“Mama sakit, ya? Kenapa sejak tadi bersin terus dan hidungnya memerah?” Zico yang sejak awal sarapan, serius memperhatikan Beyonce dari kursinya. Sang mama terlambat bangun dan lehernya memakai syal, membuat kekhawatiran Zico menguat kalau Beyonce sakit. “Kurang enak badan saja, Sayang. Nanti berangkat ke sekolah diantar sopir dan ditemani Nenek Gema. Setelah sekolah langsung pulang, jangan ke mana–mana!” suruh Beyonce dengan tatapan yang berisi ketegasan sekaligus pemaksaan kepada Zico. Tatapannya itu pun tampak mengintimidasi Agatha, menakutkan sekali. Seolah ingin menerkamnya dan mencabik–cabik dagingnya seperti hyena. “Lalu kenapa tergesa pulang dari apartemennya paman Al kalau masih kurang enak badan? Bukankah semalam mama menginap di sana?” Bertanya, tetapi matanya mengedar ke mama–mana, sampai turun dari kursi dan melangkah seperti mencari sesuatu. “Kenapa kau bisa tahu mama ada di rumah dia? Apakah dia memberitahumu sesuatu?” Beyonce semakin kesal saja pada Aldrich, karena
Tak hanya deras, hujan pagi itu disertai angin kencang yang membuka lebar pintu depan karena belum terkunci. "Nenek, sepertinya ada yang datang!" Zico berseru dari duduknya, bangkit menghampiri Gema karena berpikir Aldrich yang datang. "Benarkah?" Gema mencondongkan kepalanya keluar, alangkah terkejutnya dia melihat jeep dikendarai seseorang menerobos pagar hingga jebol. "Si–siapa dia?"Netra Gema terbelalak, ditariknya tangan Zico sedetik sebelum dia keluar dari pintu saat firasatnya mulai buruk. "Ayo masuk ke dalam, Zico!" suruhnya panik. "Apakah yang datang paman Aldrich?"Kepala Gema menggeleng. "Bukan, tapi—"Braakkk! Gema dan Zico menjerit, terperanjat. Dia semakin erat memeluk Zico dan menyeretnya mundur ketika seseorang dari luar menendang pintu dengan kasar. "Tetap di sana dan jangan bergerak!" ancam pria itu tampak sangat marah dan menodongkan pistolnya ke arah Gema yang tubuhnya gemetar. "Hey, kau siapa berani–beraninya datang ke rumahku tanpa permisi dan berbuat ona
"Zack, kau mau apa?" Beyonce panik, ketakutan berusaha bangun ketika pria brengsek itu menarik gespernya dan membuang ke lantai dengan poros wajah cabul."Bercinta denganmu. Karena selama kau menjadi istriku, aku belum sekali pun mencicipi tubuhmu!"Gap!Zack dengan cepat merayap ke atas ranjang. Beyonce yang merangkak ke sisi ranjang lain, justru kakinya ditarik kasar."Aaaah! Lepaskan aku, Zack!" teriak Beyonce berusaha menendang wajah Zack. "Rupanya kau suka kucing–kucingan dulu sebelum beradu peluh denganku, ya? Sayang... Promise. Aku telah berubah... Setelah ini kita akan menuju puncak kenikmatan bersama, Bey!""I don't believe it!" tekan Beyonce menajamkan mata. "Tolong!"Suara Beyonce lenyap ketika telapak tangan Zack membungkam bibirnya. Kedua kakinya dijepit dengan tangaannya yang lain. "Why not baby?” Zack menatap Beyonce penuh damba. Dia mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Beyonce, menyadari hal itu. Beyonce langsung meludahi wajah Zack. Cuih. "Kurang ajar kau bit
"Tunggu."Perkataan Aldrich membuat perasaan Agatha dan William gelisah, saat Aldrich memeriksa pernapasan Gema. Selain tubuhnya yang penuh luka, kondisinya tampak lemah. Agatha pun menangis. "Tu–tuan, apakah bibi Gema masih hidup?""Ya, tapi ... dia sangat pucat sekali. Sepertinya kehilangan banyak darah." Lalu Aldrich menatap William. "Kau bawa bibi Gema ke rumah sakit sekarang. Biar aku yang menangani si keperat itu.""Tapi Tuan? Jika Anda melawan Zack sendiri, itu terlalu berisiko. Saya harus menemani Anda—"Mata Aldrich melotot, William pun seketika mengatupkan bibir. "Nyawa bibi Gema dalam bahaya. Jangan banyak omong dan bawa dia ke rumah sakit sekarang!" perintah Aldrich begitu marah. "Ba–baik, Tuan."William tak berani membantah, langsung mengangkat tubuh Gema ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. "Bey.” Aldrich menegang sangat khawatir, saat mendengar teriakan wanita itu. "Suaranya dari lantai atas. Apakah kamar Bey ada di sana?" Agatha mengangguk , Aldrich se
