Share

Bab 43. Perasaan Aneh dan Undangan Pesta

“Duduklah Tuan,” ucapnya.

Zayden menurut, dalam diamnya dia pun duduk di kursi kerjanya.

Matanya itu terus melihat Aara yang sibuk membuka bungkusan yang tadi dibawanya.

Dia mengambil plester penurun panas dan menempelkannya pada Zayden.

“Apa ini? Kau pikir aku anak kecil?” tanyanya.

“Ini plester penurun panas, dan ini untuk orang dewasa,” jawabnya.

Zayden kembali diam. “Saya juga membeli obat untuk Anda. Tapi sebelum itu, Anda harus makan dulu. Saya sudah membelinya di luar tadi,” ucapnya.

Aara lalu membuka bungkusan lainnya yang tak lain adalah semangkuk bubur.

“Silakan Tuan,” ujarnya.

Zayden menatap bubur itu, dilihat dari penampilannya sudah jelas jika bubur ini dia beli di tempat kaki lima.

Tapi, sebenarnya dua tidak mempermasalahkan hal itu. Karena sewaktu kecil, dia bersama mamanya juga selalu makan makanan pinggir jalan.

Yang menjadi masalahnya adalah, bubur ini dibawa oleh wanita yang amat dibencinya.

Zayden mendongak melihat pada Aara. Wanita yang menjadi pelampi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status