Share

Bab 18: Hampir Takluk

Hampir Takluk

Mulai jam sepuluh malam hujan turun cukup deras. Aku tak peduli Mas Wildan jadi pulang atau tidak. Setelah mengirim pesan itu, ponsel ku-mode pesawat, sebab diri ini lelah berdebat.

Tak tahan dengan efek dingin akibat air langit  yang membasahi bumi, kukenakan sweater bahan rajut yang ketebalan dan kelembutannya mengantarkanku mengikuti lelapnya kedua anakku.

Entah berapa lama netraku terpejam. Hingga pendengaranku menangkap bunyi tumbukan besi dari selot pintu pagar. Dentingnya cukup memecah kesunyian malam.

“Dik, buka pintunya!”

Suara tak asing itu memanggilku. Kamu kah itu, Mas?

Jam di dinding menunjukkan pukul satu dini hari lebih sepuluh menit. Kerudung di cantolan baju kusambar. Dengan mata yang masih mengantuk, kubuka pintu dan pagar untuk  Mas Wildan yang akhirnya memutuska

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status