"Om, lepaskan!" "Aku sudah membayarmu mahal, seharusnya kamu tidak mabuk atau mengonsumsi stimulan saat melayaniku." _ _ Shanaya harus merelakan keperawanannya direnggut oleh Oriaga, seorang presdir arogan yang berumur dua puluh tahun lebih tua darinya. Demi menjaga citra baiknya sebagai pengusaha, Oriaga memberikan apa yang Shanaya butuhkan dengan syarat gadis itu tidak akan muncul lagi di hadapannya. Namun seperti terkena mantra, Oriaga kehilangan gairah bercinta dengan wanita lain setelah malam panas bersama Shanaya. Hingga benang takdir kembali mempertemukan mereka dan Oriaga menawarkan sesuatu yang tak bisa ditolak oleh Shanaya. Info update bisa cek IG aku @Nasyamahila
Lihat lebih banyakSudah lebih dari 3 bulan Arumi berada di rumah sakit jiwa, dan hari itu Masayu pergi menjenguknya ke sana. Namun, tentu saja sudah bisa diterka bagaimana sikap Arumi.“Mau apa kamu ke sini?” Arumi menyambut Masayu tak ramah, apalagi Masayu datang bersama Malik hingga membuatnya kesal.“Aku hanya ingin melihat keadaanmu,” jawab Masayu.Arumi tampak memalingkan muka, dia langsung tersenyum mencibir mendengar jawaban Masayu.“Aku tahu itu hanya alasanmu saja, karena sebenarnya kamu hanya ingin pamer hidupmu baik-baik saja, kan? Kamu hanya ingin aku melihat kalau kamu bahagia dengan pria itu, kamu mau pamer dan mencibirku," kata Arumi."Kamu tetap saja bodoh dan terlalu bucin, kamu seharusnya tidak usah datang memperlihatkan semua itu kepadaku!” Arumi menyindir karena tak menyukai kedatangan Masayu bersama Malik.“Kamu selalu berpikiran negatif, padahal aku datang ke sini karena mencemaskanmu. Aku masih menganggapmu sebagai adikku, kenapa kamu malah jahat dengan menuduhku seperti itu?”
Mauri berjalan menyusuri koridor perusahaan dengan terburu-buru. Raut wajahnya menunjukkan rasa kesal karena dia baru saja mendengar temannya membicarakan tentangnya di belakang.Bagaimana mungkin Mauri tidak kesal. Dia dituduh mendekati direktur perusahaan tempatnt bekerja agar mendapat jabatan sebagai manager, hal ini membuat Mauri geram karena merasa gosip itu sangat murahan.“Apa maksud mereka menggosipkanku seperti ini?”Mauri benar-benar geram hingga kata-kata rekan kerjanya itu kembali terngiang di kepala.“Mustahil dia tidak mengenal direktur yang sekarang, tidak mungkin dia menjilat kalau tidak tahu.”“Benar, bukankah sudah biasa kalau mau mendapat jabatan harus pandai mencari muka.”“Aku yakin, Mauri pasti kenal Pak Andra. Makanya dalam sekejab dia bisa menduduki posisi manager.”Kepala Mauri semakin ingin meledak saat teman-temannya menyebut nama Andra. Dia pun kesal karena Andra selama ini sudah berbohong kepadanya.Mauri hampir sampai di ruangan Andra, hingga dia menghent
Hari itu Shanaya dan Oriaga ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kandungan Shanaya. Oriaga terlihat tak tenang. Dia tampak canggung dengan sekitar, apalagi banyak orang yang juga sedang menunggu giliran untuk diperiksa.Sebenarnya Oriaga sudah meminta Shanaya menemui dokter secara private, tapi Shanaya malah memilih antrean biasa dengan alasan tidak perlu membiasakan calon anak mereka menikmati fasilitas mewah sejak dari kandungan.“Di sini banyak sekali orang,” bisik Oriaga. Entah kenapa Oriaga tiba-tiba merasa malu karena orang-orang tampak memandang aneh padanya. Padahal sebelumnya dia tidak peduli dan bersikap cuek.Shanaya bahkan sampai terkejut mendengar ucapan suaminya itu. Dia sempat memindai wajah Oriaga sebelum menjawab," “Ya, namanya juga tempat umum, pasti ramai."“Bukan begitu,” ucap Oriaga sambil memperlihatkan rasa tak nyamannya.Shanaya menatap bingung ke Oriaga, suaminya itu tampak begitu gelisah tak seperti biasa.“Lihat tatapan mata mereka ke kita, apa mereka mengi
