“Apakah kamu sudah tenang?” tanya Vintage dan aku mengangguk pelan.
Aku yang akhirnya tenang setelah puas tertawa dibawa ke pos ksatria. Untungnya Vintage bukanlah tipe ksatria keras kepala jadi aku bisa dimaafkan dengan mudah.
Dia yang awalnya memberikan tatapan bingung dan waspada, sekarang malah di penuhi tatapan cemas dan mengasihani.
Aku berbicara, “Maaf, sepertinya saya masih belum sepenuhnya bangun tadi.”
Vintage menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak memikirkan kondisimu dan langsung menginterogasi.”
Vintage melanjutkan, “Untuk detail yang ada di TKP tadi akan diselidiki oleh personil kami. Tapi untuk berjaga-jaga, apakah kamu tidak tahu apa yang terjadi di tempat tadi?”
Menggelengkan kepala aku menjawab, “Maaf, tapi ketika aku sadar semuanya sudah menjadi seperti itu.”
Gang kecil tempatku ditemukan tadi penuh dengan kerusakan dan sisa pertarungan yang cukup sengit. Aku yang ada di sana, tidak dianggap sebagai pelaku tetapi sebagai korban.
Tapi seperti yang Vintage periksa sebelumnya, walau bajuku compang-camping dan darah seperti menutup seluruh kulitku anehnya tidak ada bekas luka atau apapun di sekitar tubuhku. Kejadian yang aneh tapi nyata kata Vintage.
“Begitu ya, tapi kami tidak bisa langsung melepaskanmu begitu saja karena yang tahu kejadian tadi hanyalah dirimu. Apakah kamu tidak keberatan?”
“Tidak ada.”
Aku sekarang tidak punya tujuan apa-apa. Bahkan aku tidak tahu siapa diriku atau lebih tepatnya tubuh siapa yang sekarang sedang kugunakan.
Vintage yang seakan ingat sesuatu kembali bicara, “Oh ya, kamu sudah tahu namaku tapi aku belum tahu namamu. Seperti yang kamu tanyakan tadi, benar aku adalah Vintage Regis, ksatria dari pasukan kerajaan divisi 3. Bagaimana dengan dirimu?”
“Aku…”
Aku siapa?
Aku tahu jika ini bukan tubuh 27 tahun saat aku mati. Tapi tubuh yang lebih muda dan aku juga sedang memakai seragam sekolah. Aku tidak bisa asal menyebutkan nama disini.
“Kamu tidak ingat?” tanya Vintage menyadari keraguanku.
“...Maaf.”
“Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Hm...dilihat dari seragam yang kamu kenakan, seharusnya kamu berasal dari Akademi sihir, Arcadia. Bukankah ada semacam kartu pelajar atau apapun di sakumu?”
Aku langsung mencari semua saku yang ada di seragamku dan mengeluarkan sebuah kartu pelajar berwarna merah gelap, dengan fotoku, nama, tahun kelas, dan kelasku.
Vintage yang melihat kartu di tanganku mengangguk pelan, “Dilihat dari warnanya, sepertinya kamu sudah SMA.”
Aku mengangguk, “Namaku Edward, siswa tahun pertama, kelas 1-B, Akademi Arcadia.”
Aneh.
Aku yakin sekali tidak ada karakter ataupun NPC bernama Edward di Celestial Heroes Chronicle. Siapa dia sebenarnya?
“Baik Edward, sebenarnya aku ingin menanyaimu lebih lanjut tapi itu bisa dilakukan besok. Karena sepertinya kamu belum dalam keadaan pulih, lebih baik kamu pulang dan istirahatlah dulu.”
Vintage yang khawatir dengan keadaan mentalku membuat hatiku yang begitu dingin merasakan kehangatan.
Aku merasa kecewa pada diriku yang tidak pernah belajar dari pengkhianatan.
Setelah itu, aku diantar Vintage sampai ke gerbang Arcadia. Tapi sebelum itu aku mandi di pemandian umum dan diberikan baju oleh Vintage karena tidak mungkin aku berjalan sambil berlumuran darah kan?
Kemudian luka satu-satunya yang ada di kepalaku juga dirawat oleh penyihir medis milik ksatria dan sekarang kepalaku di perban.
“Terima kasih banyak.” Aku menundukkan kepalaku pada Vintage.
Dia yang seorang ksatria sejati berkata jika ini sudah menjadi tugasnya kemudian pergi begitu saja. Aku yakin tipe pria sepertinya sangat populer dengan wanita.
