Petruk menelepon Antareja sebagai jaminan bahwa Bima tak kabur.
“Kami akan segera pulang, Nyonya “ lapornya. “Pastikan bahwa kalian baik – baik saja “ pesan Antareja. Pertruk segera mematikan telepon dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Mendengar, laporan dari Petruk membuat Antareja merasa lega bahwa pria yang dicintainya tidak memutuskan untuk kabur. Antareja mulai tersenyum memikirkan tanggal berapa ia melamar Bima. Apakah harus di hotel ? Pantai atau dimana ? Rasanya ia semakin tak sabar. Bima hanya dimiliki olehnya. Melihat Antareja yang tersenyum – senyum membuat semua staf terdiam, tak menyangka bahwa bos mereka bisa tertingkah seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Mereka penasaran dengan siapa Antareja jatuh cinta, apakah ia tampan ? Mudah – mudahan pria itu akan mempermudah tugas mereka, seperti mantan pacar Antareja yang bernama Arjuna. Mobil yang dikendarai Petruk sudah berada di depan kediaman Antareja. Petruk kemudian turun dan mengajak Bima untuk masuk. Bima mengikuti setiap langkah Petruk, menyusuri setiap sudut dari kediaman Antareja, matanya melihat banyaknya koleksi lukisan ‘ aneh ‘ yang terpanjang di setiap dinding rumah. Matanya Bima melihat ke arah taman, yang terdapat dua orang pria sedang duduk melihat pemandangan. Ia bertanya – tanya siapa mereka, apakah saudara Antareja ? Atau Pamannya ? mereka terlihat cukup awet muda, meski uban – uban putih mulai mewarnai rambut mereka. Petruk melihat ke arah Bima yang sedang melihat Ayah Antareja dan Asisten tersayangnya. Puna adalah seseorang yang cukup berjasa dalam mengembalikan kegemilangan dari keluarga ini pasca pengkhianatan lima belas tahun lalu yang menewasnya seluruh anggota keluarga. “Apakah mereka paman Antareja ? “ tanya Bima kepada Petruk. Yang dibalas dengan sebuah kekehkan kecil, “ Tidak, itu adalah Tuan Bima Sena dan Asisten Pribadinya, Puna “ Bima melongo, “ Aku minta maaf, aku kira itu mereka adalah pamannya, tolong jangan adukan itu pada mereka “ Petruk hanya tertawa kecil, “ Tentu tidak “ Matanya kemudian menatap Bima, terhanyut pada indahnya iris yang dimiliki oleh Bima. “ Hati – hati dengan apa yang kau lihat dan dengar, dunia yang dimiliki oleh nyonya Antareja bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. “ Bima hanya terdiam mendengar wejangan itu, “ Aku tahu, terima kasih. Petruk “ Hari itu seorang ksatria pulang membawa hadiahnya, seorang kekasih yang akan dinikahinya. Petruk mengantarkan Bima untuk melihat kamarnya, Nyonya Antareja menyuruhnya untuk memberikan kamar tamu yang tak jauh dari kamarnya nyonya Antareja. Entah apa maksudnya apakah Nyonya ingin mulai mendekati Bima perlahan – lahan ? Antasena melihat seorang pria yang datang sebari ditemani oleh Petruk siapa dia ? kekasih kakaknya ? beberapa pertanyaan mulai menghantui benaknya, ia harus memastikan bahwa pria itu tidak menyakiti kakaknya. Pikirannya mulai menyusun beberapa rencananya untuk mencari tahu siapa dia. Bima memasuki ruangannya, memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan Antareja disini – sisinya. Wanita itu mungkin akan terus mengawasinya terus dan tak akan membiarkan jauh dari radarnya. Ini adalah sesuatu hal yang sama sekali ia tak sangka. Ia berharap bahwa ia mampu mempertahankan rajanya dalam posisi aman, jika ia gagal maka semua rahasianya akan terbongkar. Bima menghela napas, ia harus melakukan sesuatu. Puna memasuki kamar Tuan Bima Sena sembari membawa beberapa buku yang telah dipesan oleh Tuanya. Ia melihat Tuanya sedang asyik melihat pemandangan taman dari balkon kamar. “Siapa pria yang dibawa oleh Petruk ? “ “Itu hanya seorang bodyguard baru, Tuan “ “Bodyguard ? mengapa ia dibawa ke paviliun utama jika dia hanya seorang Bodyguard. “ Puna memekik dalam hati, ‘Bajingan !' mengapa informasi ini tak ia ketahui Antareja tidak membahas akan membawa seorang pria. Ia harus mengeles untuk menghindari masalah baru. ‘ “Saya belum mendapatkan informasi siapa dia, mungkin salah satu teman dari Nona Antareja “ Bima Antasena terdiam, “ Anda belum mendapatkan informasi siapa dia, kau lupa dengan perjanjian kita ? “ Puna