Ziana harus menerima kenyataan kalau Mahanta, mantannya yang gagal move on kembali memasuki kehidupannya. Parahnya lagi, mereka menghabiskan malam panas karena jebakan seseorang. Belum habis keterkejutan Ziana, Mahanta justru menjadi CEO baru di perusahaan tempat Ziana bekerja. Kalau boleh memilih, Ziana ingin sekali resign dan menjauh dari Mahanta. Tapi hubungan cinta satu malam itu justru berbuah benih yang tumbuh di rahim Ziana. Ziana tidak punya pilihan lain, selain menerima lamaran Mahanta dan menjadi istrinya. Namun hubungan pernikahan mereka terus diuji oleh kehadiran masa lalu Mahanta dan keluarga Mahanta yang tidak setuju Ziana menjadi menantu mereka. Alih-alih kabur meninggalkan Mahanta seperti 3 tahun yang lalu, Ziana memilih berjuang untuk suami dan bayi di dalam kandungannya. Tapi ujian cinta mereka belum berakhir saat Ziana melahirkan bayi laki-laki yang mengalami kelainan pada matanya. Keluarga Mahanta menghinanya dan sikap Mahanta pada Ziana mulai berubah. Akankah Ziana menyerah pada keadaan dan pergi meninggalkan Mahanta? Atau tetap bertahan meskipun harus menerima semua penghinaan atas putranya yang cacat?
View MoreLintang menunjuk sofa ruang kerja Mahanta agar mereka bisa bicara lebih nyaman. Mereka beranjak ke sofa itu lalu duduk bersama disana.“Aku tidak sengaja melihatnya saat memeriksa CCTV di lantai divisi operasional. Sherena keluar dari lift. Tapi aku tidak tahu dia menemui siapa disana. Apa mungkin menemui Pak Renan?” tanya Lintang.“Kalau memang begitu, seharusnya ada CCTV yang mengarah ke ruangan Renan. Coba periksa semuanya sampai Sherena keluar dari sana.”Mahanta mengepalkan tangannya menahan amarah karena kemungkinan Sherena ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa Renan. Kemarin Hannah, sekarang Renan. Sherena seolah memberi peringatan pada Ziana lewat orang-orang terdekatnya.“Mas, apa semua ini terjadi karena aku?”Ziana menatap Mahanta sendu, lalu menghela nafas panjang. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran di hatinya. Mahanta menggenggam tangan Ziana untuk menenangkannya.“Nggak, sayang. Memang wanita itu saja yang gila. Aku janji akan menyelesaikan masalah
Ziana mengambil ponselnya lalu mencari chat terakhirnya dengan Hannah. Kakaknya itu sepertinya sibuk, karena chat terakhir mereka sudah jauh dibawah dari deretan chat masuk ke ponsel Ziana. Setelah membuka room chat Hannah, Ziana mulai mengetik.{“Kak Hannah, sibuk nggak?”}Satu pesan terkirim pada Hannah, dan tidak langsung dibaca. Ziana berpikir kalau kakaknya itu sedang sibuk di toko kuenya. Rasa penasaran membuat Ziana ingin menelpon Hannah, tapi pintu ruang meeting terbuka dan Lintang keluar dari sana.“Gimana, Pak?” tanya Ziana tanpa bisa menahan rasa penasarannya.“Tidak terlalu bagus. Semua bukti mengarah pada Pak Renan. Bahkan ada yang melihatnya bertemu dengan wakil perusahaan pesaing. Saksinya tidak hanya satu, tapi tiga orang. Sebentar ya, aku harus mengambil laptop.”Lintang berlalu meninggalkan Ziana yang masih termangu di tempatnya berdiri. Situasinya semakin rumit dan sepertinya Renan tidak akan lolos dengan mudah. Bersamaan dengan itu, ponsel Ziana berdering pelan. Pe
