Beberapa minggu berikutnya membawa perubahan yang sungguh mengherankan dalam kehidupan mereka. Temanteman Rodriguez, di bawah pengawasan Johnny Derin water, berhasil menyelesaikan bagian dalam rumah itu. Rumah itu memang tidak mewah, tapi nyaman. Dengan seleranya yang bagus dan keterampilannya mendekor, Azura menata rumah itu hingga tampak seperti rumah model di majalah.begitu telepon dipasang, Azura menghubungiScottsdale dan mengatur pengiriman perabotan miliknya ke rumahnya yang baru. Ia menyebutkan barangbarang yang diinginkannya, termasuk mesin cuci dan penge ringnya, lalu mengecek ulang daftar tersebut dengan perusahaan pengangkut.Van pengangkut tiba beberapa hari kemudian. Ketika perabotan tersebut sedang diturunkan, Rodriguez datang berkuda dan dengan gesit meluncur turun dari pelana. Pertama kali melihatnya berkuda, napas Azura tersekat. Ia begitu gagah. Azura senang melihatnya mengenakan celana jeans lusuhnya, kemeja koboi, sepatu bot, topi, dan sarung tangan kerja dari
“Aku jadi tidak perlu takut dia terguling daritempatnya berbaring. Kaulihat tidak, sekarang dia semakin aktif?”Azura mengelap mulut dengan serbetdan menundukkan kepala.“Dan dia jadi tidak perlu tidur di antara kita lagi.”Ia melihat Rodriguez raguragu saat mengangkat garpunya ke mulut. Lelaki itu mengunyah dan menelan makanannya, lalu mendorong piringnya.“Aku mesti kerja.”Ia cepatcepat meninggalkan meja.“Tapi aku membuat pai untuk penutup.”“Mungkin nanti saja.”Dengan kecewa Azura memandangi bahu suaminya yang lebar menghilang di balik pintu. Mungkin seharusnya ia gembira karena mereka tidak bertengkar lagi tentang perabotan itu, tapi ia kecewa karena lelaki itu begitu tergesagesa meninggalkan meja, apalagi pada saat ia baru saja membuka pembicaraan tentang pengaturan tidur di antara mereka.Sejak mereka pindah ke rumah itu, Tony terpaksa diletakkan di antara mereka kalau tidur. Tapi Azura merasa bukan kehadiran bayi itu yang membuat Rodriguez tidak lagi menyentuhnya sejak
Dan rasa permusuhan itu masih terus bersarang di antara keduanya. Pada hari pernikahan Dokter Gene Dexter dengan Alice Rodriguez, Azura berusaha sedapat mungkin untuk tampil cerah, purapura bahwa hubungannya dengan Rodriguez sangat membahagiakan.Dekorasi untuk perkawinan itu tidak mewah, namun rumah itu tetap memancarkan suasana pesta. Semua tamu merasa senang. Azura sudah terlatih untuk menjadi nyonya rumah yang baik.Namun, Alice tak bisa dibohongi.“Aku tak percaya kau akhirnya menjadi istriku.”Gene dan Alice bermobil ke Santa Fe untuk berbulan madu. Kini, saat memeluk istrinya dengan lembut sambil membelai rambut hitamnya yang lurus, Gene masih tetap belum percaya bahwa mimpinya pada akhirnya menjadi kenyataan.“Gerejanya cantik sekali, bukan?” tanya Alice.“Kau yang cantik. Tapi sejak dulu pun kau selalu cantik.”“Azura bersusah payah menyelenggarakan pesta. Tak kusangka semuanya sebagus itu.”“Dia gadis yang baik,” gumam Gene sambil lalu, sambil mengecup pipi Alice yang halus.
