Share

Chapter 2

“Apakah kamu sudah tenang?” tanya Vintage dan aku mengangguk pelan.

Aku yang akhirnya tenang setelah puas tertawa dibawa ke pos ksatria. Untungnya Vintage bukanlah tipe ksatria keras kepala jadi aku bisa dimaafkan dengan mudah.

Dia yang awalnya memberikan tatapan bingung dan waspada, sekarang malah di penuhi tatapan cemas dan mengasihani.

Aku berbicara, “Maaf, sepertinya saya masih belum sepenuhnya bangun tadi.”

Vintage menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak memikirkan kondisimu dan langsung menginterogasi.”

Vintage melanjutkan, “Untuk detail yang ada di TKP tadi akan diselidiki oleh personil kami. Tapi untuk berjaga-jaga, apakah kamu tidak tahu apa yang terjadi di tempat tadi?”

Menggelengkan kepala aku menjawab, “Maaf, tapi ketika aku sadar semuanya sudah menjadi seperti itu.”

Gang kecil tempatku ditemukan tadi penuh dengan kerusakan dan sisa pertarungan yang cukup sengit. Aku yang ada di sana, tidak dianggap sebagai pelaku tetapi sebagai korban.

Tapi seperti yang Vintage periksa sebelumnya, walau bajuku compang-camping dan darah seperti menutup seluruh kulitku anehnya tidak ada bekas luka atau apapun di sekitar tubuhku. Kejadian yang aneh tapi nyata kata Vintage.

“Begitu ya, tapi kami tidak bisa langsung melepaskanmu begitu saja karena yang tahu kejadian tadi hanyalah dirimu. Apakah kamu tidak keberatan?”

“Tidak ada.”

Aku sekarang tidak punya tujuan apa-apa. Bahkan aku tidak tahu siapa diriku atau lebih tepatnya tubuh siapa yang sekarang sedang kugunakan.

Vintage yang seakan ingat sesuatu kembali bicara, “Oh ya, kamu sudah tahu namaku tapi aku belum tahu namamu. Seperti yang kamu tanyakan tadi, benar aku adalah Vintage Regis, ksatria dari pasukan kerajaan divisi 3. Bagaimana dengan dirimu?”

“Aku…”

Aku siapa?

Aku tahu jika ini bukan tubuh 27 tahun saat aku mati. Tapi tubuh yang lebih muda dan aku juga sedang memakai seragam sekolah. Aku tidak bisa asal menyebutkan nama disini.

“Kamu tidak ingat?” tanya Vintage menyadari keraguanku.

“...Maaf.”

“Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Hm...dilihat dari seragam yang kamu kenakan, seharusnya kamu berasal dari Akademi sihir, Arcadia. Bukankah ada semacam kartu pelajar atau apapun di sakumu?”

Aku langsung mencari semua saku yang ada di seragamku dan mengeluarkan sebuah kartu pelajar berwarna merah gelap, dengan fotoku, nama, tahun kelas, dan kelasku.

Vintage yang melihat kartu di tanganku mengangguk pelan, “Dilihat dari warnanya, sepertinya kamu sudah SMA.”

Aku mengangguk, “Namaku Edward, siswa tahun pertama, kelas 1-B, Akademi Arcadia.”

Aneh.

Aku yakin sekali tidak ada karakter ataupun NPC bernama Edward di Celestial Heroes Chronicle. Siapa dia sebenarnya?

“Baik Edward, sebenarnya aku ingin menanyaimu lebih lanjut tapi itu bisa dilakukan besok. Karena sepertinya kamu belum dalam keadaan pulih, lebih baik kamu pulang dan istirahatlah dulu.”

Vintage yang khawatir dengan keadaan mentalku membuat hatiku yang begitu dingin merasakan kehangatan.

Aku merasa kecewa pada diriku yang tidak pernah belajar dari pengkhianatan.

Setelah itu, aku diantar Vintage sampai ke gerbang Arcadia. Tapi sebelum itu aku mandi di pemandian umum dan diberikan baju oleh Vintage karena tidak mungkin aku berjalan sambil berlumuran darah kan?

