Kali ini Beyonce tak mampu menjawab. Kegelisahan terlukis di wajahnya yang pucat, karena sejauh ini, dirinya tak pernah memikirkan kalau Aldrich akan bertanya demikian. Aldrich membuang napas dengan kasar. “Jawab, Bey! Kenapa kau malah diam?” desak pria itu sambil membeberkan surat hasil tes DNA. Mata Beyonce terus bergerak ke sana kemari mencari alasan dan memutar tubuhnya membelakangi Aldrich. Otaknya tak berjalan baik sekarang, tapi Aldrich bisa menebak jika Beyonce tengah menyembunyikan sesuatu. “Baiklah. Jadi, kau tak bisa melarangku bertemu dengan Zico,” putus Aldrich merasa menang. Dia mengeluarkan rencananya yang sudah diniatkan sejak awal datang yang kini akan dia realisasikan. “Di luar langit sudah gelap. Pulang, aku malas. Baiklah, kalau begitu malam ini sebagai hukumannya kau telah membohongiku. Maka aku akan menginap di sini.”“Jangan menuduhku sembarangan kau, Al. Tidak boleh! Pokoknya kau tak boleh menginap di rumahku. Aku tuan rumahnya di sini dan soal Zico, memangla
“Apa? Aku sengaja menggodamu, tidak—”Mata Beyonce membeliak saat turun, melihat belahan dadanya sendiri telah menyembul terhimpit bra biru pastel. Dia dengan cepat merapatkan kancing kemejanya dengan kedua tangan.Wajah Beyonce semakin merah karena marah bercampur malu. Dia tak sanggup menghadapi Aldrich dan bermaksud pergi. Namun, dia malah tak mendapati keberadaan pria itu lagi yang ternyata sudah meninggalkannya sejak tadi.“Brengsek kau, Al!” rutuk Beyonce.Aldrich tersenyum gemas sendiri, mendengarnya sambil berjalan ke luar halaman. William yang baru saja tiba di sana langsung membukakan pintu, dia heran melihat ekspresi bosnya itu yang tak biasa. Aldrich seperti orang sedang jatuh cinta.“Silakan, Tuan,” kata William, setelahnya duduk di kemudi dan menyetirnya ke arah bandara karena hari itu Aldrich harus kembali ke Salvador untuk suatu urusan.Mencapai lampu merah, William memberitahu Aldrich sesuatu kalau dia berhasil mendapatkan darah Zico dari seorang dokter yang bekerja
“Kau meminta 100.000 USD, dari mana aku memilikinya, Zack? Sementara kau tahu, aku hanya penjual sayuran yang keuntungannya tidak seberapa.” Beyonce berucap sambil berancang–ancang mundur, posisinya yang semula dekat. Menjangkau Zack lebih mudah untuk mencelakainya. Dia melirik gugup ke arah Agatha, yang memahami isyaratnya dengan segera mulai menyalakan rekam video. Saat dia mendengar Zack menutup koper dengan kasar, Beyonce terjengit dan menetralkan dirinya. Menunjukkan seolah dia tak berbuat apa–apa.“Aku tak peduli, kau mendapatkan uang itu dari mana! Tapi sejak di telepon kau menyanggupi membawa 100.000 USD itu sekarang!” bentak pria ini menatap Beyonce dengan sinis, karena dia tak jadi mendapat uang itu yang akan digunakannya membayar utang di bandar judi dan gagal untuk bersenang–senang. “Pencairan uang sebanyak itu juga tidak bisa dalam waktu satu hari, Zack? Apa kau lupa kalau pernah menjadi direktur keuangan di bank? Harusnya kau lebih tau itu dariku.”Skakmat. Zak kehi
“Memang Anda tak memesannya, Nyonya. Tetapi seseorang mengirimkannya untukmu,” jelas pelayan itu membuat Beyonce semakin penasaran. Wanita itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dari sekian banyak pengunjung Coffee Shop, Beyonce tak menemukan pengirimnya di antara mereka. Sementara itu, Aldrich justru bersembunyi di belakang dinding seperti penguntit. “Siapa pengirimnya? Tolong katakan,” todong Beyonce, menatap pelayan itu dengan tatapan menuntut. Tetapi Beyonce mengambil buket bunga itu di atas meja dengan senang hati.Pelayan belum menjawab, Beyonce kembali mengatakan sesuatu dan tindakan yang dilakukannya saat ini, membuahkan senyum di bibir Aldrich yang mengintip. Dia malah berpikir sendiri. “Oh … apakah memang Coffee Shop ini menyediakan buket bunga untuk pelanggan?” Tanpa Ragu, lalu Beyonce mencium aroma bunga krisan yang sangat harum dan menjadikan dia rileks. “Humm … bosmu baik sekali, pantas saja Coffee Shop nya laris.”Pelayan itu menggaruk tengkuknya sambil mel
