Kini Hanzero kembali melajukan mobilnya."Hanz, kita mau kemana lagi.?" tanya Azka.Hanz terlihat berpikir sambil menatap sebentar wajah Azka yang sekarang terlihat sayu itu.Tidak ada salahnya aku membawa Azka ke taman bunga itu, mungkin ada sedikit harapan di sana."Hanz. !!""Ya, Azka. Apa kamu lelah.?" Hanz menepikan mobil nya dan berhenti.Ia membetulkan jok tempat duduk Azka agar Azka bisa tidur dengan posisi yang baik."Perjalanan kita akan sedikit jauh, tidurlah dulu. Aku akan membangunkanmu jika kita sudah sampai." ucap Hanz merebahkan kepala Azka , Hanz menatap wajah itu dan membelai nya dengan sangat lembut."Hanz, maafkan aku. Aku sudah membuatmu susah." tiba tiba Azka memeluk Hanz dan mencium kening Hanz membuat pria itu semakin sedih."Tidak sayang,.. kamu tidak pernah membuatku susah , sebenarnya tidak penting semua ingatanmu itu. Hanya saja aku merasa ini tidak adil bagimu. Jika aku harus mengingat semua kenangan kita, sedangkan kamu harus hidup dalam keterasingan pik
Langkah Hanz sudah sampai di depan gubug itu, ia terus melangkah membawa Azka menaiki gubug.Dan menurunkan Azka di sana.Azka masih tampak kebingungan untuk mengingat tempat itu, ia memilih menyandarkan tubuh nya di tiang gubug itu dan sementara Hanz terus memperhatikan istrinya dengan seksama.Hanz menghampiri Azka, dan duduk tepat disisi kaki Azka."Azka, duduklah." Hanz meraih tangan Azka yang kemudian menurut saja duduk di samping Hanz.Hanz menggeser pantatnya untuk lebih merapatkan tubuhnya pada Azka, lalu meraih tubuh Azka dan mendekapnya dari belakang."Azka, lihat lah aku. Aku akan memberitahu mu sesuatu." Hanz meraih dagu istri nya agar menatapnya.Kedua pasang mata suami istri itu saling menatap dalam."Disini kita belum menyatakan perasaan kita Azka, tapi disini lah pertama kali nya kita saling menyalurkan perasaan kita. Sayang sekali hari ini cuaca sangat cerah, karena pada waktu itu hari hujan dan di penuhi angin yang membuat mu kedinginan. Lalu aku berusaha menghangatk
Hanzero dengan telaten menyuapi Azkayra makan malam dengan sesekali membetulkan rambut Azka yang masih terurai itu."Hanz, kamu juga makan geh..!" ucap Azka, sejak tadi ia tidak melihat Hanz menyuap dirinya sendiri."Setelah kamu menyelesaikan makanmu Azka." sahutnya."Lagi Azka,." kembali Hanz menyuapkan makanan ke mulut istrinya."Hanz, aku sudah kenyang..?" rengek Azka."Baiklah, minum dulu." Hanz beralih mengambilkan minum untuk istri nya. Sementara Azka terus menatap suaminya itu.Kamu begitu sabar mengurusku Hanz. bagaimana aku tidak mencintaimu, meskipun aku tidak mengingatmu. Kau tampan ,lembut dan perhatian sekali."Kenapa kamu menatapku seperti itu Azka,? Apa aku menyebalkan.?" tanya Hanz menyadari jika istrinya terus memperhatikannya."Kamu tampan Hanz.. Dan sama sekali tidak menyebalkan." jawab Azka."Kamu selalu mengatakan begitu. Padahal aku tidak tampan tampan amat." jawab Hanz, kini ia berganti menyuap dirinya sendiri."Hanz, aku ke kamar mandi dulu ya.?" ucap Azka.H
"Kemeja itu milik Arwan. Sedangkan celana itu adalah celana Pasien Rumah sakit." potong Hanz."Kenapa begitu Hanz, apa kau mau menceritakannya.?" Azka sangat penasaran melihat penampilan Hanz di foto pengantin mereka itu.Hanz malah tersenyum."Sungguh suatu keajaiban Azka." ucap Hanz."Seminggu sebelum hari pernikahan kita, aku kecolongan. Kamu di culik Gavin , seorang yang menyukaimu dan sakit hati karena penolakanmu. Aku berusaha menyelamatkanmu, tapi naas . Aku tertembak dan koma. Pada saat itu kamu sangat Frustasi sekali. Bahkan di hari pernikahan yang telah kita tentukan kamu tidak mau membatalkannya. Bahkan sekedar untuk mengundurkannya pun kamu tidak mau. Kamu terus menungguku di depan Penghulu. Sampai suatu keajaiban menghampiriku, menyadarkan aku dari komaku, aku seperti orang gila Azka, aku tidak peduli para suster menahanku. Aku terus berlari kembali ke Rumah Utama masih dengan pakaian pasienku. Jadi aku menikahimu dengan menggunakan kemeja Arwan dan tidak sempat mengganti
