“Memang Anda tak memesannya, Nyonya. Tetapi seseorang mengirimkannya untukmu,” jelas pelayan itu membuat Beyonce semakin penasaran. Wanita itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dari sekian banyak pengunjung Coffee Shop, Beyonce tak menemukan pengirimnya di antara mereka. Sementara itu, Aldrich justru bersembunyi di belakang dinding seperti penguntit. “Siapa pengirimnya? Tolong katakan,” todong Beyonce, menatap pelayan itu dengan tatapan menuntut. Tetapi Beyonce mengambil buket bunga itu di atas meja dengan senang hati.Pelayan belum menjawab, Beyonce kembali mengatakan sesuatu dan tindakan yang dilakukannya saat ini, membuahkan senyum di bibir Aldrich yang mengintip. Dia malah berpikir sendiri. “Oh … apakah memang Coffee Shop ini menyediakan buket bunga untuk pelanggan?” Tanpa Ragu, lalu Beyonce mencium aroma bunga krisan yang sangat harum dan menjadikan dia rileks. “Humm … bosmu baik sekali, pantas saja Coffee Shop nya laris.”Pelayan itu menggaruk tengkuknya sambil mel
Selain takut Beyonce kenapa–napa. Pikiran Agatha juga terusik hal lain, tentang pertanyaan dokter padanya; “Bukankah Nyonya Bey adalah calon istrinya Tuan Al?” Kenapa dokter bicara seperti itu? Tetapi saat tatapan menuntut Agatha menuju pasang mata Aldrich. Pria itu justru mengedikkan bahunya ke atas, seolah tak tahu apa–apa. Sungguh! Pria yang licik yang menghalalkan segala cara demi cinta. Agatha tak tahu kalau semua ini siasat dadakan Aldrich yang terbilang cukup rapi. Dokter itu, ternyata bukan tetangga apartemennya—melainkan temannya sendiri yang diajaknya bekerjasama. “Nona Agatha, percayalah. Aku tak akan berbuat macam–macam dengan Beyonce?” bujuk Aldrich, “Aku sudah jera karena kesalahan di masa lalu dan tak akan mengulanginya lagi. Atau … kau bisa sekalian ikut menginap di sini?”Tawaran dan kesungguhan Aldrich yang tampak meyakinkan—perlahan sukses menggoyahkan kegamangan Agatha yang mulai mempercayai pria itu. “Baiklah, saya akan menginap di sini untuk menghindari hal y
Warning 21+*****Aldrich menelan ludahnya di tenggorokannya yang gersang. Sensasi dari belaian tangan Beyonce yang merambah ke pinggangnya membuat panas di tubuhnya bergejolak. "Bey," panggil Aldrich resah, dengan napas beratnya. Dia berusaha menyingkirkan jemari lentik itu yang menempel dengan pas. "Tolong, jauhkan tanganmu. Ini tidak baik. Jangan sampai hal buruk di masa lalu terulang lagi.""Ngh!"Tubuh Beyonce malah semakin menggeliat dan merapat ke sisi Aldrich, karena posisi ini membuat kedinginan di tubuhnya berangsur mereda. Di alam bawah sadarnya, Beyonce mengira yang dipeluknya itu guling. Seandainya dia tahu kalau gulingnya hidup, pasti Aldrich akan dimarahinya habis–habisan.Jantung Aldrich sudah melompat–lompat, napasnya berderu kencang merasakan napas Beyonce berhembus ke bawah pusarnya. Sedekat ini. Melihat helaian rambut menghalangi jarak pandangnya dari wajah cantik itu, Aldrich menyibaknya dan menempatkan ke sela telinga. "Dingin sekali!" Aldrich terkejut setela
‘Kamarnya?’Suaranya lenyap, kemarahan yang menyala dalam dada Beyonce tertunda saat mendapati jika kamar yang ditempatinya sekarang bukanlah kamarnya. Napasnya kian terasa sesak.Kamar yang berdesain maskulin minimalis, yang keseluruhan dinding didominasi warna krem. Satu hal utama yang membuat Beyonce kehilangan napas dan yakin 100℅ kalau pengakuan Aldrich benar adalah foto pria itu yang berdua dengannya terpajang di atas meja bufet di dekat lampu tidur. Apa? Foto berdua dengannya waktu kuliah dulu? Ternyata, Aldrich masih menyimpannya? Omong kosong dengan semua itu. Beyonce hampir kembali diperkosa Aldrich jika dia terlambat bangun. “Aku tak peduli ini kamarmu atau tidak! Pokoknya cepat keluar dari kamar ini dan jangan pernah masuk sebelum kusuruh!” Aldrich membuang napas kasar, berdiri sambil menatap wanita itu yang begitu marah padanya dan membuang muka. Berbeda dengan lima tahun lalu saat Aldrich memperkosanya, yang hanya bisa menangis. Tak ingin menambah buruk suasana hatinya
