Walaupun kepala sekolah menyayangkan penolakanku, Bertha yang ada di sampingku membantuku meyakinkan kepala sekolah.Dengan senyum menyerah, kepala sekolah melepas kami berdua dan aku pun berjalan kembali ke asrama. Aku sendirian sejak Berha kembali ke perpustakaan sebelum aku keluar dari ruangan. Pada saat aku berjalan menuruni tangga, ada seorang perempuan dengan rambut putih bersih disana melihatku. Silhouette Cloak yang menggantung di pundaknya masih terlihat kaku dan canggung untuknya.Menundukkan kepala memberikan salam kepada Amelia, aku berjalan melewatinya berusaha menuruni tangga. Tapi saat kita saling sejajar dia memanggilku.“Edward. Kita sekelas bukan?”Walaupun terkejut aku menjawab, “Kamu…Amelia. Ya, kita sekelas.”Kemudian dia melirik saku kanan celanaku, “Di sakumu, terdapat artefak.”“Apa yang kau maksud?” tanyaku bingung.Amelia melihatku dengan tatapan tajam, “Tidak perlu bohong. Jubah ini bisa mendeteksi keberadaan artefak.”Aku tidak menyangka dia sudah bisa men
Hari demi hari berlalu kulalui dengan membantu anggota osis menyelesaikan masalahnya. Karena aku tidak punya kegiatan lain selain ke perpustakaan atau kelas, aku tidak begitu punya masalah. Aku juga tidak perlu khawatir mengganggu progres Nova karena osis seingatku tidak terlalu disinggung dalam gamenya. “Edward. Terima kasih selama 2 minggu ini.” Kata Ethan sambil memberikanku teh panas. Akhirnya setelah 2 minggu lamanya, permasalahan di hari pertama semester 2 mendekati akhirnya. “Terima kasih, ketua.” Aku menerima tehnya. Menyeruput teh panas itu dengan hati-hati aku merilekskan tubuhku di ruangan osis. Berkat aku yang setiap hari datang kesini setiap ada waktu luang, aku mengingat semua wajah dan nama para anggota osis. Hubunganku dengan para anggota inti osis juga menjadi lebih dekat selama 2 minggu. Rasanya aneh, aku bukan anggota osis tapi aku malah sering ke sini bagaikan orang dalam. Para anggota lain yang mengenal Edward sebelumnya juga menghindariku pada awalnya, t
Amelia menatap Edward yang berdiri di depannya menatap benci ke arahnya. “Apa?” tanya Edward. Pada awalnya Amelia hanya berencana mengintimidasi Edward karena dia tahu jika Edward tidak memiliki kemampuan sihir yang lebih. Jadi dia mengira Edward akan patuh saat dia berusaha mengancamnya. Tapi hal itu terbukti salah. ‘Wajahnya sama saat dia berhadapan dengan profesor Libert waktu itu.’ pikirnya. Edward pada saat berdebat dengan profesor Libert tidak banyak berekspresi seperti mesin. Tapi setiap tatapan, pilihan kata, dan gesturnya begitu kuat sampai sekelas profesor Libert pun bergetar saat itu. Edward mungkin tidak tahu dan menganggap jika Profesor Libert lah yang menjadikannya lebih terasingkan seperti sekarang. Tapi Amelia dan teman sekelasnya yang melihat perdebatan itu tahu, rasa yang muncul saat melihat Edward mengalahkan profesor Libert tanpa ampun adalah ‘Ngeri’. Walaupun tidak memiliki kemampuan praktik sihir yang bagus, otaknya menampung semua pengetahuan yang sekelas
Tidak ada peraturan khusus yang diterapkan dalam duel Nova dan Liben. Selain tidak boleh membunuh satu sama lain, mereka bebas menggunakan sihir apa untuk memenangkan pertandingan mereka. Sampai lawan berkata menyerah atau tidak sadarkan diri, mereka bisa tetap bertarung.Aku berpikiran untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat dengan baik kemampuan protagonis. Tapi jadi tidak fokus saat kepala sekolah datang dan duduk dengan santai di sampingku.“Pertandingan antara murid kelas satu Nova, dan murid kelas 2 Liben akan dimulai.” Suara profesor yang menjadi wasit terdengar.“Hahaha! Tidak kusangka akan terjadi hal menarik saat aku diam mengurus dokumen di ruanganku.” Kepala sekolah sekarang menggunakan persona malas-malasannya dan melihat Nova dan Liben dengan ketertarikan.“Nova yang dipilih oleh kerajaan karena bakatnya dan Liben yang dididik keras oleh keluarganya sampai menjadi jenius saling bertarung. Menurutmu siapa yang menang?” tanya Kepala sekolah kepadaku.Aku tetap diam
