Share

BIMA GANESHA

Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya.

Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.

Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja.

Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini.

Bisa habis dirinya.

Petruk kembali melihat peta paviliun yang ada disini Ia mencoba memikirkan kemana perginya Bima. Ia harus menemukannya segera, tetapi perhatiannya tertuju pada suatu noda yang berada di keranjang pakaian kotor, warna seperti darah.

Apakah ada sesuatu yang terjadi disini ?

Petruk kemudian pergi dan menanyakan pada ayahnya, Semar yang bertanggung jawab atas keamanan CCTV di paviliun utama. Petruk dan berjalan dengan tergesa-gesa, hingga tak sengaja menabrak Bima Sena yang sedang minum teh panas.

Teh panas itu pun terjatuh dan mengenai dada Bima Sena, suara rintisan terdengar, membuat Petruk jauh lebih ketakutan.

Ia benar - benar habis kali ini.

Puna menghampiri Bima Sena dan melihat bahwa Petruk telah melukai Tuan besar itu. Ia pun langsung membawa Bima Sena pergi dan mengatakan pada penjaga yang lain untuk menghabisi Bima.

Mendengar itu, Petruk hanya terdiam dan pukulan mulai mengenainya

Yudistira menelepon asistennya yang bernama Dani untuk membawa mereka semua ke rumah sakit, Ia memeriksa tenggorokan orang yang terluka itu, lukanya tak begitu dalam, tapi dia seperti tidak langsung di obati maka ia takut bahwa pria itu tak akan selamat.

Dani tak lama datang menghampiri Yudistira yang sedang mengecek keadaan Bima dan langsung mengangkat Bima ke mobil. Mereka pun pergi meninggalkan paviliun utama.

Begitu sampai di gerbang depan, seseorang penjaga yang sedang menjaga gerbang menanyakan kemana perginya Yudistira, "Mau kemana pak ? "

Yudistira hanya tersenyum, "Mampir keluar sebenar "

Penjaga itu mengangguk dan kemudian gerbang di buka. Mobil langsung keluar dan berangkat menuju Rumah sakit.

Dani menatap Yudistira dari kaca dasbord mobil, " Saya tak mengira bahwa bapak cukup jago dalam berbohong "

Yudistira terkekeh, "Manusia dimuka bumi ini pernah berbohong Dani, tak hanya saya saja. "

''Tentu "

"Bagaimana bisa Anda menemukan pria yang terluka itu, Tuan ? "

"Aku menemukannya di taman ketika aku sedang memeriksa tentang tanaman Anggrekku di paviliun utama, awalnya kecurigaan ku bermula dari adanya bercak darah di kelopak anggrekku dan aku kemudian mencari dari mana mereka berasal dan kemudian ya ada dia " jelas Yudistira yang sedang memangku kepala Bima.

"Jadi, begitu - " Dani menghela nafas dan mencoba untuk tenang.

"Apakah tuan tahu siapa nama pria itu ? "

Yudistira nyengir kikuk, " Tentu tidak, aku tidak mengetahui siapa pria itu "

Dani hanya menghela nafas, terkadang tuannya agak aneh. Dia lebih menyelamatkan orang yang tak diketahuinya.

Tuan Yudistira terlalu baik untuk bisa menjadi seorang mafia.

Mobil berhenti di depan rumah sakit, Yudistira menunggu di ruangan tunggu ditemani oleh Dani. Setelah sekitar tiga jam menunggu, dokter akhirnya keluar dan kondisi Bima mulai stabil hanya saja ia harus melakukan rawat inap selama beberapa hari, memastikan agar keadaan Bima tetap stabil.

"Pasien stabil, hanya saja untuk memastikannya kita perlu melakukan rawat inap selama beberapa hari. Untuk mengobservasi apakah keadaannya akan baik - baik ke depan " ujar Dokter sebari menatap Yudistira dan Dani.

"Tetapi, apakah anda keluarganya ? " Dokter itu memandang keatas dan kebawah karena tampilan Yudistira sangat berbeda dengan pria yang dibawanya, ia tahu bahwa genetika sering bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda antara satu sama meski masih satu keluarga.

"Tidak, dia hanya keponakanku "

"Oh, seperti saya belum mengenalkan diri saya, nama saya Dr. Karya Setiawan. " Dokter itu mengeluarkan tangan mencoba untuk berjabat tangan.

"Saya Dani dan dia bos saya, Yudi " jawab Dani sebari mengenalkan Yudistira kepada Dr. Karya. Dr Karya mengangguk kepala, " Saya ijin pergi, kalau ada sesuatu tolong menekan saja tombol di dalam "

"Yeah " Dani mengangguk kepala dan bersama Yudistira memasuki ruang rawat Bima.

Antareja menghabiskan malamnya memburu anggota - anggota Sengkuni yang masih melakukan pergerakan perlawanan.

Ia menembak setiap kepala yang dilihat olehnya. Ketika semua anggota Sengkuni telah tumbang, ia menuangkan bensin di bantu oleh Barong, setelah bensin diratakan dalam satu gedung, Anateja keluar dan melempar korek api ke ballroom gedung, membiarkan api melahap habis gendung mewah tersebut.

Sengkuni sangat berambisi untuk melawan keluarganya apalgi setelah mengkhianatan yang dilakukan oleh ayahnya, maka tak ada lagi kata ampunan bagi Antareja untuknya.

Antareja memandang gedung itu yang terbakar dari dalam mobilnya, tidak ada rasa penyesalan yang muncul karena itu.

Bagong mengamati ekspresi Anateja dari dashboard mobil. Ia hanya terdiam, enggan untuk berbicara

Seorang pria didalam penjara mendengar berita bahwa Sengkuni dan Pablo telah tewas. Ia tertawa terbahak - bahak.

" Betapa Bodohnya dirimu, Sengkuni. Pandawa tidak ada jatuh semudah itu " gumam pria tersebut

Ia memandang ke arah cermin dan mengingat percakapan sebelumnya dengan Sengkuni. Pria bodoh itu meminta sarannya.

"Aku mendengar, bahwa keluarga Pandawa mempunyai rahasia, bisakah kau memberitahu apa itu ? " pinta Sengkuni pada pria yang berada di dalam sel.

Pria dalam sel itu hanya terkekeh - kekeh, "Kau tak pernah berubah Sengkuni. Selalu ingin melampui batas, tetapi percayalah jika rencana mu gagal, wanita itu akan menghabisi mu jauh lebih kejam "

"Aku tak peduli, dengan Antareja. Kekejamannya hanya sebuah mitos belaka "

Pria itu tersenyum, "Mitos katamu ? Beritahu apapun yang kau tahu tentang Antareja. "

" Gatotkaca, kau tak pernah berubah. " Sengkuni menyeringai.

" Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tak lupa dengan transaksi kita. " jelas Gatotkaca yang mengeluarkan pisau dan menusuknya pada mata Sengkuni.

"Tanpa rencanaku, siapa kamu Sengkuni ? " Gatotkaca menusuk pisah itu lebih dekat Darah langsung mengucur membasahi muka Sengkuni.

"Bajingan! . " petik Sengkuni, harga dirinya tercerong karena komentar Gatotkaca. Meski pada kenyataannya ia memang bodoh dalam melakukan rencana dan satu - satunya orang yang bisa membuat rencana berhasil adalah melalui Gatotkaca.

Gatotkaca hanya terkekeh melihat darah membasahi muka Sengkuni. Pria itu benar - benar bodoh, bermain - main dengannya tampak menjadi hiburan yang nyata.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status