Kami menunggu lebih lama di ruang osis sampai beberapa orang pun masuk. Karena beberapa siswa yang dipercaya oleh Estelle adalah anggota inti osis itu sendiri.
Ada beberapa keraguan saat rakyat jelata sepertiku ikut rencana mereka, tapi semuanya menjadi reda saat mengetahui jika aku adalah Edward yang memenangkan debat dengan profesor Libert. Meskipun aneh, aku tidak bisa bertanya.
“Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?” tanya Ethan Nerve, ketua osis Arcadia setelah menjelaskan rencana mereka.
Aku menjawab, “Saya hanya bisa tercengang. Apakah saya benar-benar dibutuhkan?”
Ethan tertawa, “Sedikit memalukan tapi, ya kami butuh. Kami bahkan tidak bisa percaya pada profesor, dan kami juga perlu selektif saat memilih rekan.”
Sepertinya mereka benar-benar butuh bantuan.
Aku menghela napas, “Baik, kalau begitu saya akan berjuang sekerasnya.”
Kemudian aku berdiri dan mengambil kapur dari atas meja. Beberapa orang sempat bingung saat aku mulai menggambar sesuatu, tapi mereka semua tetap diam. Aku bersyukur mereka bukan tipe bangsawan arogan yang membenci rakyat jelata.
“...Denah Arcadia?”tanya Estelle.
Aku mengangguk, “Benar. Sementara ini kita hanya tahu jika para pengkhianat dan anggota Order akan menyerang Arcadia dalam waktu dekat. Tapi apa tujuannya, siapa yang berperan, kapan terjadinya dan kenapa tidak terlalu kita ketahui bukankah begitu?”
Semuanya mengangguk.
“Kalau begitu menurut saya, disamping kita menggunakan rencana defensif milik ketua Ethan. Kita juga perlu bertindak ofensif kepada mereka. Yaitu menggunakan jebakan sihir.”
Semuanya tercengang mendengar kalimat terakhirku. Jebakan sihir, sesuai namanya jebakan yang terbuat dari sihir dan biasanya digunakan untuk bertahan. Tapi aku menyarankannya untuk menjadi senjata ofensif kita.
Disamping denah Arcadia aku menuliskan pertanyaan-pertanyaanku tadi. Apa, Siapa, Kapan, dan Kenapa.
“Apa tujuannya? Kemungkinan besar ada 3. Arcadia sebagai sekolah sihir terbesar dan termegah di kerajaan mempunyai perpustakaan utama yang menyimpan banyak sekali buku sihir yang bermacam-macam. Arcadia juga pasti memiliki benda sihir kuat yang diinginkan oleh mereka, dan yang terakhir adalah siswanya.”
Sekretaris osis, Huffman Reverett melanjutkan kalimatku, “Arcadia mengumpulkan bakat-bakat dari pelosok negeri untuk dikembangkan bakatnya, jadi ada kemungkinan siswa juga diincar?”
Aku mengangguk, “Selanjutnya siapa musuh kita? Yang paling terlihat adalah para profesor dan staff-staff penting. Tapi bukan berarti para murid juga tidak ada sangkut pautnya, saya rasa menyelidiki para murid yang dekat dengan profesor dan staff-staff tersebut perlu diselidiki.”
Kalimatku muncul satu demi satu, bersamaan dengan itu aku menuliskan beberapa poin nya diatas papan tulis. Yang menjadi titik baliknya adalah ini.
“Kalau begitu kapan dilaksanakannya? Saya rasa hari pertama semester 2 akan menjadi waktunya.”
“Apa?”
Masing-masing anggota osis mengangkat suaranya. Termasuk juga Estelle yang menunjukkan ekspresi, ‘Apa yang dibicarakan orang ini?’
Aku menenangkan pikiranku dan melihat ke arah ketua osis, “Bagaimana pendapat anda, Ketua Ethan?”
Semuanya berbalik ke arah Ethan, di kumpulan ekspresi terkejut hanya ketua osis yang diam dan menyadari sesuatu.
Dia menyipitkan mata dan tersenyum, “Kau…benar-benar unik.”
“Apa yang dimaksud Edward, ketua Ethan?” Estelle bertanya.
Ethan mengangguk dan mulai berbicara, “Hari pertama semester 2 nanti, selain adanya pertemuan siswa di auditorium, kepala sekolah berencana untuk mengadakan acara pemberian artefak pada beberapa murid yang beruntung.”
Huffman berdiri dan berteriak, “Artefak!? Benda seberharga itu akan diberikan kepada siswa?”
Event penyerangan dimulai saat pemberian Artefak, benda sihir dari era kuno yang bisa memilih pemiliknya. Masing-masing punya kegunaan yang berbeda, entah untuk senjata, perisai, atau hanya sekedar hiasan rumah, masing-masing dari mereka punya nilai mereka sendiri.
