Lebih baik aku pergi, sebelum kedua guru itu melihatku di sini.Aku melepaskan perlahan tangannya, "Maafin Om yah, Om harus pergi, semoga kamu cepet sembuh."Baru aku mau menutup pintu, tepukan seseorang mengejutkanku."Bapak masih di sini!"Orang yang ingin aku hindari malah memergokiku di sini, aku benar-benar malu padahal tadi aku sudah pamitan."Eeeeuh ... Pak, iya Pak, saya penasaran tadi sama keadaan korban, jadi saya balik lagi. Hanya ingin lihat saja." "Oooh ... Saya malah belum lihat Pak, tadi dokternya ngajak bicara serius.""Apa kata dokternya?" Aku malah jadi kepo ingin tahu juga kondisi anak itu."Anak itu butuh banyak darah Pak, karena sudah banyak kehabisan darah, di rumah sakit ini kekurangan cadangan darah B+ saya golongan darahnya A, Bu Rani O." Pak Juhari tampak bingung, aku bisa melihat dari raut wajahnya.B+? Apa ini suatu kebetulan ataukah apa, golongan darahnya sama denganku, dan aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan perasaanku sama anak itu, entah rasa apa i
Alhamdulillah, makin hari kondisi anakku berangsur membaik, kata dokter setelah mendapatkan transfusi darah, jadi Fayra bisa lebih cepat ditangani jadi tidak ada luka serius yang harus dikhawatirkan.Aku lupa belum mendatangi bagian administrasi, mungkin tagihannya membengkak karena dari awal masuk aku belum membayar sedikit pun."Jo, tolong tungguin Fayra yah.""Iya, May. Kamu masih segan aja minta bantuan sama aku, dia juga kan anakku, May. Bahkan aku merawatnya sejak bayi, jadi aku sudah menganggapnya seperti anak kandungku sendiri." Iya juga, padahal dia sudah merawat Fayra, tapi kenapa aku masih saja canggung meminta bantuan darinya."Maafkan aku Jo, aku lupa kalau kamu juga ayahnya, meskipun dia bukan darah daging kamu, tapi kamu sudah seperti ayahnya sendiri.""Ya udah sana, aku akan menungguinya.""Iya Jo, aku ke depan dulu yah. Kalau Fayra bangun terus nanyain aku, bilang aku lagi ke bagian administrasi yah!""Oke, Sayang."Dia sudah bertahun-tahun jadi suamiku tapi aku masih
Dua puluh lima tahun sudah pernikahanku bersama Arlita, tak terasa waktu bergulir begitu cepat, anak sulungku sekarang sudah berusia dua puluh empat, dan si Bungsu sudah berumur delapan belas tahun.Di umur yang sudah matang, Tita belum juga memiliki calon suami, katanya belum mau membina hubungan baru lagi setelah beberapa kali dia dikecewakan oleh laki-laki.Semenjak hubungannya yang terakhir siapa itu namanya, aku lupa, dia benar-benar kecewa berat, hingga dia merubah penampilannya. Katanya dia kesal kebanyakan laki-laki hanya menginginkan fisik saja, pakaian seksi dan mengundang hasrat.Kini baju-baju yang ketat dan minim bahan sudah dia museumkan, dia lebih sering memakai pakaian longgar dan panjang.Dulu rambut panjangnya yang selalu dia banggakan, dia urai, atau dia ikat ke atas, tapi sekarang lebih sering dia cepol bila ke kantor, bahkan dia sekarang memakai kacamata dengan bingkai yang besar, tapi tetap saja aura kecantikannya masih terpancar.Entah kapan aku bisa melihat put
Setelah kulihat Pak Beno menjauh, aku melangkah memasuki ruangan tempatku bekerja."Firli ... kamu lama amat sih di toilet?" tanya Sinta."Emang ada apa, apa ada kabar yang aku lewatkan?" tanyaku, walaupun aku sudah mendengarnya melalui Pak Beno."Iya nih, kamu Fir kelamaan sih ngeden," ledek Ryan, teman satu divisiku juga."Sialan Lo, emangnya gue lagi setor, apa!""Hahaha ... sorry gue kira Lo lagi pup, lagian lama amat Lo di WC!""Ada angin surga nih, Pak Beno dimutasi ke cabang baru. Yeeees ... gue gak akan jadi bulan-bulanan lagi, hehehe ...!!" Ryan bersorak, dia yang paling happy dibandingkan temanku yang lain karena dialah yang paling sering dimarahi sebelum aku."Itu gue udah tahu, Yan!""Tapi kalau kabar yang ini Lo belum tahu kan?""Kabar apaan?""Yang gantiin Pak Beno, Fir Waaaaw ... Lo gak akan nahan liatnya!" Tari ikut nimbrung."Memang kenapa?" Aku ingin tahu sejauh mana kebenaran kabar mengenai pengganti Pak Beno, apa benar yang dikatakan Pak Beno tadi sama aku."Tuh pe
