Entah karena ingat bahwa mereka masih menjadi sahabat atau karena sudah bosan dengan pacarnya, malam ini Dafa tiba-tiba mengirim pesan pada Caca.
Gadis yang baru beristirahat setelah berjam-jam duduk di depan komputer untuk mengerjakan tugas kuliahnya itu melirik ponselnya dengan enggan.
"Ngapain nih orang nge-chat segala?" Tanya Caca pada diri sendiri.
Tanpa repot-repot membaca dia segera beranjak ke kamar mandi, cuci muka, cuci kaki, gosok gigi lalu tidur. Badannya terasa sangat lelah.
Pagi harinya Caca menjalani aktivitas seperti biasa, berangkat pagi walau jadwalnya siang.
"Tadi malam gue dapat chat dari si sahabat," ujar Caca memberitahu ketiga temannya. Sampai saat ini dia masih belum memberitahu identitas Dafa pada mereka.
"Emang masih bisa dianggap sahabat ya, orang nggak tau diri gitu?" celetuk Kiara.
"Selain nggak tau diri, kayaknya dia juga nggak punya malu," timpal Fey sambil menyeruput jusnya.
Ucapan ke
Untung saja Caca sudah diajarkan cara meretas akun. Jemarinya bergerak lincah diatas keyboard hingga berhenti pada satu akun yang hanya memiliki 1 postingan, dan itupun video tadi. Sepertinya ada orang yang sengaja membuat akun ini untuk mengerjainya.Karena menyangkut dirinya dan Jenny, maka Caca tidak akan tinggal diam. Dia mencari bukti-bukti kejahatan Jenny yang memang sudah lama disimpan. 1 video memperlihatkan Jenny yang memasukkan dompetnya sendiri kedalam tas Caca dan 1 video lagi memperlihatkan Jenny yang menusuk dan mendorong Jena dari tangga sebuah gedung. Caca juga menyertakan bukti yang menyatakan bahwa Jenny telah menukar identitas dengan adiknya.Setelah memposting, Caca menandai akun yang tadi, juga akun Jenny, tak lupa dia juga menandai akun gosip yang tadi ikut memposting video tentangnya.Baru beberapa menit postingannya sudah diserbu ribuan like dan komentar. Rata-rata berisi cuitan orang yang tidak men
Hanya dalam waktu 1 malam semua video menjadi sangat viral. Orang-orang langsung mengecam perilaku Jenny. Bahkan perusahaan keluarganya nyaris bangkrut karena berita ini.Selain video yang diposting Caca, ada juga video yang diunggah akun lain. Dalam video itu menjelaskan bagaimana perilaku Jenny semasa sekolah. Lagi-lagi publik menghujat gadis itu karena menjadi tukang bully.Kebetulan hari ini weekend, jadi Caca tidak perlu repot-repot keluar rumah. Gadis dengan setelan kaos dan celana pendek berwarna hitam itu duduk di balkon dengan senyum mengembang di wajahnya. Satu masalah hampir selesai."Gue udah diam, tapi lo malah milih jalan lain," gumamnya sembari memandang lekat laptop di pangkuannya.Sebenarnya dia tidak sendiri di apartemen ini. Ada ketiga temannya yang dari tadi entah melakukan apa di dalam."Buset ... gue nggak tau dia sekejam ini. Itu cewek yang pernah ngelabrak Kiara kan?" Fey duduk di kursi samping Caca, sedangkan Naya dan
"Enak, Kak Arkan bener nggak mau nyobain?" Caca menyodorkan lobster depan Arkan.Mereka duduk di ujung dan tidak terlalu banyak pengunjung sehingga Caca tidak malu-malu menjahili Arkan."Kamu mau bikin Kakak masuk rumah sakit, ya?" Tanya Arkan dengan pasrah. Dia kan alergi seafood, tapi Caca tetap saja suka menjahilinya.Benar-benar susah menghadapi satu-satunya anak perempuan di keluarga Kingstone tersebut. Ada saja kelakuan yang berhasil menarik perhatian dan bikin geram.Caca terkekeh pelan. Baginya, menggoda Arkan sama saja menggoda Arga karena keduanya mempunyai sifat yang mirip."Kan enak, Kak kalau di rumah sakit. Bisa ketemu suster-suster cantik.""Nggak lah, bau obat.""Namanya juga rumah sakit, kalau rumah sehat lah baru bau makanan," cetus Caca dengan senyum lebarnya.Arkan bersiap menyentil kening Caca sebelum sebuah suara menghentikan gerakannya."Caca?""Bunda." Caca langsung berdiri dan menyal
"Iya-iya, maaf. Aku juga akan berusaha buat berubah." Caca menatap geli sahabat laki-lakinya ini. Kebiasaan banget. Setiap habis minta maaf maka langsung cemberut dan sedikit manja seperti anak kecil lagi. "Oke, permintaan maaf masih ditinjau dulu sebelum diterima. Jadi, apa yang akan kamu lakuin supaya proses peninjauan bisa dipercepat?" Tanya Caca sembari mengangkat dagunya angkuh. Tingkah mereka sudah seperti seorang ratu yang memarahi pelayannya. Dafa menekuk kakinya, tangan kiri berada di belakang punggung dan tangan kanan terulur ke depan sang sahabat. "Apakah Anda bersedia makan malam dengan saya?" Caca terkekeh. Dia menerima uluran tangan itu. "Asal gratis, maka saya pasti mau," jawabnya. Keduanya tertawa bersama. Dafa menyuruh Caca bersiap-siap, dia juga akan pulang untuk melakukan hal yang sama. Sekitar 15 menit kemudian keduanya telah berada di dalam lamborghini milik Dafa. Kali ini Caca tidak m