Ethan menjawab, “Aku juga terkejut saat kepala sekolah memberitahuku. Katanya ‘Aku muak melihat benda-benda ini berdebu di gudangku, jadi akan kuberikan kepada murid-murid yang beruntung.’ Aku berpikir untuk memukulnya saat melihat wajah santainya itu.”
Ethan menggenggam tangannya dan suara kesal menggema di dalam ruangan osis.
“Tapi, Edward. Informasi ini kebetulan dikatakan oleh kepala sekolah beberapa saat sebelum liburan musim panas dimulai. Dan saat itu hanya ada aku dan kepala sekolah di ruangannya, darimana kamu tahu?”
Kali ini pandangan tertuju padaku.
Aku mengangkat tangan, “Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya bertanya pendapat anda, ketua Ethan. Siapa sangka akan ada ada pemberian artefak di hari pertama nanti. Saya pun juga terkejut. Hahaha…”
Ethan membuka matanya, “Haha, sepertinya aku terjebak ya.”
Suara tawaku dan Ethan menggema di ruang osis.
“Ehem, Daripada itu ketua Ethan. Anda bilang jika hanya ada anda dan Kepala Sekolah kan waktu itu?”
Ethan menyadari sesuatu, “Apa itu berarti informasi itu bocor di ruangan kepala sekolah?”
Claudia Rente, bendahara osis berbicara, “Sebentar! Bukankah itu tidak mungkin?”
Aku dan Ethan menggelengkan kepala.
Ethan yang menjawab, “Seharusnya. Tapi jika Order memang niat dalam menyusupkan sihir seperti perekam suara di sana, aku tidak yakin kepala sekolah akan sadar juga. Ini mengkhawatirkan, bukankah ruangan ini juga sudah bocor?”
Panik melanda seisi ruangan dan semuanya melihat ke seluruh sudut ruangan. Claudia buru-buru merapal sihir untuk mendeteksi sihir tersembunyi.
Ethan bertanya, “Bagaimana?”
“Tidak ada apapun…Tapi jika sihirnya mampu melewati deteksi kepala sekolah, aku tidak terlalu percaya.” Claudia memasang wajah pahit.
Saat itu aku bicara, “Saya rasa tidak ada apapun di sini. Baik staff atau profesor mungkin tidak terlalu curiga dengan beberapa murid seperti kita.”
Keraguan masih menyelimuti kami. Tidak ada ruangan yang bisa kami gunakan selain ruangan osis ini, jadi tidak ada usul untuk pergi ke tempat lain. Jadi, Estelle dan Claudia mengaktifkan sihir ruangan kedap suara di sekitar kami.
Aku berbicara, “Saya lanjutkan.”
Aku menggambar rute-rute yang aku ingat dari game, alur Nova pergi dari auditorium menuju taman, kemudian ke ruang kelas, perpustakaan, dan diakhiri dengan asrama. Selain Artefak, Nova juga akan diincar dan hanya aku yang tahu.
“Kalau begitu, kita perlu memasang perangkap di tempat-tempat yang menjadi rute para siswa dan memonitoring pergerakan profesor dan staff selama liburan musim panas ini. Tapi saya rasa perlu investigasi lebih lanjut tentang ini. Apakah ada yang keberatan?”
Claudia mengangkat tangan, “Bagaimana dengan rencana milik Ketua Ethan?”
“Tidak ada perubahan, sihir jebakan hanya untuk mengamankan para murid dan mengejutkan penyerang. Dengan begitu, rencana defensif Ketua Ethan bisa lebih agresif dan lebih mengintimidasi.”
Claudia menganggukkan kepala. Kemudian kami lanjut berdiskusi beberapa hal yang masih ada kejanggalan, dan jika ada informasi yang kurang semuanya berencana untuk melanjutkan diskusinya esok hari. Selain anggota inti, ada beberapa orang lagi yang telah dimintai bantuan, tapi bukan tugasku untuk menyampaikan rencananya.
Aku juga perlu mengonfirmasi ingatanku di beberapa tempat di Arcadia. Jadi setelah ini aku berencana berkeliling Arcadia.
Pertemuan kami berakhir saat langit berwarna kemerahan dan Estelle memanggilku.
“Edward.”
“Ada apa tuan putri?”
Estelle tersenyum, “Aku berterima kasih untuk bantuanmu.”
Aku menggelengkan kepala, “Saya sudah berjanji. Saya juga mengharapkan bantuan tuan putri perihal serangan kepada saya.”
“Aku berjanji. Kalau begitu, pulanglah ke asrama dan beristirahatlah.”
“Baik.”
Aku pun pulang ke asrama.
