POV Author
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan sudah saatnya Sagara untuk membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.
Pukul delapan pagi, pemuda tampan itu harus sudah siap karena para kerabat dan orang-orang yang akan mengiringi mobil pengantinnya sudah mulai berdatangan ke rumah ini.
Kini langkah kaki Sagara dia arahkan ke ruang kamar mandi di dalam kamarnya.
Air dingin yang sangat menyegarkan mulai membasahi tubuh kekar pemuda itu dan membuat luruh semua kotoran yang menempel di kulitnya.
Beberapa saat kemudian Sagara yang telah selesai membersihkan diri mulai keluar dari dalam ruang kamar mandi dengan mengenakan kimono berwarna biru yang membalut tubuh jangkungnya.
"Ken," sapa Sagara saat mendapati Sekretaris pribadinya telah masuk kembali ke ruang kamarnya dan saat ini sedang duduk di sebuah sofa sambil membaca berita online di ponsel pintarnya.
Pemuda tampan yang bernama Kenzo segera mengangkat wajahnya saat namanya dipanggil oleh Sagara.
"Ternyata kamu sudah masuk," ucap Sagara yang saat ini sedang berjalan ke arah jendela kamar sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil di tangannya.
"Iya, Tuan. Jika aku tetap berada di luar maka akan menimbulkan kecurigaan." sahut Sekretaris Ken.
"Pintu sudah kamu kunci, kan?"
"Sudah, Tuan." angguk Sekretaris Ken.
"Kalau begitu ... kamu duluan sana yang ganti baju! Aku mau mengeringkan rambutku dulu nih."
"Baik, Tuan Muda."
Sekretaris Ken bangkit dari duduknya dan kedua kakinya mulai ia langkahkan ke ruangan khusus yang berisi lemari pakaian raksasa yang di dalamnya terdapat banyak baju, celana, sepatu, dan pernak-pernik lainnya.
Hal ini sudah menjadi rutinitas biasa bagi lelaki itu yang selalu mengganti pakaiannya setelah Tuan Mudanya selesai membersihkan diri, sebab semua orang tahunya bahwa Dia selalu membantu Sagara mandi setiap hari.
Pakaian yang sebelumnya dia kenakan, kini dia masukkan ke dalam tempat cucian kotor yang tersedia di dalam ruang kamar mandi.
Beberapa bagian pakaian itu Sekretaris Ken basahi dengan air agar terlihat seolah-olah pakaiannya basah setelah membantu Tuannya membersihkan diri. Sehingga tidak ada satu pun orang yang curiga bahwa sebenarnya Tuan Muda Sagara tidak cacat.
Kini giliran Sagara yang masuk ke dalam ruangan lemari raksasa itu. Dia mulai mengenakan pakaian pengantinnya yang berwarna putih bersih.
Saat ini Sagara tengah berkaca melihat penampilannya di dalam cermin di ruangan ini. "Aku memang selalu tampan dengan pakaian apa pun yang aku kenakan." ucapnya narsis.
Sagara mulai keluar dari dalam ruangan khusus itu dengan pakaian yang rapi. Sedangkan Sekretaris Ken sudah bersiap dengan kursi roda yang selalu Sagara duduki selama dua bulan terakhir ini ketika pemuda itu berkeliaran di luar sana.
"Silakan, Tuan." ucap Sekretaris Ken mempersilakan Sagara untuk segera duduk di kursi roda.
Sagara mulai duduk di atas kursi roda dan Sekretaris Ken mulai mendorong kursi roda itu.
***
Sesampainya di luar. Awan yang sudah menunggu kedatangan Sagara sejak tadi langsung menyambut Adik lelakinya itu.
"Ganteng benar Adeknya Kakak." puji Awan.
"Terimakasih banyak atas pujiannya, Kak." sahut Sagara dengan senyum palsunya.
