Share

Bab 10

Lili hampir menggunakan kaca pembesar untuk memeriksa akta nikah Amel dan Dimas. Namun, dia tidak bisa menemukan satu kesalahan pun. Wanita itu pun tahu bahwa semua ini nyata.

Namun, sekarang apa yang ada di dalam pikiran Lili sangatlah sederhana. Dia harus bersikap baik pada menantunya ini. Mungkin dengan begitu, menantunya akan memperlakukan putrinya dengan lebih baik.

Gibran menghela napas, lalu berkata, "Dasar wanita."

Gibran sudah mendengar tentang karakter Dimas dari Profesor Ahmad. Dia tahu bahwa Dimas bukan orang yang picik. Terlebih lagi, Gibran ingin menyelidiki tentang pria ini lebih banyak. Jangan harap Dimas bisa tinggal di rumah ayah mertuanya segera setelah dia menikah!

Amel kembali ke kamar kecilnya. Dia masih merasa linglung saat berbaring di tempat tidur.

Hari ini jauh lebih menegangkan daripada hari seorang tokoh utama.

Amel berbalik untuk berbaring miring. Dia merasa sedikit tidak nyaman saat memikirkan apa yang dikatakan Bibi Mirna. Namun, dia lebih merasa kasihan pada Dimas. Amel tidak menyangka bahwa situasi keluarga pria itu begitu sulit. Dia harus memperlakukan Dimas dengan baik di masa depan.

Amel ingin memberi tahu Dimas bahwa dirinya tidak peduli dengan materi dan meminta pria itu untuk tidak memikirkan kata-kata Bibi Mirna. Namun, saat pikiran itu terlintas di benaknya, dia tiba-tiba teringat bahwa dia tidak memiliki informasi kontak Dimas.

Pada malam pernikahannya, dia tinggal sendirian di kamar kosong dan tidak bisa menghubungi suaminya.

Amel merasa seolah dia berada dalam pernikahan palsu.

Sementara itu, Dimas segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon asistennya setelah meninggalkan rumah Amel.

"Siapkan vila yang sudah dipesan sebelumnya."

Ah?

Sang asisten merasa agak terkejut. Dia sudah menyampaikan masalah ini saat bosnya keluar tadi pagi. Namun, bosnya mengatakan bahwa dirinya sedang melakukan penyamaran untuk memeriksa situasi di Grup Angkasa, jadi tidak pantas kalau terlalu mencolok. Bosnya bahkan memintanya untuk memesankan kamar di hotel biasa.

Baru sehari berlalu, kenapa bosnya sudah berubah pikiran?

Meski sang asisten tidak memahami apa yang ada dalam pikiran bosnya, dia tetap mengangguk dengan hormat sambil berkata, "Ya, saya akan segera mengaturnya."

Di sisi lain, Amel berguling-guling sepanjang malam dan tertidur dalam keadaan tidak tenang. Keesokan paginya, dia bersiap untuk pergi bekerja seperti biasa.

Tak disangka, begitu Amel berjalan menuju gerbang lingkungan tempat tinggalnya, dia melihat sesosok pria tampan bersandar di depan sebuah mobil berwarna hitam. Pria itu meliriknya dan tersenyum padanya.

Tampan, pria itu tampan sekali!

Saat Amel hendak berjalan melewati pria itu, dia tiba-tiba mendengar kata-kata yang mengejutkan, "Sayang, kamu nggak mengenaliku?"

Suara ini sangat tidak asing. Orang ini .... Oh, orang ini adalah suaminya!

Amel tiba-tiba tersadar. Dia menatap Dimas dengan heran, lalu bertanya setelah beberapa saat, "Di mana kacamatamu?"

Ketika Dimas mengenakan kacamata berbingkai hitam sebelumnya, Amel berpikir bahwa Dimas adalah pria tampan dengan karisma pelajar. Namun, sekarang dia menyadari bahwa kacamata itu sudah menutupi penampilan Dimas yang sesungguhnya.

"Apa kamu suka aku memakai kacamata?" tanya Dimas.

Setelah melepaskan kacamatanya, tatapan Dimas tampak sangat tajam. Amel buru-buru memalingkan matanya, melihat ke arah lain, sebelum akhirnya bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"

"Aku menjemputmu pulang."

Pulang?

Amel merasa bingung. Rumahnya ada di belakangnya!

Detik berikutnya, Amel akhirnya menyadarinya. Dia menggerakkan kakinya karena malu. Dia tahu dirinya sudah menikah, tapi dia belum siap untuk tinggal bersama.

"Rumah apa?" tanya Amel.

"Aku sudah menyiapkannya dalam semalam. Karena kita sudah menikah, tentu saja kita harus tinggal bersama."

Wajah Amel memerah saat dia mendengar ini. Kemudian, dia melihat pria itu melambai sambil berkata, "Masuklah ke mobil!"

"Ya ...." Amel ragu-ragu untuk sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

Karena dia sudah memutuskan untuk mencoba, maka dia tidak boleh takut.

Di dalam mobil, Amel memperhatikan keseluruhan mobil. Dia merasa mobil ini sangat nyaman. Dia tidak bisa tidak menebak-nebak dari mana Dimas mendapatkan mobil ini dalam waktu yang begitu singkat. Pria ini pasti sudah berusaha keras.

Hanya dalam beberapa menit, Dimas memarkirkan mobilnya di depan sebuah vila.

...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status