Paginya, aku mendatangi pos ksatria karena Vintage masih perlu menginvestigasi kejadian kemarin.
“Oh Edward, datangmu pagi sekali. Ini bahkan masih belum jam 6.” Vintage menyapaku saat aku tiba di sana.
“Aku selesai lari pagi. Maaf, apakah aku mengganggu?”
Vintage menggelengkan kepala, “Tidak, kamu datang di waktu yang tepat. Barusan laporan investigasi telah masuk.”
Vintage menunjuk beberapa kertas yang ada di depannya. Karena dia mengajakku untuk melihatnya bersama, aku mendengarkan penjelasan darinya.
“Sayang sekali, tapi kami tidak menemukan petunjuk apapun tentang siapa pelakunya. Tapi kami tahu jika terjadi pertarungan yang melibatkan pedang dan sihir secara bersamaan dari bekas di TKP.”
Kemudian Vintage menurunkan sudut mulutnya sedikit, “Tapi yang jadi aneh tetap kamu Edward. Dari bekas nya, kamu seharusnya mampu melawan walaupun pada akhirnya kalah. Tapi saat aku membawa data milikmu dari Akademi, maaf tapi kamu bukan siswa yang cemerlang bukan?”
Aku mengangguk. Tubuh Edward tidak berbakat menggunakan sihir padahal dia bersekolah di Akademi sihir prestisius. Aku melihat riwayatnya tentang praktik sihir semester 1 kemarin dan hasilnya adalah 0 besar. Edward dinilai tidak memiliki bakat sihir dari segi kuantitas Mana, ataupun kontrol mana.
“Kamu tidak bohong dan menyembunyikan identitasmu kan?” Suasananya menjadi lebih mencekam saat Vintage melihatku dengan mata menginterogasi. Dia memperhatikan gerak-gerikku dengan teliti.
Aku menggelengkan kepala, “Tidak, aku memang tidak berbakat dalam sihir ataupun bertarung. Walaupun aku menyembunyikan identitas, bukankah lebih masuk akal kalau aku pergi sebelum Tuan Vintage datang?”
Aku bangun sekitar 20 menit sebelum Vintage datang. Cukup banyak waktu untukku kabur jika aku adalah pelaku yang ada disana.
Vintage juga mendengus kecil, “Ya, aku percaya denganmu.”
Aku memiringkan kepala, “Semudah itu Tuan percaya?”
Vintage melihatku dengan tatapan lelah, “Meskipun semua kejadiannya misterius. Aku yakin jika perilakumu saat melihatku bukanlah perilaku pelaku tapi seorang korban. Pelaku mana yang tertawa seperti seorang maniak diatas darahnya sendiri dengan tatapan kosong seperti itu?”
Aku yang langsung paham tertawa kecil. Sekarang aku merasa ingin menutup seluruh wajahku dengan topeng atau semacamnya.
“Ehem, aku minta maaf atas kejadian kemarin.” kataku malu.
Vintage tertawa, “Tidak masalah tidak masalah. Aku juga tahu kalau kamu masih terkena shock atau lainnya. Apakah kamu sekarang baik-baik saja?”
Aku mengangguk, “Setelah tidur aku telah pulih kembali, ya walaupun luka di kepalaku masih ada.” Aku menunjuk perban yang mengelilingi kepalaku.
“Jadi apakah kamu mengingat sesuatu tentang kejadian kemarin?”
“Sayangnya tidak. Tidak ada ingatan yang muncul ataupun semacamnya.”
“Begitu ya…”
Vintage menyandarkan tubuhnya lelah. Aku bisa melihat kantung mata di bawah matanya menunjukkan keseriusannya dalam bekerja.
Banyak misteri yang menyelimuti kejadianku kemarin. Siapa pelakunya? Apa motif nya? Kenapa aku? Dan lainnya. Tapi ada yang menggangguku saat tadi pagi mengelilingi kamar milik Edward.
Kamarnya sangat kosong, tidak ada barang-barang selain kepentingan Akademi. Murid pada umumnya paling tidak memiliki barang yang dia beli sendiri ataupun hadiah dari teman-temannya. Kamarnya yang kosong seperti berteriak, “Tidak ada yang hidup disini.”
