Share

Empat

"Waktu mamak bilang begitu, apa kata bapak?"

"Bapak masih beli sayur sama ikan, pas aku lari kesini, ketemu bapak depan gerbang di lihatnya aku nangis, tapi aku langsung lari, bapak teriak, ditanya mau kemananya aku,  tak lama ku dengar mamak teriak di suruhnya bapak masuk" Jelas Rahmi padaku.

"Jualan kakak sudah habis, kamu tunggu dulu, sambil di beresi sisanya ini, kakak mau pergi koperasi sebentar, ambil uangmu yang kakak pinjam semalam".

Melihat adikku menangis seperti itu hatiku tidak tega, mamak benar-benar terlalu, hanya karena uang anaknya di ajak bertengkar.

Padahal bisa di bilang Rahmi termasuk anak yang pengertian, di umur 18 tahun dia tau bagaimana cara membuat senang hati orangtuanya, dengen menyisihkan sedikit dari gajinya untuk mamak senang-senang.

Bahkan setelah bapak tidak bekerja dia mengalah, memberikan 75% dari gajinya tapi tetap saja tidak cukup. Sesampainya dikoperasi aku mengambil uang sejumlah 1.500.000. Segera ku hampiri Rahmi, adikku duduk termenung, pandangannya kosong, entah apa yang sedang di pikirkan adik semata wayangku ini.

"Rahmi" aku melambaikan tanganku tepat di depan wajahnya.

"Sudah kak?" Tanyanya dengan suara serak.

"Sudah, ini uang untukmu 1.300.000"

"Banyak sekali kak, kan kakak hanya meminjam uangku 500.000, kakak juga hanya menjanjikan uang bensin malam itu"

"Kakak belum selesai bicara jangan di potong dulu, yang 500.000 memang benar uangmu yang kakak pinjam, yang 300.000 uang bensinmu selama sebulan, sisanya yang 500.000, kasihkan ke mamak nanti, bilang itu uang sisa gajimu yang mamak minta, dan jangan lupa minta maaf sama mamak" jelasku pada Rahmi.

"Kenapanya aku harus minta maaf, mamak yang salah, gila sama gaji anak" jawab Rahmi tidak terima.

"Kakak tidak suka ada keributan di dalam rumah, kalau ada jalan tengah yang bisa di pakai, lebih baik ambil jalan tengah, dari pada rumah isinya ribut terus yang ada rejeki nanti payah.

Tidak akan datang rejeki, karena keadaan rumah sendiri suram di isi dengan perdebatan, apapun itu jangan lupa, mamak adalah wanita yang bertaruh nyawa untuk kita, jangan kamu lawan tidak baik, hanya dosa yang menghampiri hidupmu.

Terlebih lagi yang paling utama, hormati bapak di rumah jangan sampai hati bapak tersinggung, karena kita ribut terus menerus dengan  hal yang sama yaitu" aku mencoba menasihati Rahmi sesuai permintaan bapak.

"Tapi kak" Rahmi masih mencoba menolak.

"Bila kamu berat melakukan nya, setidaknya pandang bapak dan kakak yang selalu ada untukmu, satu lagi untuk kedepannya tidak usah khawatir, kakak menambahkan gajimu yang akan kamu berikan ke mamak, jadi anggaplah mulai bulan depan kamu genap memberikan mamak 2.000.000"

"Kak boleh aku tanya sesuatu?"

"Tanyalah" aku sambil merapikan uang hasil jualanku hari ini.

"Kakak bilang akan memberikan mamak jatah perminggu, tadi malam kakak meminjam uangku sejumlah 500.000 itu artinya 500.000 di kali 4 Minggu totalnya 2.000.000 ,di tambah kakak akan menambahkan uang Rahmi saat gajian totalnya jadi 2.500.000, selama sebulan pengeluaran kakak." Rahmi mencoba menghitung pengeluaran ku.

"Itu urusan kakak, tidak perlu kamu ikut campur, doakan saja semoga mamak berubah, dan bapak cepat dapat kerja biar kita berdua tidak terus menerus seperti ini"

Rahmi memeluk ku, lalu mengusap punggung ku , dia memang tidak bisa memberikan kata-kata mutiara sebagai penyabar hati. Tetapi dengan memeluk menurut nya itu sudah menjadi hal yang lebih dari sekedar kata-kata mutiara.

Setelah Rahmi menyetujui apa yang ku katakan, aku dan Rahmi segera pulang ke rumah, karena masih banyak kerjaan yang belum ku selesaikan di dalam rumah.

"Assalamualaikum" salamku berbarengan dengan Rahmi, dia memang seperti itu sebentar saja nangisnya lalu kembali ceria.

"Walaikumsalam" jawab bapak yang ku lihat sedang membersihkan ikan, sedangkan mamak yang tadinya asik menonton YouTube, beralih menatap sinis pada Rahmi.

"Kenapa pulang, pergi sana, anak tidak tau diri, sudahlah salah bukannya minta maaf, malah lari meninggalkan rumah" hardik mamak pada Rahmi.

Rahmi berjalan menghampiri mamak, segera mengambil tangan mamak berniat meminta maaf dan menyalami, namun mamak menepis tangan Rahmi, bapak yang memperhatikan tingkah mamak, hanya bisa terdiam tanpa melakukan apapun.

"Mak, minta ampun dulu Rahmi sama mamak, sujud kaki Rahmi sama mamak, Rahmi salah, ini uang sisa gaji Rahmi semua untuk mamak, harusnya Rahmi nurut sama mamak" Rahmi menyodorkan uang 500.000 yang mamak inginkan.

"Nah gitu dong kalau dari tadi otak mu jalan, otak mu berpikir yang benar, tidak akan terjadi ribut dalam rumah" mamak yang tadinya emosi wajahnya berubah adem setelah menerima uang yang Rahmi sodorkan, tak lupa mamak mengelus kepala Rahmi dengan lembut. Aku tau di dalam hati Rahmi pastinya sedang mengumpat atas kelakuan mamak.

"Iya mak maafkan Rahmi, mulai bulan depan semua gaji Rahmi untuk mamak".

"Yasudah kalau kamu sudah sadar, mamak tunggu gaji bulan depan. Sarapanlah tadi ada tukang nasi kuning lewat, mamak sengaja membelinya untuk mamak sarapan, tapi tak ada nafsu mamak makan nasi kuning itu, rasanya mamak mau makan rujak cingur si Yati" mamak berdiri dari kursi yang di dudukinya.

"Laila, nasi kuning itu untuk Rahmi, kamu sama bapak masak dulu baru sarapan" tambah mamak lagi.

"Mau kemana mak?" Tanya bapak.

"Mau ke warung si Yati dulu, mau sarapan rujak cingur aku, sekalian nunggu sayur matang lewat, ku dengar kemarin si Hasan ada menu baru, inginlah ku cicip menu baru Hasan buat makan siang nanti"

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status