Dia terus mendekatiku dan berkata, "Bibir Nona kelihatannya sangat menggoda." 'Kata-katanya makin membuatku takut, bener kayaknya nih orang ada maksud jelek nih, aku harus hati-hati jangan-jangan dia memang penjahat yang suka melecehkan perempuan, hiii ...'"Maksud Tuan apa yah?" Aku mundurkan langkahku, merasa panik."Iya, saya akan bantu Nona tapi Nona harus kasih saya satu kecupan, bagaimana apa Nona mau?" Tanpa rasa malu sedikit pun dan gayanya yang begitu santai dia menyampaikan syarat yang memuakkan."Heiii ... Anda jangan kurang ajar yah, saya bukan perempuan murahan yang bisa anda lecehkan begitu saja," bentakku, aku gak terima dia minta cium begitu saja, Emangnya aku cewek apaan, baru ketemu lalu rela dicium sama dia."Loooh ... kurang ajar di mananya, saya kan mintanya baik-baik, minta izin dulu, saya gak asal nyomot bibir Nona kan?" Laki-laki itu tersenyum hingga garis bibirnya terangkat.'Ngeselin juga lama-lama nih orang, ganteng-ganteng tapi pikirannya kotor amat.'"Maa
POV William Pagi itu, aku ditugaskan Papa menjadi manager pemasaran untuk sementara menggantikan Pak Beno yang akan menempati jabatan yang sama di cabang yang baru, ini merupakan hal yang baru bagiku, pemasaran memang bukan bidangku, tapi aku akan coba tantangan dari Papa, kata Papa kalau aku bisa menguasainya aku akan diangkat menjadi direktur di cabang yang baru.Oke, Pa... aku terima tantangan Papa, siapkan kursi yang empuk di ruangan direktur nanti, hahaha ....Aku berangkat lebih pagi hari ini, karena cabang perusahaan Papa ini jaraknya lebih jauh, dan aku pun ingin memberikan kesan baik pada semua karyawan di hari pertamaku menjabat sebagai manager pemasaran.Baru setengah perjalanan, pandanganku terhenti pada sosok gadis yang terlihat kebingungandia tengah berjongkok di depan mobilnya sambil memegang obeng, mungkin dia bermaksud mengganti ban mobilnya.Kasihan juga aku melihatnya sepertinya dia sangat kesulitan mengganti ban mobilnya.Aku pun berinisiatif memberhentikan mobil
"Fir, tuh telepon kamu bunyi lagi!" kata Sinta mendengar telepon di mejaku kembali berdering.Jangan-jangan dia lagi yang menelponku. "Halo ...""Kamu ke sini sekarang, kamu belum jelasin laporan ini sama saya, jangan hanya ngasih-ngasih aja dong!""Iya Pak," jawabku tidak bersemangat.'Mau apa lagi sih, tinggal baca aja apa susahnya sih, kayaknya dia hanya ingin mengerjaiku saja nih.'"Kenapa Fir, Bos mau minta laporan bulan apa lagi?" "Gak tahu, aku cuma disuruh ke ruangannya katanya suruh jelasin laporan tadi yang aku kasih!""Heeemmm ... asyik dong, bisa berduaan lagi sama bos ganteng!" Sinta masih saja menggodaku, dia gak tahu bos macam apa yang dia puji-puji itu."Apaaan sih kamu Sin, udah yah, aku mau ke ruangan bos dulu!"Walaupun malas aku masuk ke ruangannya Pak William. "Masuk!" ujarnya dari dalam."Duduk dan sekarang jelasin sama saya!" Pak William memberikan map yang berisi laporan yang tadi aku berikan padanya."Iya." Aku menghela napasku, sebelum aku menjelaskannya."J
'Sialan! Kenapa aku harus ketemu dia di sini, kalau dia sampai tahu aku masih sendiri, dia pasti meledekku habis-habisan kayak tempo hari.'Dia makin dekat lagi, aku harus gimana ini. Dalam kegundahan hati ini, aku lirik ke arah si Bos mesum, ya sudah tampaknya tidak ada cara lain.'Oke, kali ini aku harus terlihat sedang jalan sama pacarku!' gumamku memberanikan diri menjalankan rencana nekad ini.Aku menggelayutkan tanganku di lengan lelaki kekar di sampingku ini, membuatnya tampak keheranan dengan apa yang aku lakukan."Hei, tadi gak mau digandeng, sekarang malah kamu yang agresif!" ujar Pak William sambil tersenyum meledek padaku."Diamlah dan bersikaplah seperti kekasihku yah!" tegasku sambil berbisik."Maksud kamu apa sih?" tanya Pak William, dia belum mengerti apa maksudku, sementara Aldo berjalan makin dekat, oh no!"Ikuti saja permainanku, Pak!" ujarku penuh penekanan.Tibalah si brengsek itu di depanku, dia tersenyum sinis padaku."Haaai ... Fir ... udah punya gandengan Seka