Setelah pencarian panjangku dan melupakan sejenak keterkejutanku mengenai kehadiran Michael di tempat ini, akhirnya aku menemukan orang yang kucari. Kulihat wanita targetku itu tengah bercengkrama dengan Chris dengan akrabnya di tengah para tamu lainnya.Chris benar-benar sangat lihai sekali mendekatinya sehingga aku bisa melihat bahwa wanita itu tampak seperti menyukai pria bajingan itu. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia tergoda oleh apapun yang sedang Chris usahakan di saja sehingga bisa dikatakan bahwa wanita itu sudah berada dalam jeratan pria itu."Andai saja dia tahu Chris seorang playboy, Aku yakin dia akan jijik padanya!" pikirku sembari memandang ke arah mereka berdua yang sedang tampak asyik berbicara.Tak lama kemudian, tampak pria bajingan itu merangkul pinggang wanita itu, dan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Melihat gerak-gerik positif itu, tanpa menunggu lagi, aku langsung mengikuti kedua orang itu dari jarak yang aman agar tak ada yang menyadari bahwa aku tengah men
POV Wendy.Kini aku sudah berada di parkiran di depan mobil Chris. Setelah Chris menyuruhku untuk menunggunya di sini, dengan segera aku melaksanakan apa yang diperintahkannya."Aku tidak menyangka pria itu juga sampai mendatangi si tante girang itu ..." gumamku yang sedikit merasa kesal karena dengan begini, rencana eksekusi itu gagal."Apakah ... Apakah dia mencurigaiku? Apakah dia mengetahui siapa Aku dari Reynold?" sambungku yang mulai khawatir dengan identitasku yang bisa saja terbongkar, mengingat Reynold pernah melihat wajahku malam itu.Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan kasar untuk menjernihkan pikiranku. "Tidak, tidak, jika memang dia tahu siapa Aku, seharusnya dia melakukan sesuatu padaku tadi. Tetapi semua yang ia lakukan tadi hanyalah mengoceh saja ... Keh! Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya!" lanjutku.Di tengah kalutnya pikiranku, tiba-tiba saja terlintas dalam ingatanku mengenai ucapan terakhir Michael sebelum aku pergi menjauh darinya. "... 'Ak
Setelah jam perkuliahan terakhir, seperti dengan rencana kelompok Wendy, semua anggota kelompok tidak langsung pulang karena sebelum itu mereka harus mengerjakan tugas kelompok mereka maksimal sampai tugas mereka mencapai target, atau paling lama sampai hari mulai gelap.Wendy yang masih mengantuk itu, mau tidak mau harus ikut mengikuti arus meski sangat ingin sekali rebahan di tempat tidurnya yang sangat nyaman itu."Hoam ..." Wanita itu menguap dengan kuat tanpa beranjak dari tempat duduknya sedari tadi."Well, Aku mau pulang! Dadah, selamat lembur, Aku mau menikmati istirahatku!" ucap Viona yang terdengar seperti tengah memanas-manasi Wendy dengan perkataannya."Eeerrrgghhh! Diam! Jangan membuatku iri!" timpal Wendy dengan kesal karena menganggap gadis itu tertawa di atas penderitaannya.PUKPUKPUKViona menepuk pundak Wendy berkali-kali seraya berbisik. "Semoga sukses! Natural saja! Tenang saja Aku sudah mempersiapkan segalanya!" Wendy menoleh padanya dan mengangguk padanya deng
Mengetahui pintu ruang belajar itu terkunci, Wendy langsung terpikir bahwa itu adalah perbuatan Viona. Ia akhirnya merasa lega karena akhirnya gadis itu akhirnya melakukan sesuatu dan itu artinya sekarang ia mempunyai kesempatan untuk semakin dekat dengan Reynold."Rey, apakah-"Ting!Ketika ia hendak berkata, tiba-tiba terdengar suara dering pesan masuk menggema dari ponselnya yang ternyata dari Viona."Bella, maafkan Aku. Aku benar-benar tidak bisa melakukan apa pun hari ini, mendadak orang tuaku menyuruhku untuk pulang." Begitulah isi pesan dari Viona, dan itu sungguh membuat Wendy akhirnya bingung dengan terkuncinya ia dan Reynold di ruangan fasilitas belajar yang berada di paling ujung belakang perpustakaan. Ruangan yang memang dibuat terisolir karena memang dirancang sebagai tempat belajar, agar orang yang menggunakan ruangan itu bisa belajar dengan fokus tanpa gangguan apa pun."Ja ... Jadi ... Itu artinya Kami sungguhan terkurung di sini?" pikir Wendy dengan gugup sembari mema
