"Memangnya kamu pikir bagaimana kehidupanku setelah kamu tinggal menikah hah, kamu pikir aku hidup bahagia, hah! Kamu gak tahu betapa hancurnya hatiku setelah mengetahui laki-laki yang paling aku cintai sudah menikah dengan wanita lain, Aku sudah mengorbankan karierku kembali ke tanah air, padahal masih satu tahun lagi kontrakku, Mas, aku sampai kena denda milyaran, kamu tahu, hah! Tapi apa yang aku dapat ketika aku sampai di sini, kamuuu ... malah menikahi wanita lain! Sakit, Mas. Sakit hati aku! Saat itu aku merasa sangat frustrasi, hatiku hancur berkeping-keping, aku merasa kalau hidupku sudah tidak ada artinya lagi tanpa kamu di sisiku, Mas. Sampai-sampai aku nekat untuk mengakhiri hidupku, aku silet nadiku, Mas. Aku rasanya gak peduli kalau saat itu aku mati, tapi sayangnya saat itu Mamaku pingsan sampai akhirnya Mamaku meninggal karena serangan jantung setelah melihatku terbujur dengan darah yang mengucur dari pergelangan tanganku.Papaku juga meninggal karena mengidap banyak pe
Doooor ....!! Suara letusan dari senjata api bergema di ruangan itu."Ya Tuhaaan ... Arlita!" Aku berteriak saat melihat tubuh Arlita perlahan merosot sambil memegang dadanya."Kak Litaaa ...!!" Azra pun tak kalah histeris nya denganku dia berteriak dengan mata yang sudah berair melihat tubuh Arlita limbung dan hampir terjatuh ke lantai, dengan perasaan was-was kami pun berlari menuju ke arahnya, segera mendekati tubuhnya sebelum terjatuh.Segera aku menangkap tubuh Arlita yang lemas, "Sayaaang ... kamu gak apa-apa?" tanyaku sangat cemas."Kak, Kak Litaaa ...!" Azra pun terduduk lemas melihat Kakaknya yang terlihat lemah di pangkuanku."Aku, akuuu ...."lirih Arlita sambil memeriksa tubuhnya, dan terlihat kebingungan, "Haaa ... Akuuu ... gak kenapa-kenapa, Pa... Zra. Aku masih hidup."ucap Arlita dengan senyuman yang mengembang."Syukurlah, Kak... Aku kira tadi Kakak, akan meninggalkan aku!" Azra mengelap air matanya dan memasang senyuman lega. "Aku selamat Zra, aku kira aku bakalan
Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya, tapi dia sama sekali tak bergerak. Apa dia benar-benar telah meninggal."Mayraaa ... bangunlah, kamu gak mungkin meninggal, kan!" ujarku sambil terus mengguncang tubuhnya.'Ya Tuhaaan ... kenapa hidup Mayra harus berakhir tragis seperti ini, maafkan aku Mayra aku ikut andil dalam semua yang terjadi dalam hidup kamu!' Aku tak tahan menahan sedih dan rasa bersalah yang menyeruak dalam hatiku."Pa, tenanglah, Pa." Arlita berusaha menenangkanku, aku memeluknya dan menangis di pelukan Arlita."Mayra, Maaaa ... akuuu ... tidak tega Ma, kalau dia harus berakhirnya seperti ini, Maa ...!" Aku menumpahkan semua kesedihan dan kegusaran hatiku di pelukan Istriku."Iya Pak, tenang dulu, biar para medis memeriksanya." Para medis segera memeriksa kondisi Mayra."Denyut jantungnya sangat lemah, hampir tidak terdengar, mungkin karena luka tembakannya cukup dalam dan terlalu banyak mengeluarkan darah, Nona ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Cepat kita bawa Nona
"Gimana Dok, sebenarnya istri saya usia kandungannya sudah berapa Minggu?" tanyaku tak sabar setelah dokter melakukan pemeriksaan USG." Usia kandungan Istri Pak Firman, sudah memasuki hampir 11 Minggu.""Haaaa ... hampir 3 bulan?" Sekali lagi aku terkejut, kandungannya udah sebesar itu dan kami tak menyadarinya sama sekali."Pantesan saya selalu pusing dan sudah beberapa bulan haid saya telat, saya pikir saya karena saya sedang stres, saya tidak pernah berpikir kalau saya sedang hamil, Dok, hahaha ...!" Arlita tersenyum bahagia, aku sangat senang bisa melihat senyum itu lagi, rasanya sudah lama aku tidak melihatnya tersenyum seperti itu.Terima kasih Ya Allah, anugerah ini hadir setelah semua musibah dan tragedi yang sudah kami alami yang begitu menyiksa hati dan batin kami.******Setelah beberapa bulan kemudian, kandungan Arlita semakin besar, dan kemungkinan minggu ini Arlita melahirkan.Kami sengaja tidak menanyakan jenis kelaminnya, agar kami tidak terlalu berharap karena sangat