“Aku kangen banget, sayang. Dari tadi kutahan-tahan nggak meluk kamu. Akhirnya bisa meluk juga,” sahut Mahanta sambil memeluk erat pinggang Ziana.“Kan hubungan kita dirahasiakan. Tapi aku penasaran, bagaimana kalau nenekmu tahu tentang pernikahan kita?”“Jelas kaget ‘lah. Nggak usah ditanyain ke orang pinter, jelas itu jawabannya.”“Aku serius, mas. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bukannya kamu bilang kalau nenekmu punya penyakit darah tinggi?”Ziana menatap Mahanta yang menggeser posisi duduknya hingga mereka berdua duduk bersampingan. Tubuhnya sedikit bergetar ketika tangan Mahanta mengelus pelan punggungnya.“Kita sudah punya bayi kita untuk menghadapinya, sayang. Aku yakin saat nenek tahu kamu sedang hamil, nenek akan sangat senang.”“Benarkah?” Ziana mengelus perutnya yang masih rata.“Iya, sayang. Jangan dipikirin ya. Kita bisa melaluinya sama-sama. Dan sekarang... aku mau kelon.”“Mas, jangan aneh-aneh deh. Gimana kalau bunda tiba-tiba memanggilku?”“Sudah larut juga. Tante p
“Ke pesta, tante. Memangnya kenapa?” tanya balik Mahanta.“Apa kamu lupa kalau hubungan kalian ini rahasia. Bagaimana kalau nenekmu curiga, Maha?” tegur Juwita.Mahanta menepuk pelan keningnya, lalu celingak-celinguk mencari jalan lain. “Aku beneran lupa, tante.”“Lewat jendela,” titah Juwita membuat Mahanta dan Lintang saling pandang. Jendela yang mana?Juwita kembali fokus pada Ziana dan menuntunnya menuju tempat pesta. Rasa gugup dan sedikit cemas membuat Ziana meremas pelan tangan Juwita. Syukurlah wanita paruh baya itu mengerti lalu balas mengelus punggungnya.“Jangan gugup, sayang. Tetaplah tersenyum pada semua orang. Darimana pun asalmu, sekarang kamu putri kami. Putri dari ayah Tomo dan Ibu Juwita. Kamu mengerti?”Ziana mengangguk dengan senyum mengembang yang menambah kecantikannya. Keduanya kembali berjalan memasuki areal pesta yang sudah penuh dengan tamu undangan. Tampak beberapa bodyguard Tomo mengawasi keadaan disekitar Ziana dan Juwita. Tomo tidak ingin kecolongan lagi.
Tomo tidak lagi mendengar suara Intan karena tiba-tiba saja Hasan mengambil alih telepon istrinya itu.[“Halo, Tomo. Aku cuma mau bilang siapkan kue dari toko kue langganan Intan, toko kue Hannah. Kamu tahu, toko kue milik kakaknya Ziana. Mamaku akan datang, dan mungkin mood-nya bisa bagus kalau ada kue kesukaannya, lemper.”]“Oh, ok kakak ipar. Mana kak Intan?”[“Dia ada urusan ke toilet. Sudah dulu ya.”]Tomo menatap layar ponselnya yang kembali semula, lalu berjalan kembali ke meja kerjanya. Pekerjaannya masih banyak, tapi ia ingin segera pulang untuk bertemu dengan Juwita. Pria itu tiba-tiba merindukan pelukan sang istri.~~~Beberapa hari kemudian, pesta penyambutan untuk Ziana pun tiba. Hampir semua tamu undangan sudah datang ke mansion Tomo dan tampak asyik menyapa satu sama lain. Tidak terkecuali Hasan, Intan, dan nenek Darisa yang juga sudah tiba. Mereka langsung menempati meja yang tertulis nama mereka.“Dimana Maha? Kenapa dia belum datang?” tanya nenek Darisa sembari menge
“Tentu saya, sayang. Lucu juga ayah dan bunda. Coba panggil,” pinta Juwita.“Ayah Tomo dan Bunda Juwita.”Hanya beberapa kata dari Ziana mampu membuat Juwita tersenyum tapi kedua netranya berkaca-kaca. Sudah lama sekali sejak wanita paruh baya itu membayangkan dirinya dipanggil seperti itu. Dan Ziana bersedia mewujudkan keinginannya yang terpendam.“Jangan menangis, bunda,” sambung Ziana sambil mengusap pipi Juwita yang basah.Juwita refleks memegang pipinya yang basah dan buru-buru mengusapnya. Hampir saja dirinya merusak suasana dengan menangis haru.“Makasih, Ziana. Karena sudah memberi kesempatan pada bunda untuk menjadi orang tua.”Ziana dan Mahanta saling pandang lalu sama-sama tersenyum. “Sama-sama, bunda.”“Ok. Kita harus mengerjakan banyak hal. Pesta seperti apa yang kau inginkan, sayang?” tanya Tomo membuat atensi semua orang tertuju padanya.“Pesta apa?” tanya balik Ziana bingung.~~~Beberapa hari kemudian, Intan menatap dingin pada undangan pesta penyambutan Ziana yang su