"Wuih~ Viola pasti merasa sangat beruntung banget nih, bakalan punya suami seperti kamu, Ga. Udah ganteng, pinter, pastinya jago di ranjang lagi. Hahaha," gelak Awan.
"Ah, Kakak bisa aja. Saga nggak mungkin sejago pria pada umumnya. Keadaan Aku aja sekarang lumpuh kayak gini." tutur Sagara yang dia buat sesendu mungkin.
"Masa sih? Ah nggak mungkin nggak jago. Kakak yakin banget kalau kamu pasti bakalan lebih jago dari Kakak."
Sagara hanya membalas dengan senyum kaku yang sengaja dibuat-buat agar Awan mengira dirinya sedang terluka hatinya.
Di permukaan, air muka Sagara terlihat mulai murung karena dia harus berpura-pura seperti itu agar Awan tidak curiga kalau dirinya tidak benar-benar cacat.
Awan yang melihat raut wajah Adiknya yang sedang sedih mulai menyunggingkan sebelah bibirnya yang menandakan bahwa dia senang dengan keadaan ini.
Semua orang sudah berkumpul dan sudah waktunya mereka semua berangkat ke tempat diselenggarakannya acara pernikahan Sagara.
"Ayo semuanya kita berangkat ke Gedung B!" seru Awan mengomando semua orang yang akan mengiringi mobil pengantin Adiknya.
"Ayo!" seru mereka semua.
Semua orang mulai masuk ke dalam mobil mereka masing-masing. Begitu pula dengan Sagara yang saat ini sedang dibantu oleh Sekretarisnya untuk naik ke atas mobil.
***
POV Awan
Saat ini aku sudah berada di dalam mobilku sendiri bersama dengan Sekretaris cantikku yang bernama Diana.
Aku sangat puas sekali melihat raut wajah Adik-ku yang muram setelah aku ejek dengan kata-kata yang halus.
"Tuan Awan," Sekretaris-ku yang saat ini sedang menyetir mobil memanggil namaku.
"Ada apa, Di?" tanyaku.
"Apakah Tuan benar-benar akan menikahkan Tuan Muda Saga dengan Viola?"
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu, Di?"
"Aku hanya penasaran saja. Kenapa Tuan Awan malah memberikan seorang gadis yang memiliki kualifikasi yang bagus untuk Adik Tuan yang sudah cacat."
"Hahaha," aku tergelak mendengar penuturan dari Sekretaris-ku ini.
"Kenapa Anda malah tertawa, Tuan?" tanya Sekretaris-ku dengan nada bicara sedikit kesal.
"Apa kamu pikir Aku akan memberikan barang yang bagus untuk Adik-ku itu, hm?"
"Siapa yang tahu," sahut Sekretaris-ku sambil mengangkat kedua pundaknya singkat.
"Hahaha," tawaku meledak lagi.
"Hiss, cepat jawab, Tuan!" pintanya dengan nada suara yang manja dan menggoda.
"Jangan bersuara manja seperti itu, Di!"
"Memangnya kenapa?"
"Takut nanti ada yang bangun." jawabku lirih.
"Hahaha," Diana malah tergelak mendengar jawabanku.
"Jangan tertawa, Di!" ucapku kesal.
"Terserahku,"
Aku mulai mendekat ke arah Diana yang saat ini sedang berada di depanku karena Aku sedang duduk di kursi belakang.
"Kalau sampai ada yang tiba-tiba bangun, Aku akan menculikmu ke sebuah ruangan agar kau menidurkan kembali sesuatu yang bangun itu." bisikku di telinganya.
"Aw," pekiknya kaget saat aku menjahili telinganya.
"Jangan macam-macam ya, Tuan! Kalau Aku sampai kehilangan fokus dalam berkendara, kita bisa celaka."
"Itu hukuman untukmu yang sudah berani-beraninya menertawakanku."
"Baiklah, aku terima hukumanku, tapi aku juga akan menghukummu, Tuan."
