Share

28. Terbongkar

Hujan terus mengguyur, meskipun pemakaman Andi sudah selesai. Aneska masih bergeming di samping pusara sang ayah dengan mata bengkak karena kebanyakan menangis. Langit seolah-olah mengamini kesedihan yang menaungi salah satu anak adam karena kehilangan sosok pria yang membuatnya ada di dunia.

“Maafin aku, Pa.”

Aneska berulang kali mengucapkan kalimat itu sambil mengusap pusara Andi. Perasaan bersalah masih begitu besar bercokol dalam dadanya. Dalam riuhnya suara hujan, gadis itu melangitkan doa agar sang ayah tenang di sana.

“Kita pulang, ya, Nes?”

Suara itu menyentak gendang telinga Aneska. Dia baru sadar bahwa masih ada sosok Gavin yang setia menemani bahkan sejak semalam setelah berita kematian sang ayah. Gadis itu menggeleng lemah tanpa melepaskan tatapan dari makan di depannya.

“Kamu enggak boleh begini, Nes. Papa kamu enggak akan balik lagi ke dunia. Kamu harus ikhlaskan kepergiannya. Sekarang kita pulang, ya?”

Aneska kembali menggeleng. Dia biarkan tubuhnya basah di bawah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status