Pagi itu, Hanzero terbangun dengan senyum merekah yang menghiasi bibirnya. Kebahagiaan menyelimuti hatinya, membuat dirinya penuh semangat. Betapa tidak, begitu ia membuka matanya, hadiah terindah telah tersaji di hadapannya: Azkayra, sang istri yang cantik, tersenyum manis dengan penuh gelora cinta membara. "Pagi Hanz," sapa Azka, sementara aroma harum rambutnya yang basah menyebar di udara."Pagi Azka, kau sudah mandi?" tanya Hanz, seperti masih berada dalam mimpi, terpesona dengan senyuman istrinya."Tentu sudah. Kamu tidak melihat rambutku yang masih basah ini?" sahut Azka sembari mendekatkan diri kepada suaminya."Berarti aku yang kesiangan," gumam Hanz, langsung bangun dan dengan semangat menyibakkan selimutnya. Tiba-tiba, Azka menoleh dengan wajah terkejut, membalikkan badannya sambil berseru, "Hanz, kau sengaja ingin menggoda ku lagi, ya? Aku sudah mandi, Hanz!""Astaga..!" Hanz tersadar bahwa ia masih polos tanpa balutan apapun dan langsung menarik selimutnya kembali, menutu
"Baiklah, kalau begitu untuk beberapa hari ini kau harus menemani istri mu dulu, sambil meningkat kan hubungan kalian. Biar ayah yang ke kantor." ucap Shaka yang memang sangat lah bijaksana itu."Terima kasih Ayah," jawab Hanz mengangguk dan kemudian beranjak menyusul Azka ke kamar nya."Hanz, kita sarapan yuk, Berlinda sudah menyiapkan nya untuk kita. " ucap Azka ketika melihat suami nya sudah melangkah memasuki kamar nya.Hanz hanya mengangguk dan duduk manis di sofa, sementara Azka menghampiri Hanz dengan membawa nakas berisi sarapan pagi yang sudah di antar Berlinda ke kamar nya tadi.Mereka pun menikmati sarapan itu tanpa suara."Hanz, hari ini apa kau mau mengantar ku keluar.?""Memang nya kau mau kemana lagi Azka.?" jawab Hanz meneguk minuman nya."Shoping." jawab singkat Azka."Kau mau mencari apa Azka.? Kebutuhan mu sudah ada yang menyediakan. Kau tinggal duduk manis, jika masih ada yang di perlukan kau bisa menyuruh kan.? " ucap Hanz."Hanz..!!" rengek Azka ,lagi lagi dengan
"Jelas aku mengingatnya Hanz, kamu ini aneh sekali. Aku tidak mungkin melupakan hal itu seumur hidupku .!!" sahut Azkayra sedikit heran dengan pertanyaan Hanzero."Kamu benar l-benar mengingat nllnya.? Kalau begitu apa kau ingat tanggal pernikahan kita.?" tanya Hanz ingin memastikan ingatan Azka, benarkah ingatan Azka sudah kembali atau ini hanya kebetulan saja."Hanz, ya jelas lah aku ingat.. Tanggal 11 Juli bertepatan dengan ulang tahun ku. Dan pada saat itu kamu datang dengan sangat terlambat , dan kamu menemui /ku hanya mengenakan baju pasien , lantas kamu meminjam kemeja Arwan lalu menikahiku. " jawab Azka dengan jelas."Azka, kamu sudah kembali." Hanz tiba-tiba memeluk Azka yang masih bingung."Dokter, ingatan istriku sudah kembali.!!" teriak Hanz menatap Dokter Abraham yang juga menyadari jika Azkayra sudah sembuh dari Amesianya."Hanz," kini Azka mulai sadar dan menatap suaminya."Aku mengingat semuanya Hanz.. Benar..!!! Aku mengingat semuanya...!!" jerit Azka sangat girang.
"Arwan, Kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri..? Kamu tidak sedang sakit kan..?" tanya Hanz menatap curiga pada sekretarisnya yang sedari tadi tersenyum sendiri."Tidak Tuan, saya masih sehat. Saya hanya sedang... Ah, Tuan saya seperti sedang bermimpi." sahut Arwan tersipu."Bermimpi.?""Iya Tuan, kemarin yang lalu saya masih ada di rumah Utama untuk mengatur para pengawal dan penjaga, dan sekarang saya berada di perusahaan Samudra sebagai Sekretaris pribadi Tuan Hanzero. Apa itu tidak seperti mimpi.?" curhat Arwan."Kamu tidak menyukainya.?" Hanz menatap sekretaris barunya itu."Tentu saja saya menyukainya Tuan, hanya saya merasa malu pada diri saya sendiri. Bahkan seorang sarjana pun memimpikan posisi saya. Sedang saya yang bukan tamatan apa apa bisa berada di posisi ini. Itu sungguh luar biasa." sahut Arwan menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal itu."Kamu pantas mendapatkannya , dan mulai sekarang berjanjilah untuk menjaga kepercayaanlu padamu." ucap Hanz , lagi-lagi menatap A