Aku mengosongkan pikiranku dan berjalan menuju asrama. Karena aku tidak tahu kamarku, sebelum itu aku ke administrasi asrama untuk mengecek informasi milik Edward ini.
Walaupun masih sore, aku langsung tergeletak di atas kasur. Dibandingkan dengan tanah dingin saat aku ditusuk pisau, kasur empuk ini terasa sangat nyaman bagiku.
Aku yang telah kelelahan mental perlahan kehilangan kesadaran.
**
“Aaagrhh!!” Aku terbangun dari tidurku.
“Haah…haah…haah…”
Aku menekan dada kiriku sangat kuat. Napas dan keringatku tidak beraturan, air mata mengalir seakan tidak pernah berhenti. Rasa yang begitu nyata untuk dibilang mimpi itu adalah tusukan pisau yang diarahkan ke jantungku. Ingatanku yang sangat kuat membuat realita yang sama walaupun seharusnya itu hanyalah mimpi.
Aku menggenggam rambutku yang sekarang coklat.
“Aku benci ini.”
Aku menarik napasku berulang kali berusaha menenangkan diri. Apakah aku beruntung karena hal semacam ini bukanlah yang pertama kali?
“Masih malam…”
Aku melihat kearah jendela yang masih disinari oleh rembulan.
Siapa yang mau tidur kembali saat mimpi buruk melanda mereka? Jelas bukan aku.
Melihat jam di kamar asramaku menunjuk jam 00.15, sepertinya aku mampu tidur lebih dari 5 jam. Daripada aku tidur kembali aku memutuskan untuk mendistraksi pikiranku dengan berpikir keadaanku sekarang.
“Prolog dan chapter 1 sudah selesai ya…”
Aku bergumam kesimpulan yang kudapat setelah melihat lembar siswa milik Edward tadi.
Hari ini, atau lebih tepatnya kemarin karena hari sudah berganti adalah tanggal 23 September 367 Kalender Manusia Umum. Tanggal itu mengindikasikan bahwa Arcadia sekarang melalui liburan musim panas tahunannya dan libur musim panas itu dilakukan untuk mengakhiri semester 1 kurikulum Arcadia. Sekaligus akhir dari Chapter 1 dimana Nova, sang protagonis berhasil menyelamatkan murid-murid lain dari aksi terorisme.
Aku pun berpikir, “Bukankah bagus seperti ini?”
Benar. Ini bukanlah cerita klise dimana aku sebagai orang yang bertransmigrasi perlu melawan takdir karena aku Villain atau bagaimana.
Bahkan Nova yang seorang protagonis mampu berjalan dengan mulus selama 2 bab awal. Tidak ada yang perlu dilakukan karena sudah terdapat bukti jika protagonis mampu berjuang dengan lancar.
“Tapi ya…masalahnya adalah aku sekelas dengan Nova.”
Pada akhirnya mau tidak mau aku akan bertemu dengan protagonis karena kelas kita sama yaitu kelas 1-B.
“Firasatku buruk. Sangat buruk.” Aku memejamkan mata dan menyandarkan punggung di kursi dibasuh sinar rembulan.
“Tidak, aku harus berpikir positif. Nova pasti bisa melakukannya sesuai dengan skenario. Dan skenario itu menuju ke salah satu dari 5 good ending.”
Mencari 5 good ending dari total 75 bad ending dan 1 ambiguous ending. Apakah itu lebih sulit dari mencari jarum ditumpukan jerami?
Aku tidak tahu hal itu sejak aku tidak pernah memainkan gamenya.
Hari ini tanggal 24 September, masih ada 1 minggu sebelum semester 2 dimulai. Walaupun aku menyerahkan segalanya pada Nova, aku perlu mempelajari CHC yang menjadi nyata ini sekaligus mengalihkan pikiranku dari ingatan buruk.
