Share

Lima

"Kita tak perlu masak ya mak?" aku sengaja bertanya seperti itu pada mamak, ingin melihat reaksinya seperti apa.

"Eh masaklah, kalau tidak masak mau makan apa kita nanti kalau tidak ada lauk" jawab mamak sebelum keluar gerbang.

"Kata mamak tadi mau beli menu baru bang Hasan" aku mencoba mengingat kan kembali ucapan mamak.

"Lauk tambahan aja itu yang aku beli di Hasan, kamu hari ini goreng tempe, tahu, masak sayur asem, ikan itu di sambal, jangan lupa cumi itu kamu tepungi Laila" perintah mamak lalu pergi meninggalkan rumah.

"Pak, mamak itu mau sedekah sama tong sampah lagi kah?" Tanya Rahmi pada bapak.

"Pak bagaimana ini?" Tanyaku pada bapak.

"Tak usah di ikuti semua perintah mamak mu nak, cumi itu simpan saja dalam kulkas, beri penjelasan nanti" jawab bapak lembut.

"Senang betul bapak dan kak Laila memancing rudalnya mamak keluar, kalau mamak bilang A ya A. Jangan di rubah lagi jadi B" Rahmi menimpali, membawa nasi kuning di tangannya, ia menyuapi bapak terlebih dahulu.

Begitulah adikku tidak pernah bisa makanan masuk ke dalam mulutnya, bila belum di bagi dengan orangtua dan saudaranya.

"Kita ini sedekah sama tong sampah pak, setiap hari lagi" tambah Rahmi.

"Pak, bagaimana kalau kita masak lauknya dalam jumlah sedikit saja tidak usah semuanya" aku mencoba memberi saran, karena memang selama ini makanan yang tidak habis selalu di buang, mamak tidak pernah mau makan lauk pauk dan nasi yang di hangatkan.

"Aturlah dengan kakak dan adik, bapak selesai membersihkan ikan ini, di minta pak RT untuk mengecat musholla"

"Bapak dapat kerjaan, Alhamdulillah Ya Allah" jawabku dan Rahmi berbarengan.

"Mau di belikan apa nanti malam?" Tawar bapak pada kami berdua, bapak memang seperti itu, tidak pernah pelit dengan anak.

"Tapi pak, mamak tau tidak bapak dapat kerjaan dari pak RT, kalau mamak tau bagaimana bapak bisa membelikan sesuatu untuk kami?" Kali ini Rahmi yang bertanya sambil mengunyah sisa nasi kuning yang ada di piringnya.

"Biarkan jadi urusan bapak, kalian mau apa?" Tanya bapak lagi.

"Kak mau apa?" Rahmi balik bertanya padaku.

"Pak, Laila mau beli jilbab yang baru keluar sekarang, kalau gak salah bergo namanya" aku mengutarakan keinginanku pada bapak.

"Bener pak, Rahmi juga mau beli itu, biar di rumah bisa makai jilbab instan, tak perlu ribet harus makai jarum pentul atau peniti"

"Doakan uangnya di kasih hari ini sama pak RT ya, semoga kerjaan bapak cepat selesai, biar bisa mengantarkan kalian membeli jilbab itu" ucap bapak seraya berdiri dari duduknya.

"Makasih bapak" aku dan Rahmi memeluk bapak.

Cepat-cepat ku siapkan bumbu untuk masak hari ini, sedangkan Rahmi membersihkan rumah, aku mengambil berbagai jenis lauk dengan jumlah sedikit, agar tak ada yang terbuang nantinya.

Setelah semua sudah ku siapkan, ku tinggalkan sebentar untuk melaksanakan kebutuhan ku, yaitu sholat duha. Di tengah sholat aku terkejut dengan suara menggelegar dari mamak. Tak khusu' sudah ku jalankan duha ku pagi ini. Dzikir dan doa ku tinggal, ku hampiri mamak yang sedang teriak-teriak di depan gerbang.

"Mak kenapa?" Ku lihat Rahmi sudah mengelus pundak mamak, mencoba menurunkan emosi mamak.

"Memang setannya kamu itu, kau curi uangku, di kiranya aku tidak tau, dasar janda gatal" teriak mamak pada salah satu tentangga yang sedang berkacak pinggang.

"Ehhhh Cek, sadar dulu kalau bicara itu, aku tidak pernah melakukan apa yang kau tuduhkan, walau aku janda tak ada suami, hidupku tak kekurangan, tak butuhnya aku mencuri ya, tanpa ku cari banyaklah datang lakinya orang memberikan uang kepadaku, termasuk lakinya Cek Kasih itu" Nunung menjawab ucapan mamak sambil membuang ludah.

"Eh benar dulu kalau ngomong mulut itu, jangan kau bawa-bawa Lakiku, mana mungkin Laki aku kasih uang ke janda gatal macam mu itu, lakiku juga tak ada gawe, pakai dulu otak itu sebelum terbukanya mulutmu, kalau tak ada buktinya ku cincang lidahmu" mamak berjalan mendekati Nunung, seperti nya mamak benar-benar geram dan akan main fisik. Melihat mamak berjalan mendekat. Nunung berlari masuk ke dalam rumahnya segera mengunci pintu.

"Keluar kau Nunung hadapi aku sini, janda sial" teriak mamak sambil menggedor-gedor pintu Nunung.

"Astaghfirullah haladzim Cek Kasih ,kenapalah mekik-mekik di depan rumah Nunung, ibu-ibu juga kenapa hanya menonton bukan merelai. Rahmi Laila ambil mamakmu ini, aku tak berani menyentuhya" ucap pak Imron RT lingkungan kami.

Aku dan Rahmi mematung melihat kejadian ini, bukan karena pertengkaran mamak dengan Nunung, tapi mendengar omongan Nunung mengatakan bahwa bapak juga memberikannya uang.

Aku tidak percaya dan tidak yakin bapak melakukan itu, selama ini bapak tak pernah memegang uang, kalaupun ada yang bapak pegang, uang itu akan di jajankan nya untuk kami.

Rahmi yang sadar namanya di panggil pak RT segera berlari, menarik tangan mamak untuk kembali ke dalam rumah.

"Bapak kalian sedang bekerja di Musholla, kenapa mamak kalian ini malah ribut sama tentangga" tanya pak Imron padaku.

"Jaga dulu mulut itu Imron, aku ini tak pernah cari masalah sama tentangga, tadi ku duduk di warungnya si Yati, janda gatal itu datang duduk di sebelahku, lalu ku rasa di gesek-gesekkannya tangannya ke kantong dasterku, ku tengok sudah jatuh dompet kecilku, apanya lagi kalau bukan mau mencuri uangku?" Jawab mamak geram.

"Bukan begitu Cek, kalau memang Nunung melakukan hal yang Cek tuduhkan, tegurlah dia baik-baik bukan bertengkar macam ini, malu sedikit sama tentangga" jawab pak RT lagi.

Next?

Ket : 

Lakiku (suamiku)

Laki Orang ( Suami orang)

Cek (  Panggilan hormat untuk orang yang usianya dia atas kita bisa di gunakan untuk perempuan dan laki-laki. Contoh Cek Kasih dan Cek Ali)

Gawe (Kerja) 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status