Hari itu Kirana dan Elkan pergi ke apartemen Isaak. Mereka memang sengaja datang ke sana untuk menjenguk bayi Amora.“Dia lucu sekali.” Kirana memangku bayi Amora sambil sesekali menusuk pipi bayi itu.Elkan duduk di samping Kirana sambil memangku Celine. Dia ikut menatap keponakannya itu seraya memberitahu Celine bahwa Xavi adalah sepupunya.Mereka larut dalam keceriaan, hingga Elkan tiba-tiba bertanya pada Amora, saat kakak kandungnya itu menyuguhkan teh untuknya dan Kirana.“Apa Kakak sudah membantu bicara ke Papa dan Mama soal rencanaku ingin menikahi Kirana?” tanya Elkan bahkan sebelum Amora mendaratkan bokong di kursi.Kirana langsung menoleh Elkan saat mendengar pertanyaan pria itu. Wajahnta menunjukkan gurat keterkejutan, lantas menatap ke Amora.“Sudah,” jawab Amora lugas.“Lalu? Apa kata mereka?” Elkan penasaran, meskipun di dalam hati sudah memutuskan. Elkan berjanji pada dirinya sendiri, mau mendapat atau tidak izin dari kedua orang tuanya, dia akan tetap menikahi Kirana.
“Kalian datang.” Amora terlihat senang melihat Shanaya datang bersama Oriaga ke penthousenya sore itu. Padahal hampir setiap hari sang anak dan menantunya datang.Shanaya hanya mengangguk membalas ucapan Amora. Dia kemudian duduk di samping baby box tempat Xavi berbaring.“Dia lucu sekali,” ucap Shanaya sambil menusuk-nusuk pelan pipi adik bayinya itu.“Kalian dari mana? Apa dari rumah utama langsung ke sini?” tanya Isaak yang kebetulan juga sudah berada di sana. Pria itu mendekat sambil mengaduk cairan pekat bercampur susu di cangkir. Oriaga langsung melirik Isaak, tentu saja ada arti dari tatapan matanya itu.“Tidak! Kami baru saja dari rumah sakit untuk melihat calon bayi kami,” jawab Oriaga penuh rasa bangga. Meskipun di dalam hati dia sedikit kesal karena lupa menanyakan hal penting ke dokter kandungan. Amora dan Isaak langsung saling tatap. Mereka hampir saja tertawa, lantas melihat Oriaga yang mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja.“Lihat, ini hasil USG calon bayi kami. Dia p
Hari itu Oriaga mengajak Shanaya pergi ke rumah utama, karena sudah lama mereka tidak menginjakkan kaki di sana. Sebenarnya Oriaga juga ingin melihat bagaimana reaksi Shanaya sebelum dia mengajak calon ibu dari anaknya itu kembali tinggal di sana. Shanaya tampak bersikap biasa, meskipun dalam hati dia merasa sedih sekaligus senang. Bagaimanapun juga rumah utama memberikan banyak kenangan baginya, setiap sudut rumah itu seolah memiliki cerita tersendiri.“Rumahnya masih sama,” ucap Shanaya sambil menatap rumah mewah itu.“Memangnya kamu pikir akan berubah seperti apa?” Oriaga malah menanggapi ucapan Shanaya dengan candaan, hingga membuat sang istri tertawa. “Ayo keluar!” ajak Oriaga sambil membuka pintu mobil.Shanaya pun menganggukkan kepala, dia melepas seatbelt sambil memandang Oriaga yang selalu membuatnya terpesona. Oriaga bergegas membukakan pintu sebelum pelayan mendekat, pria itu bahkan meletakkan tangan di atas kepala Shanaya.“Selamat datang.”Pak Wira dan pelayan menyambut