Aku jadi mengingat kondisi kamarku yang mirip dengannya saat jamanku sekolah.
Apakah kejadian kemarin dan kondisi kamar Edward bersangkutan? Karena tidak ada hubungan pasti, aku tidak bisa seenaknya mengatakan hal itu.
Clap
Satu tepukan Vintage mengembalikan kesadaranku.“Ya, sementara kami akan terus menyelidiki kejadian ini. Untuk beberapa hari kedepan, kamu bisa datang ke pos ini dengan jam yang sama. Aku akan terus memberikan kemajuan investigasi itu sekaligus kita berdiskusi. Walaupun di riwayat Akademi kamu tidak pandai praktik, kemampuan teorimu adalah yang terbaik di Akademi. Aku berharap lebih padamu.”
Aku mengangguk mantap dan pergi dari pos ksatria kembali ke Akademi Arcadia sambil jogging singkat. Aku ingin makan sesuatu.
**
Untungnya, meskipun liburan musim panas Cafetaria di gedung utama masih dibuka. Edward juga memiliki lumayan banyak uang saku, jadi aku menggunakannya tanpa ragu-ragu.
Membawa makanan ke meja, aku makan dengan tenang. Atau itulah yang aku harapkan sampai aku menyadari tatapan dari murid-murid sekitar. Tatapan mencurigakan seolah berkata, “Kenapa kau ada di sini?”
Meskipun liburan, yang mampu pulang ke kampung halaman hanyalah mereka yang punya uang dan bangsawan. Mereka yang bukan keduanya menetap di Arcadia untuk melanjutkan belajar atau bekerja di kota. Edward, juga sepertinya begitu.
Apakah Edward punya keluarga? Jika ada aku kasihan dengan mereka yang kehilangan anaknya dan tiba-tiba diganti olehku.
“Hei kau.”
Aku memakan tomat di piring dengan garpu. Setelah ini mungkin aku akan menuju ke perpustakaan untuk mengumpulkan informasi.
“Hei, aku memanggilmu!”
Walaupun ini adalah dunia CHC, tapi pada akhirnya itu hanyalah game yang mengambil beberapa elemen saja. Kenyataan pasti sangat berbeda dan banyak hal yang aku tidak tahu.
Sepertinya aku bisa mengalihkan pikiranku dari kematian jika seperti itu.
“Hei!? Kenapa kau mengabaikanku.”
Setelah memakan daging terakhir, aku menatap seorang perempuan berambut merah pendek dengan jepit rambut di poninya yang ada di depanku.
“Kenapa?” tanyaku.
“Kau…mengabaikanku hanya untuk makanan?”
Tanpa ragu aku mengangguk. Makanannya enak, aku fokus untuk mengingat setiap tekstur dan rasa yang diberikan tadi. Perempuan itu menatapku dengan mata merah darahnya yang dipenuhi kebencian.
Brak!!
Mejaku seketika terguncang saat dia memukul meja dengan kedua tangannya. Orang-orang di sekitar seketika sunyi dan memperhatikan kami berdua.“Kau tidak tahu mereka semua tidak nyaman dengan adanya kau disini!? Bisa-bisa kau makan tenang seperti tidak bersalah.” Dia sepertinya berusaha menjadi perwakilan murid lain yang menatapku dengan tidak nyaman.
“Terus? Kamu mau aku ngapain?” Meskipun mereka tidak nyaman, itu terserah mereka. Kenapa perempuan ini ikut campur?
“Pergilah dari sini! Dengan begitu suasananya akan menjadi lebih nyaman.”
Aku menghela napas, “Hei, namamu siapa?” Aku tahu perempuan ini siapa tapi aku tetap menanyakannya.
“Apa hubungannya?” Tanyanya dengan nada jengkel.
“Nona Rose Vilite, siswi kelas 1-A. Sebagai bangsawan tingkat Earl bukankah kau malu melakukan hal yang jauh dari kata bijaksana?” Suara merdu datang dari jauh.