POV FirmanSetelah kejadian itu aku sama sekali tidak pernah melihat Mayra sama sekali, aku dengar dia dihukum dua puluh tahun. Aku tidak pernah menuntut dia soal penculikan Tita dan diriku, ini karena keinginan Arlita, dia merasa kasihan pada tragedi yang telah menimpa Mayra, menurutnya semua ini terjadi juga karena ada hubungannya dengan kami, mungkin pernikahan kami adalah salah satu penyebabnya, atau mungkin awal dari dendamnya pada kami. Dan satu lagi kami juga tidak mau berurusan lagi dengannya, dia hanya dijatuhi hukuman karena kejahatan mengedarkan barang haram itu, itu pun mungkin sudah membuatnya lama mendekam di penjara.Tapi entahlah, ini sudah hampir tujuh tahun, aku belum pernah mengunjunginya sama sekali, bagaimanakah kabarnya sekarang, apa dia masih menyimpan perasaan itu padaku.Sampai saat ini aku belum berani jujur pada Arlita mengenai kejadian malam itu, karena aku tidak mau kami mengingat hal buruk itu lagi, sekarang keadaan rumah tangga kami sudah kembali harmo
POV MayraBeberapa bulan setelah Mayra berada di penjara.."Nak, semoga kamu tumbuh sehat yah di sini!" ucapku pada perutku yang sudah semakin membesar.Dalam keadaan hamil di penjara memang sangat menyedihkan, biasanya ada seorang suami yang senantiasa menemani istrinya, tapi aku harus merasakan dinginnya lantai penjara dalam keadaan hamil.Tak ada yang menemaniku yang kerap mengalami pusing dan mual yang sungguh menyiksa di awal kehamilanku.Semua aku lakukan sendiri, apapun yang menjadi ngidam anakku, tak ada yang membantuku.Maya tidak bisa diharapkan dia pun sedang dalam masa penahanan, hanya saja kasusnya tidak terlalu berat mungkin kurang dari dua tahun pun dia akan keluar, apalagi ada seseorang yang ingin membantunya diam-diam.Dia adalah salah satu laki-laki yang pernah berhubungan dengannya, dia tidak bisa mengeluarkannya sekaligus hanya bisa meringankan masa kurungannya saja.Setiap kali aku memeriksa kandunganku, aku selalu merasa sedih teringat akan ayah dari anakku ini.
"Selamat yah Bu, bayinya perempuan!" ucap perawat sambil membawakan bayi itu ke pangkuanku.'Bayi berkelamin perempuan itu sangat cantik, ini anak kita, Mas Alfa. Dia sangat cantik!' Air mataku meleleh melihat bayi merah itu kini telah hadir di pangkuanku, aku sangat bahagia campur haru, seorang anak yang lahir dari cinta kami."Maaf Bu, siapa yang akan mengadzani bayi ini?" tanya sang perawat membuatku sangat sedih.Deg! Ya Tuhan ... anakku, belum diadzani! Siapa yang akan mengadzaninya, ayahnya saja tidak ada di sini.Aku terdiam, apa yang akan aku katakan pada perawat ini, aku sungguh bingung apa yang harus aku jawab.'Mas Alfa, anakmu sudah lahir tapi kamu tidak ada di sini untuk mengadzaninya, bahkan kamu sama sekali tidak tahu menahu soal anak ini.'"Maaf Sus, ayahnya tidak ada ... daaan dia sama sekali tidak tahu kalau saya sedang mengandung anaknya," jawabku dengan lirih, air mataku hendak turun tapi sebisanya aku tahan. Ya Tuhaaan ... begitu berat hatiku mengatakannya."Maaf
Beberapa tahun kemudian ...Aku hendak pulang ke rumah, aku sudah tak sabar ingin makan siang bersama istriku.Belum juga sampai setengah jalan, di depan ada keramaian di jalanan.Ada apa itu kenapa orang-orang pada berkerumun? Apa ada kecelakaan yah?Aku yang penasaran menepikan mobilku dan menghampiri kerumunan itu, aku menelusup ke dalamnya.Aku lihat seorang gadis berseragam putih biru tergeletak dengan bersimbah darah.Aku mendekati korban kecelakaan itu, "Ini korban tabrakan?""Iya Pak, tapi orang yang menabraknya Kabur, saat kami mencoba mengejarnya.""Sudah hubungi ambulans?""Sudah, mungkin sebentar lagi sampai.""Apa kalian sudah hubungi keluarganya?""Sepertinya anak ini sekolah di SMP sana!" ujar salah seorang Bapak yang berkerumun itu sambil menunjuk sebuah sekolah mewah yang letaknya tak jauh dari tempat kecelakaan."Sekolah megah itu?"Berarti anak ini anak orang kaya, tidak mungkin kalau anak dari kalangan biasa bisa sekolah di sana, karena biaya di sekolah itu selang