Untuk mengenyahkan rasa malu Alice, Gene melepaskan sisa pakaian istrinya. Dibopongnya Alice, lalu dibawanyake tempat tidur dan dibaringkannya. Alice memejamkan mata sementara suaminya melepaskan pakaian.Lalu Gene menghampirinya, meraihnya ke dalampelukannya, dan mendekapnya erat. Rasa bahagia mengaliri tubuhnya. Alice pun gemetar.“Alice,” bisiknya,“jangan takut. Aku rela hanya memelukmu, selama yang kauinginkan. Aku tahu kau ta-kut dan aku mengerti sebabnya. Tapi aku bersumpah takkan pernah menyakitimu.”“Aku tahu, Gene. Aku tahu. Aku hanya… sudahbegitu lama dan…”“Aku tahu. Kau tidak perlu mengatakannya. Takkan terjadi apaapa sampai kau sendiri menghendakinya.”Dipeluknya Alice dengan protektif, sambil menahan hasratnya sendiri. Ia tahu ia mesti belajar bersabar dengan wanita ini. Alice sungguh layak mendapatkannya.Lambat laun Alice menjadi lebih santai, dan Genemenjadi lebih berani memberikan belaian padanya.Kulit wanita ini sangat lembut. Tubuhnya seperti tubuh wanita yan
Ia masih terus teringat peristiwa pada pagi di puncak gunung itu. Azura memanjat ke sana untuk menawarkan penghiburan, meski sebenarnya perempuan itu bisameninggalkannya begitu saja. Ia ingat ekspresi wajah Azura ketika tubuh mereka menyatu di atas sana.Dan pada saatsaat tertentu, kalau ia sedang ingin merasa benci pada Azura, ia teringat bagaimana wanita itu telah melahirkan anaknya dan betapa sayangnya Azura pada Tony. Selain itu, Azura pun selalu bersikap baik padanya, misalnya menjaga agar kopinya tetap hangat, meski ia sendiri tidak minta cangkirnya diisi lagi. Sesekali Azura suka menunggunya di beranda kalau ia pulang berkuda pada sore hari, setelah lama bekerja. Azura selalu tersenyum menyambutnya, seolah senang melihat kedatangannya.Rodriguez tak mengerti mengapa Azura memperlakukannya dengan sangat baik dan penuh perhatian. Ia tak bisa memahami motif istrinya itu. Azura sangat berhak membencinya. Kalau saja wanita itu menunjukkan sikap benci padanya, bukan sikap penuh peng
Azura melotot marah sambil bertolak pinggang. Tapi kemarahannya tidak sungguhsungguh. Malah belum pernah ia merasakan hatinya begitu penuh oleh cinta,seperti saat ini.beberapa hari setelah berhenti menyusui Tony, Azura merasa tidak nyaman dan anak itu juga rewel. Tapi lambat laun ia belajar menyukai susu kaleng. Sering kali ia menyemburkan isi mulutnya ke mana-mana, tapi semua makanan itu dimakannya juga dengan rakus. Dan Azura melihat anak itu semakin gemuk.Rodriguez mendapat surat lagi dari Mr. Dixon. Sang kepala penjara sudah berkonsultasi dengan seorang hakim dan sedang berusaha membebaskan Rodriguez dari segala tuduhan. Azura sangat senang. Rodriguezsendiri tidak mau memperlihatkan perasaannya.berkat kerja keras Rodriguez, ranch itu semakin berkembang. Dari perbukitan yang mengelilinginya, ia berhasil mengumpulkan kawanan kuda warisan kakeknya yang terceraiberai sejak Joseph meninggal. beberapa kuda betina di antaranya sedang hamil.Yang tidak hamil diberi inseminasi buata
“Rodriguez!”“buka pintu!” teriak Rodriguez.Sambil memeluk Tony, dengan kikuk Azura membukan pintu dengan satu tangannya. begitu pintu terbuka, Rodriguez nyaris terjerembap ke dalam, terdorong oleh angin. Azura menjatuhkan diri ke dadanya sambilmenangis tak terkendali. Untunglah mereka bertiga tidak terempas ke lantai, berkat kekokohan kaki Rodriguez berdiri.Azura menyebutkan nama suaminya kembali sambil memeluknya erat. Kemeja lelaki itu melekat basah di tubuhnya. Sepatu botnya kotor oleh lumpur, topinya, yang terikat erat oleh sebuah tali kulit di bawah dagunya, meneteskan air hujan. belum pernah Azura merasa sesenang ini melihatnya.Lama mereka berpelukan erat, tak peduli akan terpaan hujan yang menghantam masuk lewat pintu yang terbuka. Di antara mereka, Tony bergerak-gerak dan. Rodriguez menempelkan wajah Azura ke lehernya dan membelaibelai punggungnya, sampai tangisnya mereda.“Apa kau terluka?” tanyanya.“Tidak. Aku b…baikbaik saja. Cuma ketakutan.”“Dan Tony?”“Dia tidak
Ditinggalkannya Tony, dan ia berjingkat-jingkat ke ruanganruangan lainnya yang gelap. Cahaya lilin yang dibawanya menari-nari samar saat ia berjalan. Rodriguez ada di dapur, sedang mengaduk sesuatu di panci di atas kompor. Ketika Azura masuk, ia menoleh. Azura tidak menimbulkan suara apa pun, tapi lelaki itu tahu akan kehadirannya.“Ada gunanya juga kompor ini. Padahal kemarin aku baru berharap bisa membelikanmu kompor yang lebih bagus.”“Aku suka kompor itu.”Rodriguez sudah mengenakan jeans bersih, tapi masih bertelanjang dada dan tanpa alas kaki. Rambutnya mulai kering. Azura berharap ia takkan pernah memendekkan rambutnya. Ia senang melihat rambut itu bergerak gemerlap setiap kali Rodriguez menggerakkan kepala.“Sedang masak apa?”“Cokelat panas. Duduklah.”Azura menaruh lilinnya di meja dan menarik kursi.“Tidak kusangka kau bisa masak.”Rodriguez menuang minuman yang masih panas itu ke sebuah mug, lalu mematikan kompor.“Coba dulu sebelum memuji,” katanya sambil memberikan mu