Namanya juga Caca, walau jadi pusat perhatian dia tetap tidak akan peduli, asal tidak ada yang mengganggunya."Padahal gue mau ngajak hang out," ujar Naya dengan sedih.Dia sudah merencanakan jalan-jalan dan belanja dengan teman-temannya sejak satu bulan yang lalu, namun belum memberitahu mereka. Dia kira semuanya akan memiliki waktu luang, ternyata Caca malah ada acara lain."Yah, maaf. Kak Nay ngajak mereka berdua aja deh, kan hari ini cuma ada satu mata kuliah jadi pulangnya cepet.""Enggak masalah, Nay. Sekali-kali kita harus biarin dia pergi sama laki-laki, siapa tau habis ini langsung pacaran." Fey merangkul pundak Naya.Ingin sekali perempuan itu melihat Caca berpacaran. Sejak pertama kenal dia selalu melihat reaksi temannya yang cenderung tidak nyaman saat berdekatan dengan laki-laki, apalagi yang tidak dikenal."Bener juga, biar lo bisa ngelupain si sahabat brengs*k," kata Naya."Tapi tadi malam gue sama dia udah baikan
Malam ini, Caca pergi keluar bersama Arga. Entah kenapa abang yang biasanya selalu betah di rumah itu sekarang berkata bosan dan suntuk makanya mengajak ke kafe. Berbeda dengan Gara yang justru kali ini memilih tidak keluar, bisa Caca tebak kalau laki-laki itu pasti akan berseluncur di sosial media dan menggoda gadis-gadis cantik nan sexy.Kakak-beradik itu kini sudah duduk berhadapan di kafe rooftop. Semua orang yang melihat pasti akan mengira kalau mereka sebagai pasangan kekasih. Apalagi keduanya memakai pakaian yang hampir sama, kaos dilapisi jaket jeans, celana jeans sobek dan juga topi berwarna hitam menambah keserasian mereka. Bedanya Caca memakai kaos berwarna putih dengan tulisan huruf hangeul di bagian dada, sedangkan Arga memakai kaos hitam dengan tulisan 'no comment.'"Menurut Abang, temenku ada yang menarik nggak?""Ada, kenapa?""Serius?" Bukannya langsung menjawab, perempuan itu malah balik bertanya dengan mata berbinar-binar.
"Oma ikut nggak?" Kini giliran Arga yang bertanya."Enggak kayaknya, ini juga di Indonesia cuma sekitar dua minggu," jawab Gara tak yakin. Pasalnya, Bang Dev itu kalau bilang 2 minggu biasanya cuma jadi seminggu lalu kembali ke Korea lagi, katanya pekerjaan sudah menumpuk."Abang sadar nggak sih, mereka semua kayak nggak ada yang perduli sama kita." Mata Caca memanas saat mengucapkan kalimat barusan.Kadang dia merasa tidak memiliki orang tua, disaat terpuruk saja tidak ada yang datang dan menenangkan kecuali abang kembarnya ini."Enggak boleh ngomong gitu, Ca. Bang Dev kan emang sibuk, kalau Mama-Papa lebih nyaman tinggal di desa." Arga mengelus surai lembut sang adik."Kalau kamu kangen, libur kuliah nanti kita kesana aja gimana?" Gara ikut menimpali.Sebenarnya dia juga merindukan orang tuanya, pemuda itu juga ingin tinggal dengan mereka dan merasakan memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Tapi lagi-lagi dia ingat, masih ada adiknya ya
Dafa langsung pulang setelah selesai kuliah. Daripada ke rumah Dion yang sudah sering ia kunjungi lebih baik beli buku bareng Caca.Setiap pergi berdua mereka selalu memakai pakaian tertutup juga masker dan topi agar tidak ada yang tau. Sebenarnya Dafa tidak suka sembunyi-sembunyi begini, tapi mau bagaimana lagi, sahabatnya itu yang memaksa. Kalau Dafa tidak mau ya mereka tidak jadi keluar bareng.Setiap melihat buku Caca selalu kalap, dia selalu ingin membeli semua. Kalau bisa setokonya juga, tapi nanti pasti abangnya marah."Udah belum sih, Ca? Lama banget." Berkali-kali Dafa menghela napas kesal.2 jam mereka ada di sana dan Caca belum selesai memilih, padahal gadis itu sudah membawa setumpuk novel dan buku lainnya. Sedangkan Dafa sendiri hanya mengambil 5 buku."Sabar, ini juga lagi milih," ketus Caca. Dia tidak suka kalai sedang memilih sesuatu tapi diburu-buru.15 menit kemudian keduanya telah keluar dari toko buku. Dafa masih te