Haloo GoodReaders teman setia Elara dan Arion. Author minta maaf apabila ada komen-komen dari kalian yang tidak terjawab oleh Author, karena belum ada sistem notifikasi dari GN ke Author apabila ada komen masuk. Apapun itu... Thanks atas semua support dan GEMS-nya ya.. Kalian yang bikin Author tetap semangat menulis! Sampai ketemu besok, and... enjoy!! ^,^
“Itu benar Nona Goldwin,” gumam Elara lagi. Manik zamrud-nya mengarah lurus pada perempuan berambut lurus dan panjang dengan kilau keemasan yang menawan.Nona kaya itu terlihat sangat cantik dan terawat sempurna, meski ada kesan rapuh dan sedih dalam raut wajahnya.Gerakannya anggun dan elegan, seiring terlihat lemah sehingga membuat siapapun yang melihatnya, ingin langsung melindungi dengan sepenuh hati.Elara hendak memutus pandangan, namun siapa sangka, Isabelle Goldwin justru menoleh ke arah Elara dan terlihat tertegun beberapa saat.“Ada apa?” Lucas yang baru kembali ke meja, bertanya saat melihat ekspresi wajah Isabelle.“Gadis itu..”“Gadis apa?” Lucas menoleh, mengikuti arah pandang Isabelle dan mendapati wajah cantik Elara di meja seberang mereka.“Dia memang sangat cantik,” Lucas menatap dengan kalimat dan juga pandangan memuji. “Kau kenal?”“Gadis itu yang bersama Arion.”Kepala Lucas memutar cepat --kembali ke Isabelle. “Maksudmu-- Gadis itu yang makan malam dengan Arion? Y
“Tuan sudah akan pulang?” Garvin mengambil map berisi dokumen yang baru saja diserahkan Arion padanya.Itu selesai diperiksa. Garvin sungguh merasa lega.Namun rasa lega itu harus lenyap secepatnya, begitu melihat sang Bos berdiri dari kursi kebesarannya sambil mengancingkan jas.Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan, namun Arion sudah mau pergi lagi.“Ya.” Arion menadahkan tangan ke arah Garvin, seperti biasa --meminta kunci mobil asisten pribadinya itu.Dengan menarik napas diam-diam, Garvin menyerahkan kunci mobil miliknya.Dengan langkah lebar --tidak terlihat tergesa, namun dalam phase cepat, Arion keluar dari ruang CEO Triton Land Inc tersebut.Satu senyuman samar terlihat di wajah pria tampan itu, saat dia melirik angka di arloji yang melingkari tangan kanannya.Itu hanya sampai sore. Ya, karena sebelum petang Arion harus sudah berada di rumah. Sebagai ‘seorang supir’ atau ‘buruh’, atau kadang ‘pengangguran’, ia tidak bisa berada lama-lama di luar.Ia tidaklah ‘sesibuk’
Keterkejutan Isabelle bahwa Elara tidak tahu apa-apa soal siapa sesungguhnya Arion, membuat perempuan itu tertegun.Namun itu hanya sekejap, karena sepersekian detik selanjutnya, ia tersenyum puas dalam hati.‘Jika dia tidak tahu, maka dia tidak perlu tahu. Ia tidak akan mau menjauhi Arion jika tahu Arion adalah pewaris paling kaya dan berkuasa di negara bagian ini!’Isabelle berdeham kecil. “Ya, kau benar Nona Willow. Itu sama sekali bukan hal hina. Dan aku tidak pernah merendahkan siapapun atau bermaksud demikian.”Isabelle mengulurkan tangan dan memegangi tangan Elara dengan tatapan memohon. “Jadi, tolong maafkan temanku, hm? Ia terlalu emosional dan memang sembrono. Ia terlalu… tidak terbiasa dengan kesenjangan sosial..”Elara mengembus napas. “Tidak apa-apa, Nona Goldwin. Aku tidak memikirkan itu.”Gadis bermanik zamrud itu ikut berdeham dan berkata lagi, “Jika tidak ada hal lain, aku permisi dulu. Aku memiliki urusan lain.”“Oh, baik. Maafkan aku,” Isabelle melepas pegangan tanga
Di luar gedung apartemen di Crescent Ave.“Apa Bos akan menyukainya?”“Bukan Bos yang harus di khawatirkan. Tapi Nona. Kalau Nona tidak menyukainya, Bos tidak akan menyukainya.” Seorang lelaki bertubuh tegap dan tattoo di punggung tangan kirinya membuang rokok yang baru saja diisap.“Dan jika Bos tidak suka…” Ia menggantung kalimat.Rekan di sebelahnya langsung bergidik ngeri. “Kenapa tugas kita menjadi aneh seperti ini.”Mereka cukup resah mendapatkan tugas aneh dari Bos mereka. Urusan melukai, menculik, menghajar sampai membunuh, mereka sudah biasa dan tidak memiliki rasa takut sama sekali.Namun tugas kali ini, membuat mereka diliputi kekhawatiran.“Kita masih beruntung bisa mendapat petunjuk dari sini,” Ia menunjukkan ponselnya dengan layar pencarian yang menunjukkan beberapa judul artikel ‘Kejutan Romantis’ atau judul semacam ‘Bagaimana Membuat Pasangan Anda Terharu’ dan sejenisnya.“Yeah,” tanggap si lelaki ber-tattoo.Beberapa saat lalu, mereka memang mendapat tugas dari Arion