mengelak, “Tidak, Nona Antareja akan curigai terhadap apa yang saya lakukan , saya takut nona akan menutup informasi dari saya. “ Bima Antasena terkekeh, “Betapa miripnya ia dengan wanita itu. Aku memiliki firasat aneh tentangnya seakan – akan kejatuhan akan menghinggapi kita. “ “Saya yakin, itu tak akan terjadi Tuan, saya akan mencari tahu tentang siapa dia ‘’ “Bagus, waspadai siapa pun yang mencurigakan terutama Antejareja “ Mendengar itu Puna mengangguk dan meletakan buku – buku itu pada meja yang berada di dalam kamar. Ia mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan informasi siapa pria tersebut, melalui Petruk itu hanya omong kosong pria itu akan susah untuk diajak kerja sama. Puna memasuki ruangan CCTV memperhatikan seperti apa rupa pria itu, dan mencoba untuk mencarinya di sebuah komputer yang berisi identitas. Tetapi, setelah lama dia mencari yang ditemukannya hanya sebuah laman i*******m lama, Puna mengklik laman i*******m itu dan muncul beberapa foto - foto muda dari pria tersebut. Well, sejujurnya pria itu cukup tampan sepertinya seorang pria yang bernama Bima ini memiliki darah keturunan Latin di dalam dirinya. Sebab, ketampanan yang dimiliki Bima sangat eksotis, cocok dengan namanya, gagah. Setelah mengumpulkan beberapa informasi tentang Bima, Puna kembali ke Bima Sena dan menjelaskan tentang identitas siapa pria itu. Puna mengetuk pintu, dan terdengar suara dari dalam ruangan, "Masuk " Mendengar perintah itu, Puna langsung masuk tetapi alahkah terkejut Puna melihat bahwa Bima Sena baru keluar dari kamar mandi, masih menggunakan handuk yang diselampirkan pada pinggangnya. "Aku minta maaf, jika menganggu " kata Puna sedikit menyesal. Bima Antasena tertawa, " Menyesal ?, tumben ini bukan seperti dirimu biasa Puna. " Puna hanya terdiam, ia cukup malu. "Jangan khawatir, tolong bantu aku memakai pakaian dan jelaskan apa yang kamu temukan tentang pria itu. " "Tentu " Bima terdiam di kamarnya, matanya melihat - lihat bagaimana tampilan dari ruangan kamar yang diberikan padanya. Antareja sangat kaya, sepertinya bahkan mungkin seberapa bekerja kerasnya dia, ia tak akan bisa mencapai sekaya ini. Meski, kalau dibandingkan kayanya kekayaan bapaknya sama Antareja berada di tingkat yang sama. Hanya, entahlah dia malas membahas pria tua itu. Ngomong - ngomong bagaimana kabar adiknya ? Apakah dia makan dengan benar? Bima merasa sedih mengingat adiknya yang akan masuk kuliah tahun ini. Apakah dia masih sempat melihatnya ? Entahlah. Bima merindukan hidupnya yang lama, apakah dia akan baik - baik saja berada disini. Kebaikan Antareja membuatnya jijik. Ia terasa seperti seorang gigilo daripada seorang bodyguard. Ah! Bima berteriak mengeluarkan emosinya. Tuhan, mengapa hidupnya seperti ini, ia benar benar harus memikirkan sesuatu rencana yang akan membebaskannya dari Antareja dan untuk mengembalikan hidupnya seperti dahulu. Beruntungnya, disetiap ruangan yang berada di paviliun utama di berikan rute. Dan dengan sepenuh tekat Ia berencana untuk kabur.Bima membaca rute denah pavilion utama dengan benar, memastikan bahwa Ia harus mulai mempersiapkan rencananya dengan nyata dan realistis. Karena, jika rencana kaburnya gagal maka dapat dipastikan ia akan disiksa dengan kejam oleh Antareja. Perempuan itu tak akan membiarkan pergi semudah itu, ketakutan Bima adalah apakah dia akan menjadi sangat gila jika Bima menghilang. Ketika Bima sedang termenung dan berpikir, seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuatnya terkejut. "Siapa ? " tanya Bima dari dalam kamar. " Apakah kau mendadak lupa dengan saudara bosmu, Bima ? " Mendengar pertanyaan itu, Bima langsung membuka pintu dan menyambut Antasena yang sudah berada di depan pintu sambil cemberut. "Tentu tidak, Tuan. apakah ada sesuatu yang bisa ku bantu ? " tanya Bima pada Antasena. "Tidak, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau hanya pria yang beruntung, jadi jangan merasa aji mumpung dengan keadaanmu sekarang, apalagi kau berharap bisa mendekati kakakku. Aku tidak akan membiarkan
Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya. Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja. Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini. Bisa habis dirinya. Petruk ke
Katnia menghampiri ayahnya yang saat itu sedang berada di ruangannya. Matanya melihat bagaimana ruangan kerja ayahnya ini tidak banyak berubah sejak ia sedang kecil. "Selamat sore, Ayah " sapa Kania pada Ayahnya yang masih memeriksa berkas rumah sakit. Mendengar sapaan putrinya itu, Dr Karya mendongkak melihat kearah Kathia. " Selamat sore, Kathia sayang. Sudah makan? " Tanya sang ayah. Mendengar pertanyaan itu Kathia langsung menjawab dengan singkat, "Belum. " Pikirkannya masih dipenuhi oleh kepergian Bima yang entah kemana. Dr Karya kemudian menawarkan Kathia untuk makan bersama dengannya di Kedai mie Mpok Tarmi yang tak berada jauh dari Rumah Sakit. Kathia tersenyum, ayahnya sangat perhatian tahu bahwa ia sangat kelaparan. Melihat, Kathia yang menyetujui ajakannya, Dr. Karya hanya tersenyum, Putrinya telah kembali. Kepergian Bima tak menjadi masalah lagi bagi putrinya. Meski, sejujurnya kepergian Bima masih menjadi kesedihan bagi Kathia. Antareja kembali ke rumah dan dikejut
Yudistira membawa Bima ke taman Rumah Sakit, ia mengantarkan dengan hati - hati, Dani melihat itu dengan raut muka yang aneh. Dia sama sekali tak terbiasa melihat perilaku Yudistira yang seperti ini. Ini aneh. Sepanjang perjalanan, Yudistira mengajak Bima untuk berbicara terutama tentang Antareja dan mengapa ia bisa menjadi salah satu dari bodyguard wanita itu. "Kau tahu, melihatmu seperti membuatku bertanya - tanya apa hebatnya dirimu? " tanya Yudistira sambil menempatkan Bima di sisi pohon. Mendengar pertanyaan Bima memutarkan mata, "Saya sendiri saja tak tahu mengapa dia memilih saya ? Mungkin dia membutuhkan hiburan? " Yudistira tertawa, "Hiburan? Antareja mungkin tipikal wanita yang aneh, dia seperti tante - tante girang. Berapa usiamu? " Bima menggeleng kepala, " Aku masih dua puluh tiga tahun, komentarmu membuat Antareja terlihat seperti cukup buruk " "Wanita ittu memang iblis " Yudistira memandang wajah Bima, memang benar pria ini terlihat menawan untuk hanya sekeda
Antareja, siapa yang tak pernah mendengar nama tersebut. Seorang politikus muda yang baru menjadi primadona baru bagi masyarakat sikapnya yang tegas, pintar, beridealis, dan cantik menjadikannya sebagai kriteria menantu idaman. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa Antareja tidak seperti yang semua orang bilang, wanita itu iblis yang tak pernah memberikan Bima waktu beristirahat sedikit pun. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa wanita itu adalah malaikat maka Bima tak segan - segan untuk merobek mulutnya. Namaku Bima, seorang petarung dunia malam. Pertemuan kami bermula ketika ia menghadiri ring pertunjukanku, dan membeliku dengan harga yang tinggi. Ia saat itu sedang mencari serdadu yang akan membantunya membasmi hama, dan bodohnya aku mau menerima pekerjaan tersebut. Wanita itu merupakan cucu dari seorang mafia. Aku berhutang banyak pada keluarganya, aku tidak bisa membayarnya karena suatu masalah, sebagai bayaranya aku harus berkerja pada keluarganya dan tentunya ia mengancam a
Antareja keluar dari kantor Kementerian dan menaiki mobilnya selama perjalanan pulang menuju rumahnya, Antareja termenung atas apa yang dilakukan oleh para Dewan tadi, rasanya ia tak ingin terlebih dahulu membahas mengenai beberapa masalah di club malam yang dikelola oleh keluarganya. "Antarkan aku ke jalan Cendrawasih, ada yang ingin aku lakukan " pinta Antareja kepada Semar, ia masih harus mengurus beberapa masalah kecil di club malam dan kasino yang sempat menimbulkan perdebatan. Antareja melepasan pakaian kerjanya di dalam mobil mengantinya dengan jas merah yang biasa ia gunakan serta menganti riasannya dengan menambahkan lipstik merah diatas bibirnya. Mobil berhenti di tempat yang di tuju, Bima setia selalu mengekori Antareja memastikannya tetap aman. Mereka berjalan memasuki kasino dan langsung di sapa dengan beberapa bodyguard yang menjaga, Antareja memasng wajah tegas begitu memasuki ruangan pertemuan para Mafia, masalah pengkianatan membuat banyak orang enggan bekerja