"Hemph," dengusku, " menghukumku?" salah satu alisku terangkat karena meremehkan ancaman dari Sekretaris-ku ini.
"Iya, aku akan menghukummu. Akan aku pastikan selama sebulan ini Anda tidak akan bisa menyentuhku." ucapnya dengan senyum liciknya.
"Ya, ya, ya," Aku mulai panik, "mana boleh seperti itu, Di." ucapku tidak terima.
"Bodo,"
"Di, Kamu nggak boleh kayak gitu. Kalau Aku puasa selama sebulan tidak menyentuhmu, aku bisa kehilangan semangat." rengekku sambil mengguncang pelan pundak Sekretaris-ku yang statusnya merangkap menjadi kekasih gelapku.
"Kan masih ada Yunita Istrimu, Tuan." ucapnya enteng. " Tuan main saja dengan Istri Tuan selama sebulan ini."
"Mana boleh begitu," protesku, "jangan kejam seperti itu lah, Di!" pintaku. "Sebutkan apa maumu, pasti akan aku turuti semuanya."
"Baiklah, kalau begitu aku ingin cincin berlian yang sama persis dengan cincin yang dimiliki oleh Yunita, Tuan."
"Deal." ucapku langsung menyetujui.
Sebuah cincin berlian seperti itu adalah hal yang mudah bagiku.
"Pokoknya harus sama persis!"
"Bisa diatur, Di."
"Oke."
Beberapa saat situasi di dalam mobil ini diselimuti keheningan.
"Di," ucapku membuka percakapan.
"Hm,"
"Sepulang dari acara pernikahan Saga, kita langsung ke Apartemen-mu ya!" bisikku.
"Bukankah nanti malam Tuan ada janji makan malam dengan Yunita yang akan merayakan hari ulang tahunnya?" jawab Sekretaris-ku mengingatkan.
"Oh iya, Aku kok bisa kelupaan begini ya."
"Tapi ... kalau Tuan memang ingin bermain denganku, kita bisa bermain sebentar" bisiknya dengan nada suara yang menggoda.
Hancur sudah pertahananku sejak tadi. "Astaga, Di. kataku kan jangan dulu menggodaku." keluhku yang saat ini mulai tersiksa.
"Memangnya kenapa, Tuan?" tanyanya dengan raut wajah polosnya.
"Jangan sok polos wajahnya!" kesalku.
"Hahaha," Dia malah tertawa.
"Jangan tertawa!"
"Kira-kira nanti saat orang-orang melihat celana Tuan, reaksi mereka kayak gimana ya? Hahaha,"
"Dasar Sekretaris nggak ada akhlak." umpatku.
"Hahaha," Dia masih terus tertawa.
"Cepat cari Motel atau Hotel terdekat!" perintahku.
"Lha, kita kan mau ke Gedung pernikahannya Tuan Muda Saga."
" Sudah, turuti saja perintahku!"
"Baik, baik, Tuan. Hahaha,"
"Tertawalah sepuasmu," ucapku sinis.
