Share

Bab 20: Takluk

Saat jarum jam dinding saling bertumbukan di angka sembilan kami baru sampai di rumah. Hari sudah gelap. Seharian beraktivitas di luar rumah menjadikan badanku terasa pegal semua.

 Anak-anak sudah tertidur di kamar sebelah. Mas Wildan masih mengunci pagar dan pintu. Setelah itu langkahnya terdengar akan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, dia ikut merebahkan badan di sampingku.

“Gimana, Dik?”

“Apanya?”

“Masalah kita. Ibu sudah bisa nerima Nely, tinggal keluargamu.”

“Aku juga nggak bisa nerima dia, Mas.”

Loh kamu ‘kan sudah dengar sendiri penjelasan Kiai Abdullah tadi. Ada pendapat yang bolehin janda nikah tanpa wali. Apalagi yang kamu permasalahkan? Kemarin 'kan kamu menolak karena persoalan itu?”

“Tapi kamu pindah mazhab sak enak’e ud

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status