“Kenapa tidak? Mereka harus tahu kalau Ziana akan menjadi putri kita.” Juwita sangat bersemangat tentang Ziana.Tomo hanya diam memikirkan pesta penyambutan yang diinginkan Juwita. Pria itu sangat bisa menyelenggarakannya, tapi insiden yang terakhir dengan Sherena membuat Tomo harus ekstra waspada. Kalau keluarga Hirawan diundang, Tomo khawatir Sherena juga akan datang dan kembali membuat keributan.“Mas, kok kamu ngelamun sih? Bisa nggak? Surat-suratnya sudah selesai ‘kan?”“Hanya tinggal meminta tanda tangan Ziana saja. Pengacara kita akan datang kesini untuk menjelaskan semuanya, sekaligus mengurus ahli waris kita nantinya.”“Aku tidak sabar. Semakin cepat semakin baik. Ziana harus kita lindungi dengan baik.”“Segitu sayangnya kamu sama Ziana sampai aku dicuekin. Sekarang yang kamu bahas pasti Ziana terus.” Tomo merajuk dengan bibir maju ke depan.“Cemburu ya? Cemburu kok sama putri sendiri. Seharusnya kamu senang, mas. Akhirnya kita punya anak.”“Ada atau tidak, aku selalu bahagi
“Tapi, sayang. Apa kamu tahu bagaimana kronologis kejadian kecelakaan orang tuamu?” tanya Mahanta membuat Ziana berbalik ke arahnya.“Aku dengar saat kak Hannah bicara dengan polisi. Mobil yang papa kendarai mengalami rem blong dan tidak bisa berhenti saat melewati perempatan. Akibatnya mobil papa ditabrak truk dari samping dan terguling beberapa kali. Papa dan mama meninggal dengan kondisi cidera kepala parah dan kehilangan banyak darah.”Mahanta mengangguk mengerti lalu mengusap rambut Ziana. “Tidurlah, sayang. Akan kubangunkan besok pagi.”Ziana mengangguk pelan lalu kembali menatap langit malam diatas mereka. Semilir angin dingin yang menerpa wajahnya, membuat kedua netra Ziana perlahan terpejam. Ditambah tepukan lembut di kepalanya yang dilakukan Mahanta.“Sayang?” panggil Mahanta setelah kepala Ziana terkulai lemas di samping ketiaknya. Tidak ada sahutan dari Ziana membuat Mahanta tersenyum.“Selamat malam, sayang.”Setelah memastikan Ziana tertidur lelap, Mahanta beranjak kelua
Ziana mengangguk, lalu menarik tangan Mahanta kembali ke mobil. “Ayo bicara di dalam. Udaranya semakin dingin.”Mahanta membuka pintu dan juga sunroof agar mereka bisa melihat bintang dan langit malam. Sesekali Ziana mengusap lengannya yang terasa dingin sambil menunggu Mahanta menyiapkan semuanya.“Ayo, masuk. Berbaring saja ya.”Ziana masuk ke dalam mobil lalu berbaring dengan nyaman diatas kasur empuk beralaskan selimut tebal. Mahanta menarik selimut yang lebih tipis menutupi tubuh Ziana sampai ke perutnya, sebelum ikut berbaring di samping perempuan itu.“Ayo ceritakan,” pinta Mahanta.“Papa dan mamaku adalah tipe orang tua yang meskipun sibuk bekerja, kalau mendengar anaknya sakit, mereka akan langsung pulang untuk menjaganya.”“Mereka kerja dimana?”“Papaku pengawas produksi perusahaan kue dan mamaku salah satu staf yang bertugas dengan alat-alat pembuatan kue. Mereka bertemu disana dan saling jatuh cinta.”“Oh, karena itu Hannah bisa membuat kue seperti sekarang ini? Sudah ada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.