Wow. Aku tamat. “Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?” Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari. Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia. Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan. Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun. “Uhhh tidak. Aku ingin pergi.” Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”Roh yang suka culik-culik anak-anak
“ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda
“Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang
“Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d
Apakah karena kemarin adalah hari pertama dan banyak yang fokus dengan artefak kepala sekolah? Pandangan mereka kepadaku hari ini jauh lebih banyak dan intens. Berusaha mengabaikan semua hal itu, aku berjalan sampai akhirnya ada di depan pintu kelas. Kreak Semua tatapan menuju ke arahku. “Huh.” Menghela napas singkat aku berjalan ke kursi yang tampak kosong dan jauh dari kerumunan. Baru setelah aku duduk mereka mengalihkan pandangan mereka. Sepertinya pilihanku benar. Beberapa menit kemudian wali kelas 1-B, Profesor Hubert, masuk ke dalam ruangan dia menjelaskan singkat kejadian kemarin dan melanjutkan kelas seperti tidak ada apa-apa. Sama seperti di game, Arcadia tidak ingin membahas perihal pengkhianatan ini secara terang-terangan. Dari kejadian kemarin aku mengetahui satu hal, yaitu betapa tidak sempurnanya informasi yang aku ketahui perihal skenarionya. Seberapa kuat ingatanmu, kau tidak akan bisa tahu apa yang belum pernah kau lihat. Yang artinya, aku merasa seperti berd
Walaupun kepala sekolah menyayangkan penolakanku, Bertha yang ada di sampingku membantuku meyakinkan kepala sekolah.Dengan senyum menyerah, kepala sekolah melepas kami berdua dan aku pun berjalan kembali ke asrama. Aku sendirian sejak Berha kembali ke perpustakaan sebelum aku keluar dari ruangan. Pada saat aku berjalan menuruni tangga, ada seorang perempuan dengan rambut putih bersih disana melihatku. Silhouette Cloak yang menggantung di pundaknya masih terlihat kaku dan canggung untuknya.Menundukkan kepala memberikan salam kepada Amelia, aku berjalan melewatinya berusaha menuruni tangga. Tapi saat kita saling sejajar dia memanggilku.“Edward. Kita sekelas bukan?”Walaupun terkejut aku menjawab, “Kamu…Amelia. Ya, kita sekelas.”Kemudian dia melirik saku kanan celanaku, “Di sakumu, terdapat artefak.”“Apa yang kau maksud?” tanyaku bingung.Amelia melihatku dengan tatapan tajam, “Tidak perlu bohong. Jubah ini bisa mendeteksi keberadaan artefak.”Aku tidak menyangka dia sudah bisa men
Hari demi hari berlalu kulalui dengan membantu anggota osis menyelesaikan masalahnya. Karena aku tidak punya kegiatan lain selain ke perpustakaan atau kelas, aku tidak begitu punya masalah. Aku juga tidak perlu khawatir mengganggu progres Nova karena osis seingatku tidak terlalu disinggung dalam gamenya. “Edward. Terima kasih selama 2 minggu ini.” Kata Ethan sambil memberikanku teh panas. Akhirnya setelah 2 minggu lamanya, permasalahan di hari pertama semester 2 mendekati akhirnya. “Terima kasih, ketua.” Aku menerima tehnya. Menyeruput teh panas itu dengan hati-hati aku merilekskan tubuhku di ruangan osis. Berkat aku yang setiap hari datang kesini setiap ada waktu luang, aku mengingat semua wajah dan nama para anggota osis. Hubunganku dengan para anggota inti osis juga menjadi lebih dekat selama 2 minggu. Rasanya aneh, aku bukan anggota osis tapi aku malah sering ke sini bagaikan orang dalam. Para anggota lain yang mengenal Edward sebelumnya juga menghindariku pada awalnya, t
Amelia menatap Edward yang berdiri di depannya menatap benci ke arahnya. “Apa?” tanya Edward. Pada awalnya Amelia hanya berencana mengintimidasi Edward karena dia tahu jika Edward tidak memiliki kemampuan sihir yang lebih. Jadi dia mengira Edward akan patuh saat dia berusaha mengancamnya. Tapi hal itu terbukti salah. ‘Wajahnya sama saat dia berhadapan dengan profesor Libert waktu itu.’ pikirnya. Edward pada saat berdebat dengan profesor Libert tidak banyak berekspresi seperti mesin. Tapi setiap tatapan, pilihan kata, dan gesturnya begitu kuat sampai sekelas profesor Libert pun bergetar saat itu. Edward mungkin tidak tahu dan menganggap jika Profesor Libert lah yang menjadikannya lebih terasingkan seperti sekarang. Tapi Amelia dan teman sekelasnya yang melihat perdebatan itu tahu, rasa yang muncul saat melihat Edward mengalahkan profesor Libert tanpa ampun adalah ‘Ngeri’. Walaupun tidak memiliki kemampuan praktik sihir yang bagus, otaknya menampung semua pengetahuan yang sekelas