“Mama sakit, ya? Kenapa sejak tadi bersin terus dan hidungnya memerah?” Zico yang sejak awal sarapan, serius memperhatikan Beyonce dari kursinya. Sang mama terlambat bangun dan lehernya memakai syal, membuat kekhawatiran Zico menguat kalau Beyonce sakit. “Kurang enak badan saja, Sayang. Nanti berangkat ke sekolah diantar sopir dan ditemani Nenek Gema. Setelah sekolah langsung pulang, jangan ke mana–mana!” suruh Beyonce dengan tatapan yang berisi ketegasan sekaligus pemaksaan kepada Zico. Tatapannya itu pun tampak mengintimidasi Agatha, menakutkan sekali. Seolah ingin menerkamnya dan mencabik–cabik dagingnya seperti hyena. “Lalu kenapa tergesa pulang dari apartemennya paman Al kalau masih kurang enak badan? Bukankah semalam mama menginap di sana?” Bertanya, tetapi matanya mengedar ke mama–mana, sampai turun dari kursi dan melangkah seperti mencari sesuatu. “Kenapa kau bisa tahu mama ada di rumah dia? Apakah dia memberitahumu sesuatu?” Beyonce semakin kesal saja pada Aldrich, karena
Tak hanya deras, hujan pagi itu disertai angin kencang yang membuka lebar pintu depan karena belum terkunci. "Nenek, sepertinya ada yang datang!" Zico berseru dari duduknya, bangkit menghampiri Gema karena berpikir Aldrich yang datang. "Benarkah?" Gema mencondongkan kepalanya keluar, alangkah terkejutnya dia melihat jeep dikendarai seseorang menerobos pagar hingga jebol. "Si–siapa dia?"Netra Gema terbelalak, ditariknya tangan Zico sedetik sebelum dia keluar dari pintu saat firasatnya mulai buruk. "Ayo masuk ke dalam, Zico!" suruhnya panik. "Apakah yang datang paman Aldrich?"Kepala Gema menggeleng. "Bukan, tapi—"Braakkk! Gema dan Zico menjerit, terperanjat. Dia semakin erat memeluk Zico dan menyeretnya mundur ketika seseorang dari luar menendang pintu dengan kasar. "Tetap di sana dan jangan bergerak!" ancam pria itu tampak sangat marah dan menodongkan pistolnya ke arah Gema yang tubuhnya gemetar. "Hey, kau siapa berani–beraninya datang ke rumahku tanpa permisi dan berbuat ona
"Zack, kau mau apa?" Beyonce panik, ketakutan berusaha bangun ketika pria brengsek itu menarik gespernya dan membuang ke lantai dengan poros wajah cabul."Bercinta denganmu. Karena selama kau menjadi istriku, aku belum sekali pun mencicipi tubuhmu!"Gap!Zack dengan cepat merayap ke atas ranjang. Beyonce yang merangkak ke sisi ranjang lain, justru kakinya ditarik kasar."Aaaah! Lepaskan aku, Zack!" teriak Beyonce berusaha menendang wajah Zack. "Rupanya kau suka kucing–kucingan dulu sebelum beradu peluh denganku, ya? Sayang... Promise. Aku telah berubah... Setelah ini kita akan menuju puncak kenikmatan bersama, Bey!""I don't believe it!" tekan Beyonce menajamkan mata. "Tolong!"Suara Beyonce lenyap ketika telapak tangan Zack membungkam bibirnya. Kedua kakinya dijepit dengan tangaannya yang lain. "Why not baby?” Zack menatap Beyonce penuh damba. Dia mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Beyonce, menyadari hal itu. Beyonce langsung meludahi wajah Zack. Cuih. "Kurang ajar kau bit
"Tunggu."Perkataan Aldrich membuat perasaan Agatha dan William gelisah, saat Aldrich memeriksa pernapasan Gema. Selain tubuhnya yang penuh luka, kondisinya tampak lemah. Agatha pun menangis. "Tu–tuan, apakah bibi Gema masih hidup?""Ya, tapi ... dia sangat pucat sekali. Sepertinya kehilangan banyak darah." Lalu Aldrich menatap William. "Kau bawa bibi Gema ke rumah sakit sekarang. Biar aku yang menangani si keperat itu.""Tapi Tuan? Jika Anda melawan Zack sendiri, itu terlalu berisiko. Saya harus menemani Anda—"Mata Aldrich melotot, William pun seketika mengatupkan bibir. "Nyawa bibi Gema dalam bahaya. Jangan banyak omong dan bawa dia ke rumah sakit sekarang!" perintah Aldrich begitu marah. "Ba–baik, Tuan."William tak berani membantah, langsung mengangkat tubuh Gema ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. "Bey.” Aldrich menegang sangat khawatir, saat mendengar teriakan wanita itu. "Suaranya dari lantai atas. Apakah kamar Bey ada di sana?" Agatha mengangguk , Aldrich se