"Hahaha,"
***
Mobil yang dikendarai oleh Sekretaris Diana mulai memisahkan diri dari rombongan pengiring mobil pengantin.Beberapa orang yang melihat kejadian ini sedikit mengernyitkan dahi mereka karena merasa heran.'Kenapa Tuan Awan malah pergi ke arah lain?' batin mereka semua bertanya-tanya.'Ah, mungkin ada kepentingan yang mendadak.' pikir mereka yang memilih untuk tidak ambil pusing dengan kejadian ini.Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai oleh Sekretaris Diana mulai memasuki gerbang sebuah Motel yang lumayan dekat dengan rute yang mereka lalui saat ini.Halaman parkir di Motel ini cukup luas, namun masih lengang tidak seramai saat malam minggu atau pun malam tahun baru."Di, sana kamu pesan kamar dulu! Nanti kalau sudah pesan kamar, baru aku nyusulin kamu." ucap Awan."Nggak mau ah." tolak Sekretaris Diana sambil menyidekapkan ke
"Tuan," panggil Sekretaris Diana kepada Bosnya yang saat ini sedang memejamkan kedua matanya."Hm," respon Awan."Jangan tidur! Ayo kita cepat bangun dan mandi!""Nanti saja.""Jangan gila kamu, Tuan. Kita harus segera kembali ke gedung resepsi pernikahan Tuan Muda Saga." ucap Sekretaris Diana mengingatkan."Tenang saja! Acara pernikahan Sagara akan diundur beberapa jam lagi sebab mempelai wanitanya telah diculik oleh anak buahku.""Hah!" Diana kaget mendengar penuturan Awan."Kenapa kamu kaget seperti itu?""Kalau mempelai wanitanya diculik oleh Tuan. Lalu nasib pernikahan Tuan Muda Saga bagaimana? Bukankah Tuan sengaja menjodohkan Tuan Muda Saga dengan Viola agar dia tidak mempunyai dukungan yang kuat di Samudra Group?""Pernikahan Sagara akan tetap berlangsung. Namun calon mempelai wanitanya akan digantikan oleh Viona adik dari Viola. Sebenarnya sejak awal aku memang menargetkan Viona untuk menjadi Istrinya Saga. Tapi aku haru
Di Penginapan Mawar.Awan dan Sekretaris Diana telah selesai mandi dan saat ini mereka berdua sedang mengenakan pakaian mereka masing-masing."Tuan, tolong seletingkan ret sleting gaunku!" pinta Sekretaris Diana yang saat ini sedang kesulitan untuk menarik ret sleting gaunnya."Sini!" Awan membalikkan tubuh wanita itu agar membelakanginya.Tangan Awan mulai menaikkan ret sleting gaun Sekretaris Diana."Sudah, selesai." ucap lelaki itu memberi tahu."Makasih,""Hm," angguk Awan.Beberapa saat kemudian, kedua anak manusia itu telah rapi berpakaian."Ayo, Tuan! Kita harus bergegas menyusul yang lainnya ke Gedung B. Aku sudah tidak sabar melihat tampangnya Tuan Muda Saga yang pucat pasi karena mendapatkan seorang istri yang jelek dan bodoh seperti Viona." cetus Sekretaris Diana."Ayo!" Awan mengangkat lengan sebelah kanannya ke arah wanita itu, dan Sekretaris Diana melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.Mereka
Meski pada kenyataannya kedua kaki Sagara tidak lumpuh, namun tetap saja ada rasa kesal saat mendengar semua cemoohan dan gunjingan dari mulut lemes mereka semua.Sekretaris Ken saat ini mulai berjalan menuju ke meja berkumpulnya makanan karena Tuan Mudanya menginginkan yang segar-segar untuk merefresh otaknya agar tidak butek di saat-saat seperti ini.Pilihan pemuda tampan itu jatuh kepada salad buah yang sudah dikemas dalam sebuah kotak plastik khusus yang terlihat sangat menarik dan juga terlihat berkelas sebab kotak plastik yang digunakan bukan kotak plastik biasa."Eh," ucap seorang gadis di sebelah Sekretaris Ken saat mendapati kotak incarannya juga diincar oleh pemuda tampan itu.Saat ini tangan Sekretaris Ken memegang tangan seorang gadis itu yang sama-sama sedang memegangi kotak salad buah yang sama dengan dirinya.Gadis itu menoleh ke arah Sekretaris Ken dan di pandangan lelaki tampan itu tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga mawar yang tengah b
Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya."Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya."Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini.""Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini.""Tapi ...,""Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali."Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?""Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya.""Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?""Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa.""Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara."Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken."Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya.""Harusnya dia sudah kuliah semester pertama.""Woah, ternyata
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la