Share

41. Garis Dua

Aneska mengelap mulut setelah memuntahkan sarapan yang menyentuh lambungnya tadi pagi. Dia bersandar kepada dinding kamar mandi dengan wajah memucat sebelum mengusap perut yang terasa mual. Sedetik kemudian, dia kembali memuntahkan isi perutnya.

“Nes, kamu kenapa? Kamu enggak apa-apa, kan?” tanya Maisa dengan nada khawatir sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Aneska kembali mengelap mulut sebelum membuka pintu dan mengulas senyum. “Aku enggak apa-apa, kok, Mbak. Aku cuma mual karena nyium bau roti yang baru matang.”

“Beneran enggak apa-apa, Nes. Muka kamu pucat banget, lho. Kalau sakit, mendingan pulang saja sekarang.”

“Aku enggak apa-apa, kok, Mbak.”

“Oke, tapi kalau kamu merasa enggak enak badan, kasih tahu, ya?”

Aneska mengangguk dan kembali mengulas senyum, kemudian keluar kamar mandi dan membawa nampan berisi roti baru matang ke depan dan menatanya di etalase. Sekuat tenaga dia menahan mual yang terasa mengaduk-aduk perutnya. Berulang kali dia menutup mulut hingga keringat di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status