POV Wendy.Pemuda yang bernama Robert ini akhirnya berhasil membawaku ke fasilitas kesehatan kampus yang memang buka 24 jam. Selama dalam perjalan ia menggendongku dengan tampang yang penuh dengan kepanikan, sangat berbeda jauh dengan Reynold yang mengikuti di belakang kami sembari membawakan barang-barangku. Pemuda itu malah tampak tenang meski sebelum Robert datang ia terlihat sedikit panik melihat lengan bajuku yang tiba-tiba berdarah ini."Meski sebentar, melihatnya panik tadi, entah mengapa Aku merasa senang ... " pikirku yang kubisa rasakan sendiri bahwa dengan sendirinya bibirku tersenyum mengingat hal itu."Bella, Kita sudah sampai!" ucap Robert. Aku yang terlalu tenggelam dalam pikiranku baru menyadari kini kami sudah sampai di fasilitas kesehatan kampus."Rob, sebenarnya Aku bisa berjalan, tolong turunkan Aku!" pintaku pada pemuda itu.Tanpa diduga pemuda itu akhirnya mendengarku dan ia pun melakukan apa yang kupinta."Terima kasih," ujarku setelah Robert benar-benar turun d
Sementara itu di sisi Reynold dan Robert yang tengah menunggu Wendy kembali dari toilet.Mereka tampak menunggu dengan sabar karena mereka tak tahu bahwa sebenarnya Wendy sudah pergi diam-diam ke rumahnya. Suasana begitu hening, tak ada yang bersuara di antara mereka. Memang Reynold sangat terbiasa dengan keheningan seperti itu, tetapi lain halnya dengan Robert. Ia malah akan sangat tersiksa jika berada dalam keadaan yang sunyi seperti ini."Benar seperti yang dirumorkan, orang yang bernama Reynold ini benar-benar pendiam dan datar sekali!" komentar Robert dalam hati."Hm, selain itu, dia juga benar-benar tampan sekali! Bahkan Aku sebagai seorang pria juga mengakui wajah rupawannya itu ... Pantas saja para gadis selalu mengelu-elukannya dan selalu mendambakan bisa dekat dengannya ..." sambungnya dengan pandangannya yang sesekali melirik pada Reynold yang tampak tidak memedulikan kehadiran pemuda itu.Kalau begitu, Aku harus berhati-hati, jangan sampai Bella juga tertarik padanya!" tam
"Rey, Kau baru pulang?" tanya Michael sesaat setelah Reynold masuk ke dalam rumah.Reynold terdiam sejenak ketika melihat ternyata ayahnya tidak seorang diri di rumah. Tampak dalam pandangannya seorang wanita yang sedang tersenyum padanya."Ya, Aku baru selesai kerja kelompok," timpal Reynold yang langsung beranjak pergi ke kamarnya, tak memedulikan wanita yang sedang bersama ayahnya itu.Namun, sebelum ia masuk, ia menoleh sejenak ke belakang seraya berpikir, "Siapa lagi wanita itu? Akhir-akhir ini ayah sering sekali membawa wanita ke rumah ya ... Aneh sekali.""Jujur, Aku sangat penasaran dengan kasus yang sedang ditangani ayah," sambungnya sembari membuka pintu kamarnya.Setelah masuk ke dalam kamarnya, ia yang sudah lelah itu, langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya dan memejamkan kedua matanya sejenak untuk menenangkan pikirannya."Hah~ melelahkan sekali," gumam pemuda rupawan itu dengan mata yang masih terpejam.Ia kemudian perlahan membuka kedua matanya dan memandangi
Keesokan harinya.POV Wendy.Setelah istirahat yang cukup semalam, aku pun terbangun dengan keadaan sangat segar. Obat dari dokter itu benar-benar berhasil membuatku beristirahat dengan baik. Pulang dari kampus, ke rumah sakit, meminum obat, beristirahat dengan benar karena aku sakit, entah mengapa kemarin itu aku benar-benar seperti gadis normal pada umumnya yang menjalani hari tanpa sesuatu yang berdarah-darah dan berlarian ke sana-ke mari menghindari serangan-serangan musuh. Apa lagi selama seharian kemarin Chris benar-benar tidak menghubungiku, hal itu benar-benar membuatku amat sangat lega sekali."Hah~ Entah mengapa Aku berharap hari ini akan setenang hari kemarin ..." gumamku dengan penuh harap.PUK!Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dengan lembut."Hai, Bella!" ucap Viona, si orang yang menepuk pundakku itu. Hari ini dia tampak riang sekali dan wajahnya tampak bersinar karena ia terus memasang senyum yang sangat jarang sekali ia tunjukkan pada siapapun.Ia langsung duduk m