Share

Terjebak Pernikahan Penuh Derita
Terjebak Pernikahan Penuh Derita
Penulis: Ute Glider

Malam Pertama Menyakitkan

“Pelan-pelan, Arsen. Sakiit!”

Seorang wanita memekik sakit saat tangannya ditarik kasar oleh suaminya.

Pria itu bernama Arsenio Mahardika. Tubuh tingginya berbanding terbalik dengan wanita berambut hitam di belakangnya. Telapak kekar Arsen terus saja menarik tangan wanita yang 24 jam lalu resmi menjadi istri keduanya.

Kaki mereka masih menginjak rumput di lokasi pemakaman yang becek. Sebab, beberapa menit lalu saat semua meninggalkan tempat peristirahatan terakhir, hujan mulai turun.

Hingga wanita yang terseok-seok sejak tadi akhirnya terpeleset dan terjatuh.

Arsen menghentikan langkahnya. Netra tajam di balik kacamata hitamnya itu menyorot penuh kebencian pada wanita bernama Allice.

“Aku sedang tak ingin bermain drama. Cepat berdiri!”

Arsen meraih tangan Allice lagi lalu dia paksa wanita itu untuk berdiri untuk meneruskan langkah mereka.

Rasa sakit pun menyengat di pergelangan kaki Allice.

“Arsen, kakiku terkilir. Please, berhenti!” Rasa sakit di kaki sekaligus dihatinya membuat air mata Allice keluar begitu saja. Meski sudah tertutup oleh derasnya air hujan, tetap saja Arsen bisa melihat itu.

Tapi apa dia peduli?

Arsen justru semakin muak!

“Oke,” sahut Arsen dingin.

Allice pikir, suaminya itu akan melepas atau membantunya.

Tapi yang ada justru Arsen membungkuk dan menjatuhkan tubuh Allice ke atas bahunya.

“Akh!” pekik Allice saat dirinya dibawa layaknya karung menuju parkiran tempat pemakaman.

Ya, mereka baru saja menjalani ritual persembahan terakhir untuk wanita bernama Safira, istri pertama Arsen. Wanita yang sangat, sangat dan sangat Arsen cintai.

Safira memang sebelumnya memaksa Arsen untuk menikah dengan sahabatnya yaitu Allice Lovania. Hal itu dikarenakan Safira tak bisa memberikan keturunan atas penyakit yang dia sembunyikan selama ini.

Begitu sulit meyakinkah Arsen, hingga akhirnya perjanjian pun terjalin. Arsen mau mengikuti kemauan Safira asal dia diperbolehkan menceraikan Allice saat anaknya sudah lahir kelak.

Pernikahan pun terjadi. Hanya saja, belum juga 24 jam pernikahan berlangsung. Arsen melihat Safira terjatuh dari balkon. Dan – orang yang patut mempertanggungjawabkan kematian Safira adalah Allice. Sebab, hanya Allice yang ada di lokasi kejadian.

***

Setelah menarik kasar dari pemakaman, Arsen membawa Allice ke rumahnya yang sudah sepi. Tak ada sisi lembut sedikitpun, Arsen kembali menggendong istri keduanya di bahu. Sampai perut Allice terasa sakit dan mual.

“Arsen, kita bisa bicara baik-baik! Turunkan aku!”

Allice memberontak pun percuma. Arsen dengan erat menahan bobot tubuh kecilnya itu di bahu tanpa mengucapkan satu patah kata.

Pelayan yang sempat melihat pun hanya bisa membungkuk. Mereka tak mungkin bertanya apa lagi ikut campur urusan majikannya.

Sesampainya di kamar, Arsen melempar Allice ke ranjang.

“Jadi kamu ingin menjadi istriku satu-satunya, hem? Baiklah, nikmati saja statusmu sekarang, Nyonya Mahardika!”

Suara robekan gaun hitam terdengar mengerikan di telinga Allice. Tubuhnya polos dalam satu waktu.

Arsen benar-benar tak menjeda sedikitpun. Dia bahkan melepas kemejanya dengan kasar, hingga kancing-kancing dari dada hingga perut Arsen terlepas dan terlempar entah kemana.

Otot-otot kekar itu nampak begitu seksi. Tapi sama sekali tak memancing decak kagum seorang Allice Lovania.

“Arsen, jangan seperti ini!”

“Diam!”

Arsen membentak seraya menahan kedua tangan Allice di atas kepala hanya dengan satu genggaman tangannya.

Ini bukan karena gairah yang menggebu. Arsen tak sabar bukan karena menginginkan tubuh istri keduanya segera.

Tapi hatinya penuh dengan dendam, emosi dan duka yang mendalam. Dan – Allice harus menanggungnya saat ini juga.

