Share

Jendela Kamar Rindu

“Allahuakbar, Allahuma Shalli Ala Muhammad, sudah pagi lagi ya?” mataku kembali terbuka menatap ke arah Rindu yang masih saja tertidur. Sejenak aku palingkan pandangan ke arah jendela ternyata sudah terang.

“Loh kok jendelanya sudah terbuka ya? Apa mungkin Ayah mertua atau Ibu Mertua tadi ke mari membukanya. Tapi mana bisa bukankah tadi setelah subuh aku menguncinya kembali. Lalu siapa yang membuka jendela sepagi ini?” aku mulai membuat spekulasi-spekulasi dalam otakku tentang siapa yang membuka jendela.

Aku masih merebah di samping Rindu yang masih saja terlelap. Seperti biasanya aku sibakkan rambut yang tergerai beberapa helai di keningnya. Lalu dengan lembut aku mengecup keningnya secara perlahan.

“Mungkinkah Rindu terbangun lalu membuka jendela. Tapi mana mungkin Rindu bisa melakukan hal itu. Makan, minum, mandi, buang air, bahkan mengganti bajunya saja aku yang membantunya. Apa ia Rindu yang membukanya? Aku rasa bukan,” aku terus berpikir keras tentang segala kemungkinan terbuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status