"Maksudnya?” Aldrich tak mau percaya diri dulu sebelum memperoleh kejelasan."Golongan darahmu itu O, jadi aku minta tolong. Bolehkah aku meminta bantuanmu... kali... Ini Al? Aku tak mau darah bajingan itu masuk ke tubuh anakku,” elak Beyonce. Beyonce masih sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia gugup sekali tak berani menatap Aldrich seraya menundukkan wajah.Ekspresi salah tingkah ini diamati Agatha dengan senyuman kecil. Ia sekarang mengerti arahnya kemana."Oh... tidak masalah. Ternyata kau masih ingat golongan darahku, aku kira kau sudah lupa," kata Aldrich santai dengan senyuman tak lepas memandangi Beyonce. Cukup lama situasi ... canggung ini terjadi. Tapi entah mengapa? Rumah sakit yang biasanya beraroma obat, berganti aroma bunga? "Terima kasih," ucap Beyonce lirih. Tapi lega sekali saat menyatakannya, tak seperti biasa dia selalu jengkel sewaktu melihat Aldrich. Apakah benteng kokoh yang selama ini membentang di hati Beyonce runtuh dalam satu waktu? Hanya karena pria
"Kau mengagetkanku Tuan Willy. Astaga!" Agatha mengurut dada, dia pikir William hantu tiba-tiba muncul."Maaf, Nona Agatha." William terkekeh, lama berkumpul dengan Aldrich dan tak pernah mendekati wanita, ia jadi lupa cara berkomunikasi yang baik dengan seorang gadis.Agatha tersenyum sambil menyisipkan anakan rambut. "Tidak apa-apa. Oia, tawaran Anda apa masih berlaku?”"Tentu, tunggulah disini dan jangan kemana-mana. Biar aku ambil mobil dulu, oke!" tutur William bergegas lari menuju parkiran."Sepertinya Tuan William baik. Tapi apa kebaikannya tulus?" Berkaca jauh, setelah kejadian Zack tadi nyatanya membuat Agatha waspada ke pria manapun. Ia menjaga jarak walau duduk berdua dengan William di mobil. *****"Bey, ini pakaian untukmu." Aldrich menyerahkan paper bag itu."Dari Agatha ya? Cepat sekali, dia kembali ke sini? Di mana dia sekarang?" tanya Beyonce sambil melihat keluar, tapi bayangan Agatha tak tampak. "Bukan, dia baru diantar pulang oleh Willy. Itu, aku yang menyuruh Wil
Senyum tak pudar di wajah Beyonce, meski mobil Aldrich tak lagi di depan mata. Tetapi, senyum Aldrich terkikis begitu melihat nama sang bibi terpampang di layar ponselnya. “Ada apa bibi menghubungiku sejak tadi?” Dia malas mengangkatnya, baginya Halves itu mengganggu. Apalagi saat ia sedang bersama Beyonce. Drrrt ….Kembali berdering, sampai William yang mulanya acuh mengintip lewat spion, terusik ingin bersuara. “Tuan, mungkin Nyonya Halves mengabarimu karena hal penting,” ucap William dari sana. Mulanya Aldrich diam, lalu mengangkatnya lagi dengan terpaksa. Sebab jika tak diangkat, telinganya mungkin bisa-bisa pengang mendengar dering ponsel itu. “Ya, Bi. Kenapa?” tanya Aldrich dengan nada malas. “....”Suara di balik telepon membuat Aldrich mengumpat isi seluruh kebun binatang. Ternyata, yang menelepon bukan Halves melainkan Veneta. Aldrich pun menutup telepon, berpikir itu hanya taktik Veneta mencari perhatiannya. “Tunggu, Al. Buat apa aku membohongimu? Sebentar, aku akan
"Kapan kau kembali dari Spanyol?" tanya Beyonce dengan agak sedikit memundurkan langkah, saat pria itu mendekat."Baru saja aku tiba. Ke sini menemui ibuku ... tak sengaja melihat mobilmu. Jadi, aku berniat menyapamu dulu dan Zico,” jawab Vincent dengan sedikit dusta, kendati tak mungkin untuk jujur ingin bertemu dengan Beyonce lebih dulu. Melihat ekspresi wanita itu tak hanya terkejut, tapi juga menghindar. Beyonce hanya mengangguk lalu bertanya, “Tapi kau sudah bertemu dengan Bu Mila?”“Ee, sudah.” Vincent terpaksa berbohong lagi. Jangankan ke ruang kepala sekolah sebagai tujuan awal. Haluannya seketika berpindah, saat melihat mobil Beyonce. Ah! Rindu itu memang berat, cinta memang buta. Seperti yang dirasakan Vincent sekarang. Sementara itu, Zico yang mendengar suara Vincat. Tak ayal mengeluarkan kepalanya ke luar jendela.“Hai, Coach.” Zico menyapa dengan lambaian tangan, seiring senyumnya yang manis. “Olá, Zico, venha cá!” sapa balik Vincent, memanggilnya mendekat. Zico ber