“Ha? Siapa yang mengatakan…itu…” Rose di depanku yang ingin meledak, langsung ciut saat dia melihat siapa yang mengatakannya.
“Putri Estelle!? Kenapa anda ada di sini?”
Suara terkejut mengisi seluruh Cafetaria, saat putri kerajaan tiba-tiba datang ke Cafetaria. Dengan rambut hitamnya yang seperti merepresentasikan langit malam dan mata violetnya yang seperti bersinar itu, dia mendiamkan seluruh Cafeteria hanya dengan kharismanyaAku yang ada di sana juga terbelalak melihat kehadiran putri kerajaan di Cafetaria pagi-pagi seperti ini. Ada urusan apa dia disini?
Aku melihat Estelle, salah satu karakter yang ku desain menghadapi Rose salah satu karakter yang juga kudesain. Situasi macam apa ini?
“Sebagai murid Arcadia, bukankah wajar jika aku datang untuk sarapan di Cafetaria?”
“Ta-tapi, i-ini kan liburan musim panas.” tanya Rose.
Estelle menyipitkan matanya, “Kenapa kau perlu tahu tindakanku, Nona Rose Vilite?”
Wajah Rose pucat saat ditanya oleh Estelle. Bagi bangsawan, otoritas putri kerajaan pasti sangatlah kuat karena itu hampir sama dengan di hadapan raja. Bahkan aku yang ada di samping penampakan itu, menelan ludah saat Estelle bertanya.
Kharismanya bukan kharisma anak 16 tahun. Aku yang tadinya muak dengan Rose pun sampai kasihan dengannya.
“Sa-saya minta maaf, putri.” Rose menundukkan kepalanya meminta maaf.
Estelle melihatnya sejenak dan tersenyum lembut, “Angkat kepalamu. Aku juga meminta maaf karena menegurmu seperti itu.”
“Ti-tidak! Itu kesalahan saya karena terlalu berpikir sempit. Kalau begitu, saya undur diri.” Rose pergi melarikan diri dari hadapan predator. Aku tidak sadar langsung menghela napas lega karena dibebaskan dari tekanan tadi.
“Saya berterima kasih, Putri Estelle.” Aku berdiri dan memberikan salutan pada putri.
Estelle menggelengkan kepala, “Tidak, aku hanya ingin sarapan tenang tapi seleraku menjadi buruk saat melihat pertikaian tadi. Jangan terlalu dipikirkan.”
“Terimakasih putri.”
Estelle melihatku cukup lama seperti melihat sesuatu yang menarik.
“Kamu. Namamu siapa?”
“Nama saya Edward, siswa kelas 1-B.”
Wajah Estelle seketika terkejut. Dia melihatku dari kanan ke kiri atas bawah mengobservasi ku dengan detail.
Aku tidak nyaman. Aku memutuskan untuk mengambil jalan yang sama dengan Rose. Aku langsung berbalik mengambil piring kotor yang tadinya ada di meja dan menunduk kepada Estelle “Kalau begitu saya undur diri.”
“Apa? Tunggu..!” Dia terkejut dengan gerakanku yang sangat cepat dan langsung pergi dari pandangannya.
Aku berpura-pura tidak dengar dan segera lari dari Cafetaria.
