Share

Pembuktian

Aku menggeliat, meraba-raba keberadaan guling. Namun, permukaan guling itu kurasakan berbeda di tangan. Sewaktu lengan ini melingkarinya, ada pergerakan yang sama melingkari pinggangku.

Mataku mengerjap, mulanya samar-samar hingga lama kelamaan penglihatanku normal saat mendongak. Senyuman indah terbingkai di sana.

"Mas!" Nyaris saja kudorong lelaki itu andai nyawaku belum terkumpul separuhnya sehabis bangun tidur.

"Kok, kaget, May?"

"M--maaf, Mas." Oh, iya. Dia suamiku.

Ini enggak mimpi, kan? Masa jomloku sudah berakhir, kan? Buku nikah! Dimana buku nikah?

"May!" Mas Gun mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahku.

"Sebentar. Ini sungguhan kan, Mas? Tolong cubit aku!"

Adegan Mas Gun mengobrak-abrik sprei dalam lamunan parahku kemarin seperti nyata sekali. Apa pagi ini dia akan melakukan itu saat kutinggal mandi nanti?

Tapi enggak adil banget, dia sudah menang banyak sebelum-sebelumnya.

"Enggak mau, May. Mendingan saya cium daripada dicubit."

Tahu-tahu hidung bangir itu suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status