Pertandingan antara Nova dan Liben menjadi pembicaraan hangat di seluruh Arcadia. Dilabelkan sebagai pertandingan antara Jenius masa lalu Vs Jenius masa kini. Aku yang mendengarnya tidak bisa menahan untuk tertawa. Bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak berbeda sampai 1 tahun tapi sudah dibedakan menjadi masa lalu dan masa kini. Ethan juga berkata jika itu terlalu membual dan segera menekan judul menggelikan itu. Selain hal itu, aku tidak mengalami hal-hal yang menarik untuk dibicarakan. Hari-hari berlanjut denganku yang pulang pergi Arcadia dan asrama serta mencari petunjuk tentang Edward bersama Estelle. Sayangnya, tidak ada petunjuk apapun yang memuaskan. Estelle juga kecewa karena dia tidak menyangka sesulit ini untuk mencari petunjuk untukku. “Akh!” Aku terpental saat Vintage melancarkan serangan kepadaku membuatku terjatuh ke tanah. Vintage melihatku dengan tatapan terkejut, “Belajarmu cepat Edward.” “Apa itu cemooh?” tanyaku sambil melihat langit pagi. Melihat pertandinga
Aku merasakan sebuah pisau menusuk jantungku. Dengan senyuman lebar seolah rencananya berhasil, seniorku membiarkanku jatuh dengan pisau yang masih menancap.“Makasih ya…Sekarang sudah waktunya kamu pergi.” Psikopat, pikirku. Tidak ada gestur menyesal ataupun keraguan tapi pengkhianatan yang sudah terstruktur. Kukira ada apa aku dipanggil ke gang kecil saat pesta perilisan game besar kami diadakan, tapi ternyata ini yang menantiku.“Kenapa…?” tanyaku kecil.“Kenapa? Karena aku tidak mau ada kau lagi di perusahaan ini. Bisa-bisanya hanya karena sekedar ingatanmu yang sedikit bagus itu aku disingkirkan dari desainer utama. Selama pengembangan aku sudah cukup menahan diri lho? Tapi sekarang aku sudah muak, maaf ya~”Tidak ada perasaan maaf di kalimatnya. Melainkan hanyalah nada bercanda dan senyuman jahatnya saat melihatku tergeletak di tanah. Seniorku pun pergi dengan langkah ringan.Sialan…Lagi-lagi karena kemampuan ingatanku aku dikhianati oleh orang yang kupercaya. Mereka pikir aku
“Apakah kamu sudah tenang?” tanya Vintage dan aku mengangguk pelan. Aku yang akhirnya tenang setelah puas tertawa dibawa ke pos ksatria. Untungnya Vintage bukanlah tipe ksatria keras kepala jadi aku bisa dimaafkan dengan mudah. Dia yang awalnya memberikan tatapan bingung dan waspada, sekarang malah di penuhi tatapan cemas dan mengasihani. Aku berbicara, “Maaf, sepertinya saya masih belum sepenuhnya bangun tadi.” Vintage menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak memikirkan kondisimu dan langsung menginterogasi.” Vintage melanjutkan, “Untuk detail yang ada di TKP tadi akan diselidiki oleh personil kami. Tapi untuk berjaga-jaga, apakah kamu tidak tahu apa yang terjadi di tempat tadi?” Menggelengkan kepala aku menjawab, “Maaf, tapi ketika aku sadar semuanya sudah menjadi seperti itu.” Gang kecil tempatku ditemukan tadi penuh dengan kerusakan dan sisa pertarungan yang cukup sengit. Aku yang ada di sana, tidak dianggap sebagai pelaku tetapi sebag
Paginya, aku mendatangi pos ksatria karena Vintage masih perlu menginvestigasi kejadian kemarin. “Oh Edward, datangmu pagi sekali. Ini bahkan masih belum jam 6.” Vintage menyapaku saat aku tiba di sana. “Aku selesai lari pagi. Maaf, apakah aku mengganggu?” Vintage menggelengkan kepala, “Tidak, kamu datang di waktu yang tepat. Barusan laporan investigasi telah masuk.” Vintage menunjuk beberapa kertas yang ada di depannya. Karena dia mengajakku untuk melihatnya bersama, aku mendengarkan penjelasan darinya. “Sayang sekali, tapi kami tidak menemukan petunjuk apapun tentang siapa pelakunya. Tapi kami tahu jika terjadi pertarungan yang melibatkan pedang dan sihir secara bersamaan dari bekas di TKP.” Kemudian Vintage menurunkan sudut mulutnya sedikit, “Tapi yang jadi aneh tetap kamu Edward. Dari bekas nya, kamu seharusnya mampu melawan walaupun pada akhirnya kalah. Tapi saat aku membawa data milikmu dari Akademi, maaf tapi kamu bukan siswa yang cemerlang bukan?” Aku mengangguk. Tubuh