“Tu-tunggu-- Ah!” Lagi, Elara mendesah spontan saat Arion bergerak dengan lebih agresif dan membuat Elara nyaris kehilangan keseimbangan.Lututnya sudah terasa seperti jeli. Kedua tungkai kakinya pun mendadak kehilangan kekuatan.Tubuh Elara merosot, namun kedua lengan kokoh Arion menahan tubuh gadis itu.Arion melepas cumbuannya di leher Elara dan membungkuk.Dengan sekali entakan, tubuh gadis itu berada dalam gendongannya.“A--rion…” Napas Elara tersendat.Ia bisa merasakan gerah menyerbu setiap lipatan tubuhnya dan rasa hangat yang asing menjalari setiap persendiannya.Ia ingin memberontak, melawan, menahan, memprotes --apapun itu, untuk menghentikan Arion dari membuatnya mabuk.Ia harus tetap dalam keadaan sadar.Mereka belum bicara. Dia belum menginterogasi pria ini.Bagaimana…Bagaimana bisa Elara justru pasrah dan membiarkannya begitu saja?Ia harus melawan ‘arus hangat cenderung panas’ yang menyesatkan ini!“He-hentikan Mi-mister Arion…”Itu dimaksudkan menjadi kalimat peringat
Pintu besar berlapis baja itu, terbuka.Arion masuk ke dalamnya diikuti empat orang berwajah sangar dengan senjata di tangan mereka.Sumber pencahayaan dalam ruangan hanya berasal dari enam lampu temaram --lampu pijar yang sebenarnya sudah dilarang di seluruh Amerika, yang di pasang di enam titik dinding ruangan itu.Terdapat lima orang berpakaian gelap dengan masing-masing senjata di tangannya --serta Max yang langsung mengangguk memberi salam hormat pada Arion.Pria berwajah tampan namun dingin itu mematrikan tatapan ke arah seseorang yang duduk terikat oleh lakban yang mengelilingi tubuh dan tangan ke belakang. Begitu pula dengan kaki dan tak luput, mulutnya pun tertutup lakban.Langkah kaki Arion terhenti di depan seseorang tersebut tanpa melepas tatapannya yang berkilat tajam.Max yang sejak tadi sudah ada di dalam ruangan, segera melangkah --mendekat pada sosok yang terikat di kursi, dan langsung membuka lakban yang menutupi mulutnya dengan kasar.“Shit! Fuck you all! Mengapa kal
Elara mengesah dan mengembus napas --entah ke berapa kalinya.Kepalanya juga sudah mendongak dan melirik jam duduk serta susunan angka yang ada dalam layar ponselnya.Sama. Mereka menunjukkan angka yang sama. Jam 00:57 am.Sudah lewat tengah malam, namun belum ada kabar ataupun tanda-tanda Arion akan segera pulang.“Apa yang kulakukan?” Elara menggigit bibir bawahnya. “Apakah aku menunggu pria itu?”“Ya! Aku menunggunya! Ah, payah kau Elara Willow!” Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya di atas sofa.“Tidak, aku normal kan? Yang kutunggu adalah suamiku sendiri. Itu pantas,” gumam Elara sambil menyugar rambut sisi kanan.Sesaat ia memandangi lantai ruang tengah yang masih dipenuhi kuntum mawar merah. Ia telah mematikan semua nyala lilin --khawatir terjadi hal yang membahayakan unit apartemen ini dan juga dirinya.Di luar kekhawatiran tersebut, Elara dapat melihat ‘hal manis’ dalam diri Arion, pria dingin yang tanpa aturan itu.Ia dilanda dilema.Sebelum menginjakkan kaki ke dalam un
“Itu masalahku, Lenora. Kupikir kau tidak perlu mencampurinya,” Arion menjawab setelah ia terdiam sepersekian detik.‘Tapi Arion, ini sudah terlalu lama.’ Suara di seberang sana tidak berputus asa. ‘Aku terpikir untuk mengundang mereka makan malam. Kapan kau bisa datang?’Arion mengeratkan pegangannya pada ponsel. “Aku sibuk.”‘Aku tahu kau sibuk, Arion. Tapi setidaknya luangkan waktu untuk pertemuan dua keluarga. Ini bukan masalah keluarga Goldwin saja, tapi keluarga kita juga akan terlihat buruk di hadapan publik.’“Lenora, aku--”‘Lakukanlah setidaknya satu kali saja. Kita makan malam dengan keluarga Goldwin. Mereka akan melihat bahwa kita masih memiliki rasa tanggung jawab.’ Lenora langsung memutus apapun penolakan Arion dan membuat pria itu merasa bersalah jika menolaknya.‘Setelah makan malam itu, kau boleh sibuk lagi. Oke?’ bujuk Lenora.