Hari itu cuaca tidak begitu panas juga tidak tampak seperti akan turun hujan, langit seperti mendukung apa yang akan Shanaya lakukan hari itu.Shanaya menoleh Oriaga yang sedang mengemudi. Meski sempat berdebat, tapi dia akhirnya berhasil mengajak Oriaga pergi ke rumah Nugroho. Sesaat setelah sampai di sana, Shanaya dan Oriaga sama-sama dibuat terkejut karena melihat sebuah kedai makanan di depan rumah Nugroho. Kedai itu bahkan tampak ramai pembeli. Shanaya yang awalnya bingung pun seketika merasa bersyukur karena Ariani mau bekerja.“Ibu tirimu benar-benar serius membuka usaha sendiri," ucap Oriaga saat baru saja memarkirkan mobil. "Hm ... setidaknya dia berubah dan tak lagi seenaknya memanfaatkan orang lain demi keuntungan pribadi,” balas Shanaya sambil memulas senyum.Oriaga pun mengangguk, mereka keluar dari mobil bersama lantas berjalan menuju rumah.Shanaya terus memperhatikan Ariani yang sedang melayani pelanggan. Ariani yang melihat kedatangan Oriaga dan Shanaya, lantas meno
"Hadeh Nona, bagi orang yang sudah menikah mengingat kapan waktu datang bulan itu sangat penting."Shanaya menekuk bibir, sejenak memikirkan ucapan Pak Wira setelah itu membalas.“Tidak usahlah, Pak. Aku yakin hanya masuk angin."“Coba tes saja, tidak ada salahnya Nona mencoba. Lagipula saya sudah susah payah membelinya di apotek, sampai-sampai penjaga apotek menatap aneh karena mungkin berpikir kenapa aki-aki macam saya ini membeli testpack,” ujar pak Wira sedikit memaksa.Shanaya masih bergeming menatap testpack itu, sebelum mengangsurkan tatapan ke Pak Wira yang masih menyodorkan barang itu di depan mukanya. “Tidak ada salahnya dicoba, biar tidak penasaran juga, Nona,” ucap Pak Wira lagi.Shanaya pun akhirnya mau menerima tetspack itu karena Pak Wira terus memaksa.“Ya sudah, tapi aku gunakan nanti saja,” ucap Shanaya lantas menyimpan testpack itu di laci.“Ingat, jangan lupa dipakai!" Pak Wira mengingatkan sebelum pergi meninggalkan Shanaya di kamar sendirian.Shanaya memperhatik
Hari itu selama sehari penuh Shanaya betah berada di rumah Isaak karena ada bayi Amora yang baru saja lahir. Dia sangat suka dengan bayi laki-laki itu, apalagi saat mencium wangi dari parfum bayi yang menguar.“Kalau capek menggendongnya, taruh saja di box,” ucap Amora karena Shanaya terus memangku Xavi — putra keduanya dan Isaak.“Tidak, aku tidak capek, Ma. Aku suka menimangnya seperti ini,” balas Shanaya.“Apa kaamu tidak mau pulang? Ini sudah malam, bagaimana kalau Oriaga mencarimu?” tanya Amora karena Shanaya berada di sana sejak pagi hingga malam hari.“Kalau dia sudah pulang, paling juga akan mencari ke sini, Mama tidak perlu cemas,” jawab Shanaya.“Kalau Mama capek, tidur saja dulu, biar aku yang menjaga Xavi,” ujar Shanaya lagi karena senang memiliki adik bayi.Amora hanya mengedikkan bahu, lantas memilih beristirahat sejenak karena menjadi ibu baru memang sedikit melelahkan.Sementara itu, tanpa Shanaya tahu Oriaga baru saja pulang. Pria itu sudah masuk ke penthousenya dan b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.