Vintage melihatku dengan nada bingung dan menginterogasi, “Siapa kamu sebenarnya?” “Apa?” tanyaku bingung. “Coba katakan padaku, barusan kamu telah melakukan apa?” Vintage menekan bagian diantara matanya dengan nada lelah. Aku memutar mataku mencari kalimat yang pas, “Aku menggambarkan kita peta Bertina?” Brak! Ini kedua kalinya aku melihat meja digebrak dengan sangat mudah. Aku sedikit terkejut saat Vintage melakukan hal yang sama dengan Rose. “Kau tidak hanya menggambarkan kita peta Bertina, bodoh!? Kau menggambar seluruh area di Bertina dalam sekali duduk tanpa melihat referensi dan tidak menghabiskan lebih dari 3 jam. Apalagi detail seperti ini…Bagaimana kau bisa membuatnya?” Vintage mengambil peta yang sudah selesai aku gambar dan memandangnya dengan sangat heran. Bertina adalah nama kota yang kami tinggali sekarang. Ibukota dari kerajaan Bertinia sekaligus tempat Arcadia berada. Kemarin saat aku ke perpustakaan, aku melihat peta Bertina untuk dicocokkan dengan ingatanku d
Estelle menatapku dengan tenang, tapi aku yang ada di depannya berusaha bertarung dengan keringat dingin. “Edward, siswa kelas 1-B. Aku dengar 2 hari lalu kamu di serang, bukan?” “Kenapa anda bisa tahu?” Estelle mendengus kecil, “Kamu pikir aku siapa? Vintage, ksatria yang membantumu adalah ksatria yang kebetulan dekat denganku. Aku mendengar darinya jika salah satu siswa Arcadia diserang tapi anehnya dia tidak terluka sama sekali. Dari situlah aku tertarik.” Aku menelan ludah, “Saya rasa tidak ada perlunya Putri kerajaan peduli dengan rakyat jelata seperti saya.” Estelle menggelengkan kepala, “Apa maksudmu? Justru karena aku putri kerajaan aku perlu tahu keadaan dari rakyat tercintaku, terlepas dari kasta mereka.” Aku terdiam mendengar kalimatnya. Seharusnya kalimatnya benar, tapi jika Estelle yang mengatakannya aku merasa jika dia hanya ingin bermain-main denganku. “Bagaimana jika aku membantumu mencari pelakunya?” Tiba-tiba Estelle memberikan tawaran aneh. Kenapa dia tiba-t
Kami menunggu lebih lama di ruang osis sampai beberapa orang pun masuk. Karena beberapa siswa yang dipercaya oleh Estelle adalah anggota inti osis itu sendiri. Ada beberapa keraguan saat rakyat jelata sepertiku ikut rencana mereka, tapi semuanya menjadi reda saat mengetahui jika aku adalah Edward yang memenangkan debat dengan profesor Libert. Meskipun aneh, aku tidak bisa bertanya. “Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?” tanya Ethan Nerve, ketua osis Arcadia setelah menjelaskan rencana mereka. Aku menjawab, “Saya hanya bisa tercengang. Apakah saya benar-benar dibutuhkan?” Ethan tertawa, “Sedikit memalukan tapi, ya kami butuh. Kami bahkan tidak bisa percaya pada profesor, dan kami juga perlu selektif saat memilih rekan.” Sepertinya mereka benar-benar butuh bantuan. Aku menghela napas, “Baik, kalau begitu saya akan berjuang sekerasnya.” Kemudian aku berdiri dan mengambil kapur dari atas meja. Beberapa orang sempat bingung saat aku mulai menggambar sesuatu, tapi mereka semua tetap d
Wow. Aku tamat. “Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?” Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari. Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia. Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan. Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun. “Uhhh tidak. Aku ingin pergi.” Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”Roh yang suka culik-culik anak-anak
“ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda
“Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang
“Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d
Apakah karena kemarin adalah hari pertama dan banyak yang fokus dengan artefak kepala sekolah? Pandangan mereka kepadaku hari ini jauh lebih banyak dan intens. Berusaha mengabaikan semua hal itu, aku berjalan sampai akhirnya ada di depan pintu kelas. Kreak Semua tatapan menuju ke arahku. “Huh.” Menghela napas singkat aku berjalan ke kursi yang tampak kosong dan jauh dari kerumunan. Baru setelah aku duduk mereka mengalihkan pandangan mereka. Sepertinya pilihanku benar. Beberapa menit kemudian wali kelas 1-B, Profesor Hubert, masuk ke dalam ruangan dia menjelaskan singkat kejadian kemarin dan melanjutkan kelas seperti tidak ada apa-apa. Sama seperti di game, Arcadia tidak ingin membahas perihal pengkhianatan ini secara terang-terangan. Dari kejadian kemarin aku mengetahui satu hal, yaitu betapa tidak sempurnanya informasi yang aku ketahui perihal skenarionya. Seberapa kuat ingatanmu, kau tidak akan bisa tahu apa yang belum pernah kau lihat. Yang artinya, aku merasa seperti berd