Selain takut Beyonce kenapa–napa. Pikiran Agatha juga terusik hal lain, tentang pertanyaan dokter padanya; “Bukankah Nyonya Bey adalah calon istrinya Tuan Al?” Kenapa dokter bicara seperti itu? Tetapi saat tatapan menuntut Agatha menuju pasang mata Aldrich. Pria itu justru mengedikkan bahunya ke atas, seolah tak tahu apa–apa. Sungguh! Pria yang licik yang menghalalkan segala cara demi cinta. Agatha tak tahu kalau semua ini siasat dadakan Aldrich yang terbilang cukup rapi. Dokter itu, ternyata bukan tetangga apartemennya—melainkan temannya sendiri yang diajaknya bekerjasama. “Nona Agatha, percayalah. Aku tak akan berbuat macam–macam dengan Beyonce?” bujuk Aldrich, “Aku sudah jera karena kesalahan di masa lalu dan tak akan mengulanginya lagi. Atau … kau bisa sekalian ikut menginap di sini?”Tawaran dan kesungguhan Aldrich yang tampak meyakinkan—perlahan sukses menggoyahkan kegamangan Agatha yang mulai mempercayai pria itu. “Baiklah, saya akan menginap di sini untuk menghindari hal y
Warning 21+*****Aldrich menelan ludahnya di tenggorokannya yang gersang. Sensasi dari belaian tangan Beyonce yang merambah ke pinggangnya membuat panas di tubuhnya bergejolak. "Bey," panggil Aldrich resah, dengan napas beratnya. Dia berusaha menyingkirkan jemari lentik itu yang menempel dengan pas. "Tolong, jauhkan tanganmu. Ini tidak baik. Jangan sampai hal buruk di masa lalu terulang lagi.""Ngh!"Tubuh Beyonce malah semakin menggeliat dan merapat ke sisi Aldrich, karena posisi ini membuat kedinginan di tubuhnya berangsur mereda. Di alam bawah sadarnya, Beyonce mengira yang dipeluknya itu guling. Seandainya dia tahu kalau gulingnya hidup, pasti Aldrich akan dimarahinya habis–habisan.Jantung Aldrich sudah melompat–lompat, napasnya berderu kencang merasakan napas Beyonce berhembus ke bawah pusarnya. Sedekat ini. Melihat helaian rambut menghalangi jarak pandangnya dari wajah cantik itu, Aldrich menyibaknya dan menempatkan ke sela telinga. "Dingin sekali!" Aldrich terkejut setela
‘Kamarnya?’Suaranya lenyap, kemarahan yang menyala dalam dada Beyonce tertunda saat mendapati jika kamar yang ditempatinya sekarang bukanlah kamarnya. Napasnya kian terasa sesak.Kamar yang berdesain maskulin minimalis, yang keseluruhan dinding didominasi warna krem. Satu hal utama yang membuat Beyonce kehilangan napas dan yakin 100℅ kalau pengakuan Aldrich benar adalah foto pria itu yang berdua dengannya terpajang di atas meja bufet di dekat lampu tidur. Apa? Foto berdua dengannya waktu kuliah dulu? Ternyata, Aldrich masih menyimpannya? Omong kosong dengan semua itu. Beyonce hampir kembali diperkosa Aldrich jika dia terlambat bangun. “Aku tak peduli ini kamarmu atau tidak! Pokoknya cepat keluar dari kamar ini dan jangan pernah masuk sebelum kusuruh!” Aldrich membuang napas kasar, berdiri sambil menatap wanita itu yang begitu marah padanya dan membuang muka. Berbeda dengan lima tahun lalu saat Aldrich memperkosanya, yang hanya bisa menangis. Tak ingin menambah buruk suasana hatinya
“Mama sakit, ya? Kenapa sejak tadi bersin terus dan hidungnya memerah?” Zico yang sejak awal sarapan, serius memperhatikan Beyonce dari kursinya. Sang mama terlambat bangun dan lehernya memakai syal, membuat kekhawatiran Zico menguat kalau Beyonce sakit. “Kurang enak badan saja, Sayang. Nanti berangkat ke sekolah diantar sopir dan ditemani Nenek Gema. Setelah sekolah langsung pulang, jangan ke mana–mana!” suruh Beyonce dengan tatapan yang berisi ketegasan sekaligus pemaksaan kepada Zico. Tatapannya itu pun tampak mengintimidasi Agatha, menakutkan sekali. Seolah ingin menerkamnya dan mencabik–cabik dagingnya seperti hyena. “Lalu kenapa tergesa pulang dari apartemennya paman Al kalau masih kurang enak badan? Bukankah semalam mama menginap di sana?” Bertanya, tetapi matanya mengedar ke mama–mana, sampai turun dari kursi dan melangkah seperti mencari sesuatu. “Kenapa kau bisa tahu mama ada di rumah dia? Apakah dia memberitahumu sesuatu?” Beyonce semakin kesal saja pada Aldrich, karena