannya yang lumayan terasa panas. Bibirnya komat-kamit menggerutu.

Terdengar decakan nyaring dari mulut Raffa. Dia benar-benar bingung harus menjawab apa apabila Belinda sampai bertanya perihal Rania.

"Lu kenapa enggak ngabarin gue kalo si Rania nunggu di sini!" sentak Raffa sambil sesekali celingukan ke ruang tamu.

Beberapa saat yang lalu dia buru-buru menarik Vano, membawa sahabatnya itu ke pantry untuk dimintai penjelasan. Meninggalkan Rania dan Belinda di ruang tamu berdua saja.

"Ck! Elu-nya aja yang keasyikan pacaran! Sampe telpon dari gue enggak diangkat." Lantas, Vano mengambil ponselnya dari saku celana. "Noh, liat! Udah berapa kali gue telpon elu. Gue juga chat elu, bego!" Menunjuk layar ponselnya ke depan hidung Raffa yang cuma berdecih.

"Masa, sih?" Raffa yang masih belum percaya kemudian mengambil ponsel dari saku jaketnya. Menekan tombol on dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status