Kemudian luka satu-satunya yang ada di kepalaku juga dirawat oleh penyihir medis milik ksatria dan sekarang kepalaku di perban.

“Terima kasih banyak.” Aku menundukkan kepalaku pada Vintage.

Dia yang seorang ksatria sejati berkata jika ini sudah menjadi tugasnya kemudian pergi begitu saja. Aku yakin tipe pria sepertinya sangat populer dengan wanita.

Aku mengosongkan pikiranku dan berjalan menuju asrama. Karena aku tidak tahu kamarku, sebelum itu aku ke administrasi asrama untuk mengecek informasi milik Edward ini.

Walaupun masih sore, aku langsung tergeletak di atas kasur. Dibandingkan dengan tanah dingin saat aku ditusuk pisau, kasur empuk ini terasa sangat nyaman bagiku. 

Aku yang telah kelelahan mental perlahan kehilangan kesadaran.

**

“Aaagrhh!!” Aku terbangun dari tidurku.

“Haah…haah…haah…”

Aku menekan dada kiriku sangat kuat. Napas dan keringatku tidak beraturan, air mata mengalir seakan tidak pernah berhenti. Rasa yang begitu nyata untuk dibilang mimpi itu adalah tusukan pisau yang diarahkan ke jantungku. Ingatanku yang sangat kuat membuat realita yang sama walaupun seharusnya itu hanyalah mimpi.

Aku menggenggam rambutku yang sekarang coklat.

“Aku benci ini.”

Aku menarik napasku berulang kali berusaha menenangkan diri. Apakah aku beruntung karena hal semacam ini bukanlah yang pertama kali?

“Masih malam…”

Aku melihat kearah jendela yang masih disinari oleh rembulan.

Siapa yang mau tidur kembali saat mimpi buruk melanda mereka? Jelas bukan aku.

Melihat jam di kamar asramaku menunjuk jam 00.15, sepertinya aku mampu tidur lebih dari 5 jam. Daripada aku tidur kembali aku memutuskan untuk mendistraksi pikiranku dengan berpikir keadaanku sekarang.

“Prolog dan chapter 1 sudah selesai ya…”

Aku bergumam kesimpulan yang kudapat setelah melihat lembar siswa milik Edward tadi.

Hari ini, atau lebih tepatnya kemarin karena hari sudah berganti adalah tanggal 23 September 367 Kalender Manusia Umum. Tanggal itu mengindikasikan bahwa Arcadia sekarang melalui liburan musim panas tahunannya dan libur musim panas itu dilakukan untuk mengakhiri semester 1 kurikulum Arcadia. Sekaligus akhir dari Chapter 1 dimana Nova, sang protagonis berhasil menyelamatkan murid-murid lain dari aksi terorisme.

Aku pun berpikir, “Bukankah bagus seperti ini?”

Benar. Ini bukanlah cerita klise dimana aku sebagai orang yang bertransmigrasi perlu melawan takdir karena aku Villain atau bagaimana.

Bahkan Nova yang seorang protagonis mampu berjalan dengan mulus selama 2 bab awal. Tidak ada yang perlu dilakukan karena sudah terdapat bukti jika protagonis mampu berjuang dengan lancar.

“Tapi ya…masalahnya adalah aku sekelas dengan Nova.”

Pada akhirnya mau tidak mau aku akan bertemu dengan protagonis karena kelas kita sama yaitu kelas 1-B.

“Firasatku buruk. Sangat buruk.” Aku memejamkan mata dan menyandarkan punggung di kursi dibasuh sinar rembulan. 

“Tidak, aku harus berpikir positif. Nova pasti bisa melakukannya sesuai dengan skenario. Dan skenario itu menuju ke salah satu dari 5 good ending.”

Mencari 5 good ending dari total 75 bad ending dan 1 ambiguous ending. Apakah itu lebih sulit dari mencari jarum ditumpukan jerami?

Aku tidak tahu hal itu sejak aku tidak pernah memainkan gamenya.

Hari ini tanggal 24 September, masih ada 1 minggu sebelum semester 2 dimulai. Walaupun aku menyerahkan segalanya pada Nova, aku perlu mempelajari CHC yang menjadi nyata ini sekaligus mengalihkan pikiranku dari ingatan buruk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status