Paginya, aku mendatangi pos ksatria karena Vintage masih perlu menginvestigasi kejadian kemarin. “Oh Edward, datangmu pagi sekali. Ini bahkan masih belum jam 6.” Vintage menyapaku saat aku tiba di sana. “Aku selesai lari pagi. Maaf, apakah aku mengganggu?” Vintage menggelengkan kepala, “Tidak, kamu datang di waktu yang tepat. Barusan laporan investigasi telah masuk.” Vintage menunjuk beberapa kertas yang ada di depannya. Karena dia mengajakku untuk melihatnya bersama, aku mendengarkan penjelasan darinya. “Sayang sekali, tapi kami tidak menemukan petunjuk apapun tentang siapa pelakunya. Tapi kami tahu jika terjadi pertarungan yang melibatkan pedang dan sihir secara bersamaan dari bekas di TKP.” Kemudian Vintage menurunkan sudut mulutnya sedikit, “Tapi yang jadi aneh tetap kamu Edward. Dari bekas nya, kamu seharusnya mampu melawan walaupun pada akhirnya kalah. Tapi saat aku membawa data milikmu dari Akademi, maaf tapi kamu bukan siswa yang cemerlang bukan?” Aku mengangguk. Tubuh
Vintage melihatku dengan nada bingung dan menginterogasi, “Siapa kamu sebenarnya?” “Apa?” tanyaku bingung. “Coba katakan padaku, barusan kamu telah melakukan apa?” Vintage menekan bagian diantara matanya dengan nada lelah. Aku memutar mataku mencari kalimat yang pas, “Aku menggambarkan kita peta Bertina?” Brak! Ini kedua kalinya aku melihat meja digebrak dengan sangat mudah. Aku sedikit terkejut saat Vintage melakukan hal yang sama dengan Rose. “Kau tidak hanya menggambarkan kita peta Bertina, bodoh!? Kau menggambar seluruh area di Bertina dalam sekali duduk tanpa melihat referensi dan tidak menghabiskan lebih dari 3 jam. Apalagi detail seperti ini…Bagaimana kau bisa membuatnya?” Vintage mengambil peta yang sudah selesai aku gambar dan memandangnya dengan sangat heran. Bertina adalah nama kota yang kami tinggali sekarang. Ibukota dari kerajaan Bertinia sekaligus tempat Arcadia berada. Kemarin saat aku ke perpustakaan, aku melihat peta Bertina untuk dicocokkan dengan ingatanku d
Estelle menatapku dengan tenang, tapi aku yang ada di depannya berusaha bertarung dengan keringat dingin. “Edward, siswa kelas 1-B. Aku dengar 2 hari lalu kamu di serang, bukan?” “Kenapa anda bisa tahu?” Estelle mendengus kecil, “Kamu pikir aku siapa? Vintage, ksatria yang membantumu adalah ksatria yang kebetulan dekat denganku. Aku mendengar darinya jika salah satu siswa Arcadia diserang tapi anehnya dia tidak terluka sama sekali. Dari situlah aku tertarik.” Aku menelan ludah, “Saya rasa tidak ada perlunya Putri kerajaan peduli dengan rakyat jelata seperti saya.” Estelle menggelengkan kepala, “Apa maksudmu? Justru karena aku putri kerajaan aku perlu tahu keadaan dari rakyat tercintaku, terlepas dari kasta mereka.” Aku terdiam mendengar kalimatnya. Seharusnya kalimatnya benar, tapi jika Estelle yang mengatakannya aku merasa jika dia hanya ingin bermain-main denganku. “Bagaimana jika aku membantumu mencari pelakunya?” Tiba-tiba Estelle memberikan tawaran aneh. Kenapa dia tiba-t
Kami menunggu lebih lama di ruang osis sampai beberapa orang pun masuk. Karena beberapa siswa yang dipercaya oleh Estelle adalah anggota inti osis itu sendiri. Ada beberapa keraguan saat rakyat jelata sepertiku ikut rencana mereka, tapi semuanya menjadi reda saat mengetahui jika aku adalah Edward yang memenangkan debat dengan profesor Libert. Meskipun aneh, aku tidak bisa bertanya. “Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?” tanya Ethan Nerve, ketua osis Arcadia setelah menjelaskan rencana mereka. Aku menjawab, “Saya hanya bisa tercengang. Apakah saya benar-benar dibutuhkan?” Ethan tertawa, “Sedikit memalukan tapi, ya kami butuh. Kami bahkan tidak bisa percaya pada profesor, dan kami juga perlu selektif saat memilih rekan.” Sepertinya mereka benar-benar butuh bantuan. Aku menghela napas, “Baik, kalau begitu saya akan berjuang sekerasnya.” Kemudian aku berdiri dan mengambil kapur dari atas meja. Beberapa orang sempat bingung saat aku mulai menggambar sesuatu, tapi mereka semua tetap d
Wow. Aku tamat. “Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?” Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari. Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia. Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan. Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun. “Uhhh tidak. Aku ingin pergi.” Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”Roh yang suka culik-culik anak-anak
“ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda
“Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang
“Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d