Setelah itu, Arsen mengambil apa yang memang sudah menjadi haknya sebagai seorang suami. Namun, tak ada pembuka. Dia langsung ke bagian inti yang sangat menyakitkan.

“Akh! S-Sakiitt!” Allice merintih dengan mata terpejam. Air matanya semakin menderas ketika tubuhnya terasa terbelah dan pedih yang semakin menjadi.

Sedangkan pria yang berada di atasnya justru semakin kuat menghentak.

Tak ada tanda kenikmatan atas aktifitas ranjang yang terjadi di kamar pengantin itu. Yang ada justru amarah begitu pekat menyeruak di diri Arsen.

Allice mencengkeram sprei menahan rasa sakit yang semakin menjadi. Air mata itu juga turut menunjukkan seberapa gila aksi kejam Arsen di malam pertama mereka.

Ini bukan malam pertama impian. Tapi justu malam pertama menuju neraka.

Arsen Mahardika, wajah tampan khas eropa itu terpampang nyata di depan Allice. Hidungnya mancung dan kokoh. Garis rahang Arsen juga begitu kuat bercampur dengan matanya yang tajam namun seksi.

Biasanya Allice tergila-gila dengan visual suaminya yang hampir menyentuh sempurna. Tapi kali ini, Arsen sangat menakutkan dan berbahaya.

“Ini kan, yang kamu inginkan, hem?” Arsen mengeram marah.

Allice menggeleng lemah penuh kesakitan.

“A-Arsen ... please, stop!”

Arsen tak mengindahkan permintaan Allice. Justru ini yang Arsen mau, melihat Allice kesakitan. Seperti rasa sakit Arsen atas meninggalkan istri tercinta.

Sampai akhirnya Arsen mendapat klimaks dan mengakhiri aktifitas panas mereka. Tak ada ekspresi puas sama sekali. Arsen tetap dingin dan siap untuk meninggalkan Allice begitu saja.

Tapi wanita itu mengumpulkan keberanian untuk mengangkat sedikit tubuh remuknya, lalu meraih lengan Arsen. Hingga sang suami berhenti.

“Tetap di sini. Dengarkan penjelasanku,” pinta Allice dengan nada bergetar lemah.

Mendengar kata-kata Allice, Arsen menoleh sinis ke arah wanita itu. Dia lalu menepis tangan Allice.

“Jangan banyak bicara. Aku pikir kamu hanyalah wanita penggoda. Tapi aku tak menyangka, kamu bahkan terlalu serakah hingga tega membunuh Safira!” ucapnya penuh penekanan. Mengingat itu, mata Arsen makin menajam.

“Aku tidak melakukan apapun padanya, Arsen. Sungguh! Aku –“

Pembelaan Allice tercekat saat Arsen tiba-tiba mencondongkan tubuhnya lalu mencengkeram rahang sang istri.

“Aku tak butuh pembelaan. Namun hal yang perlu kamu ingat, Allice. Mulai detik ini, aku adalah nerakamu. Aku tak akan membawamu ke kantor polisi. Tapi aku sendiri yang akan menjadikan hidupmu penuh dengan hukuman!”

Tangan Arsen makin kuat mencengkeram. Hingga wajah Allice memucat, pun mata memerah karena mulai kekurangan oksigen. Jantungnya juga bergetar kencang atas rasa takut yang menyelimutinya.

“Jangan harap bisa pergi dariku. Dan jangan pernah memimpikan ada cinta dalam hubungan kita. Aku membencimu, Allice. Aku sungguh membencimu dengan segenap jiwa ragaku!” Gigi Arsen sampai menggertak saat mengungkapkan perasaannya.

Tangan kekar Arsen bisa saja mencekik dan membunuh Allice dalam satu gerakan di rahang rapuh itu. Tapi tidak, Allice harus merasakan sakit hati yang Arsen derita.

Dia melepas kasar cengkeramannya. Hingga Allice terpental di atas ranjang. Lalu dia pergi menjauh.

Setelah terdengar bunyi pintu kamar mandi tertutup, Allice meringkuk dengan tangisan yang semakin menjadi. Dia sampai menutup mulutnya demi meredam suara pilunya itu.

“Aku tidak membunuhnya .... Aku tak melakukan apapun ...,” cicit Allice dengan segala kesakitan di hati juga tubuhnya.

BERSAMBUNG

Ute Glider

Hai, Selamat datang di karya pertama aku disini. Tinggalkan banyak komentar yaa ... pasti aku bakal semangat membacanya. Happy reading ^^

| 5
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Arsen mungkin salah paham semoga ada jawabannya dan Arsen Sadar lanjut thor
goodnovel comment avatar
Ute Glider
makasih kakak ...️...️
goodnovel comment avatar
Neng Cila
bagus ceritanya semangat kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status